10 Saham LQ45 Terboncos Sepekan, Ada GOTO dan Emiten Prajogo

Tim RIset, CNBC Indonesia
22 October 2023 20:00
Terkuak! Ini Pemborong & Penjual Saham GOTO Saat Sentuh Rp54
Foto: Saham GOTO Saat Sentuh Rp54 / Aristya Rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks saham elite LQ45 ambles seiring dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang loyo selama pekan lalu di tengah sentimen negatif yang ada.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG merosot ke bawah level psikologis 6.900, tepatnya di posisi 6.849, per 20 Jumat (20/10/2023). IHSG turun 1,12% selama sepekan.

Investor asing juga melakukan jual bersih (net sell) Rp2,49 triliun di pasar reguler dan melego saham-saham bank kakap macam BBCA (senilai Rp1,1 triliun), BBRI (Rp692,7 miliar), dan BMRI (Rp560,6 miliar). Ketiga saham ini masing-masing ambles 1,10%, 4,27%, dan 5,35% di periode tersebut.

Sementara, LQ45 anjlok lebih dalam, yakni 2,48% ke posisi 911,89.

Saham emiten induk sektor energi milik taipan Prajogo Pangestu PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi konstituen LQ45 dengan penurunan tertajam pada sepekan lalu, yakni minus 10,92%.

Investor cenderung melakukan aksi ambil untung (profit taking) di saham BRPT usai saham tersebut melonjak 95% sejak tengah Agustus 2023 hingga 25 September 2023. Sejak saat itu, saham BRPT jatuh hingga 33%.

Saham BRPT sempat melompat bersama saham energi baru terbarukan (EBT) lainnya menjelang peluncuran Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) pada 26 September dan melantainya anak usaha BRPT, perusahaan geotermal yang tampil sensasional PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), pada 9 Oktober.

Asal tahu saja, saham BREN sudah terbang hingga 417%.

Kemudian, saham emiten e-commerce dan ojek-taksi online PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang menjadi buah bibir sepanjang pekan seiring aksi jual besar-besaran oleh investor.

Saham GOTO ambles 10,45% sepekan ke Rp60/saham per Jumat (20/10) lalu.

Bahkan, pada perdagangan intraday Senin (16/10) pekan lalu, saham GOTO sempat anjlok ke level terendah sepanjang masa (all time low/ATL) Rp54/saham sebelum akhirnya memangkas penurunan menjadi 1,49% ke Rp66/saham di hari itu.

Amblesnya saham GOTO terjadi setelah perseroan menyelesaikan proses penambahan modal dengan menggandeng investor strategis lewat skema private placement.

Dalam aksi korporasi ini, GOTO tercatat memperoleh dana segar hingga Rp 1,53 triliun setelah Bhinneka Holdings menyerap 17,04 miliar saham baru GOTO di harga pelaksanaan Rp 90/saham.

Selain itu, saham GOTO kembali ambles seiring komisaris dan Co-Chairman GOTO, William Tanuwijaya telah melepas saham Seri A miliknya sebesar 332.220.000 lembar saham atau setara dengan 0,03% dari modal ditempatkan dan disetor Perseroan.

Mengutip keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pendiri e-commerce Tokopedia tersebut menjual saham GOTO Seri A pada periode 9 hingga 13 Oktober saatharga saham GOTO dibanderol Rp 78,89 per lembar saham. Artinya, transaksi tersebut senilai Rp 26,2 miliar.

Sentimen negatif semakin muncul ke permukaan usai terbitnya keterbukaan informasi yang menyebut, sejumlah pemegang saham pengendali GOTO berniat melego saham perusahaan dalam jangka menengah, termasuk William Tanuwijaya.

Selain dua nama itu, saham telekomunikasi EXCL dan menara telekomunikasi TOWR juga jadi losers LQ45 sepekan, yakni minus 7,56% dan 6,88%.

IHSG Tertekan Aksi BI dan Yield US Treasury

Penurunan paling tajam IHSG di minggu lalu, yakni pada Kamis (19/10), sebesar minus 1,18%. Ini seiring Bank Indonesia (BI) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan 25 basis points (bps) menjadi 6% yang di luar ekspektasi pasar.

Kenaikan yang mengejutkan ini menandai perubahan yang sangat cepat di ekonomi global, termasuk dalam menentukan suku bunga.Beberapa bank sentral juga secara mengejutkan menaikkan suku bunga tetapi banyak pula yang memilih bertahan atau bahkan memangkasnya.

Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG BI), BI 7 days reverse repo rate (BI7DRR) menetapkan untuk mengerek suku bunga ke level 6%. Suku bunga Deposit Facility juga naik menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%. Keputusan ini berbeda dengan mayoritas proyeksi pelaku pasar yang memperkirakan bank sentral RI tersebut masih akan menahan suku bunga acuan di level 5,75%.

Kenaikan pada Kamis menjadi yang pertama sejak Januari 2023. BI sebelumnya mengerek suku bunga sebesar 225 bps dari 3,50% pada Juli 2022 menjadi 5,75% pada Januari 2023. BI kemudian menahan suku bunga acuan di 5,75% pada Februari-September 2023.

Kenaikan suku bunga ini berbanding terbalik dengan konsensus yang dikumpulkan CNBC IndonesiaDari 14 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, 13 instansi/lembaga memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.

Satu lembaga memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,0%.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan hasil rapat dewan Gubernur Bulanan Bulan Oktober 2023. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)Foto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan hasil rapat dewan Gubernur Bulanan Bulan Oktober 2023. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan kenaikan suku bunga dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak mengingat tingginya ketidakpastian global serta sebagai langkah preemptive dan forward looking untuk mitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor atau imported inflation sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3 plus minus 1% pada 2023 dan 2,5 plus minus 1% pada 2024.

Selain itu, tensi geopolitik yang kian memanas yang datang dari perang Israel dan Palestina membuat harga minyak sulit turun bahkan harga pangan masih tetap tinggi. Apalagi hingga saat ini, perang Rusia dan Ukraina belum juga usai. Hal tersebut membuat inflasi meningkat dan semakin sulit diturunkan sehingga kenaikan suku bunga menjadi solusinya.

Selain itu, kenaikan suku bunga BI ini juga merespons dari potensi hawkishdari bank sentral Amerika Serikat (The Fed) di akhir 2023. Perry mengatakan bahwa ada probabilitas sekitar 40% bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 bps di Desember 2023. The Fed akan menggelar pertemuan pada awal November mendatang.

Terlebih lagi di negara maju, termasuk AS, juga mengisyaratkan suku bunga yang akan tetap tinggi dalam jangka waktu yang cukup lama (higher for longer).

Powell dalam pidatonya di acara Economic Outlook di Economic Club of New York (ECNY) Luncheon, New York, Kamis (19/10/2023), misalnya, mengatakan inflasi dan ekonomi masih terlalu tinggi.

Pernyataan ini mengisyaratkan jika The Fed akan menahan suku bunga acuan pada pertemuan mendatang meskipun tetap menekankan adanya potensi kenaikan di masa depan jika ekonomi dan inflasi AS masih panas.

Merespons hal tersebut, imbal hasil (yield) US Treasury tenor 10-tahun sempat menyentuh level 5% untuk pertama kali sejak Juli 2007.

Oleh karena itu, kenaikan suku bunga BI memberikan angin segar setidaknya dalam jangka pendek bagi pasar keuangan domestik untuk mencegah derasnya capital outflow, termasuk mencegah pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini. Namun, minimnya katalis positif dari dalam negeri dan tekanan net sell asing akibat yield US Treasury yang meninggi masih akan menjadi problemuntuk IHSG ke depan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mza/mza)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation