
19 Saham Raksasa Ini Masih Murah Jelang Window Dressing, Buy?

Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang akhir tahun, fenomena Window Dressing semakin dinanti para pelaku pasar. Sejalan dengan itu ternyata masih ada sejumlah saham indeks LQ45 yang valuasinya terpantau masih undervalued atau murah dan potensi menawarkan peluang yang menarik.
Sebagai informasi, indeks LQ45 adalah indeks yang mengukur kinerja harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi dan kapitalisasi pasar besar serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik.
Sejak awal tahun hingga hari ini, Selasa (7/11/2023) pergerakan harga indeks LQ45 masih betah di zona merah atau melemah -2,79%. Pelemahan ini bahkan lebih dalam dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang hanya terkoreksi -0,55% selama year-to-date.
Koreksinya LQ45 yang lebih dalam dari IHSG menjadikan satu peluang yang menarik, pasalnya ketika harga terkoreksi maka valuasi juga akan semakin terdiskon. Di antara 45 saham tersebut, ada beberapa saham yang memiliki valuasi yang murah berdasarkan metrik valuasi populer, price to earning ratio (PER).
Rasio P/E membandingkan harga saham dengan laba perusahaan. Semakin kecil angka, biasanya di bawah 10 kali hingga 15 kali, dianggap semakin murah alias undervalued dari suatu saham emiten. Cara lain juga bisa membandingkan nilai P/E saat ini dengan rata-rata selama lima tahunnya, apabila nilai masih di bawah rata-rata maka suatu saham bisa dinilai cukup murah.
Dengan mengecualikan saham-saham di sektor komoditas terutama batubara, CNBC Indonesia Research mengumpulkan ada beberapa saham yang masuk indeks LQ45 yang kami nilai murah berdasarkan rule of thumb di bawah 15 kali sekaligus yang nilainya berada di bawah rata-rata selama 5 tahun :
Dari data di atas terlihat bahwa saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) menjadi yang paling murah dengan P/E hanya sebesar 5 kali. Tak hanya itu, menilai dari profitabilitas juga masih cukup solid tercermin dari ratio Return on Equity (ROE) berada di 10,74%.
Sebagai pengingat, rasio P/E mencerminkan kinerja masa lalu dan barangkali tidak akan berulang di masa depan, sehingga valuasi multiples tersebut sebaiknya digunakan sebagai pedoman awal untuk memilih saham undervalued yang berpotensi mendatangkan cuan ke depan dan tetap perlu menilai kinerja fundamental lain agar keputusan pemilihan saham investasi lebih mantap.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)