CNBC Indonesia Research

Perang Israel-Hamas: Dunia Lebih Tersiksa Oleh Rusia-Ukraina

mae, CNBC Indonesia
14 October 2023 12:30
Batu bara
Foto: Pexels/igor

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang Israel vs Hamas menimbulkan kekhawatiran dunia akan dampak besarnya terhadap ekonomi. Kendati demikian, dampak ekonomi perang tersebut diperkirakan lebih kecil dibandingkan perang Rusia-Ukraina.

Dunia dikejutkan oleh perang yang meletus antara Palestina dan Hamas pekan lalu. Eskalasi konflik antara Kelompok Militan Islam Palestina yakni Hamas dengan Israel kian meningkat di Jalur Gaza. Serangan balasan dari kedua kubu itu terus berjalan sampai pada Minggu (8/10/2023) pasca pertama kali Hamas melakukan serangannya kepada Israel, Sabtu (7/10/2023).

Sejak perang berkecamuk pada Sabtu (7/10/2023), jumlah korban yang tewas terus meningkat. Menurut angka resmi, setidaknya 1.300 orang telah tewas di Israel sejak permusuhan tersebut dan 3.300 lainnya terluka. Berdasarkan data resmi, total 1.568 orang tewas di Jalur Gaza dan Tepi Barat pada periode yang sama.

Perang juga menimbulkan kepanikan atau jittery di pasar keuangan global. Pasar saham rontok pada Senin pekan ini. Harga komoditas juga beterbangan menyusul terjadinya perang.

Harga saham jatuh berjamaah di bursa global, termasuk Wall Street dan Indonesia. Sejumlah komoditas juga langsung terbang, terutama minyak mentah. Harga minyak brent dan WTI pada Senin (9/10/2023) terbang sekitar 4%.

Merujuk pada Refinitiv, harga komoditas dengan peningkatan terbesar adalah gas alam Eropa yakni melonjak 41,2% sepekan disusul dengan minyak brent yakni 7,46%.
Harga batu bara naik 6,46% sepekan, emas melesat 5,42% sementara harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) melesat 3,85%.

Kenaikan harga komoditas ini memang terbilang sangat signifikan. Namun, jika dibandingkan dengan kenaikan saat perang Rusia-Ukraina maka angkanya masih lebih kecil.


Perang Rusia vs Ukraina meletus pada 24 Februari 2022, harga minyak brent terbang 16%, minyak WTI melambung 20%, harga CPO melesat 13,04%, harga batu bara menanjak 28,8% sementara harga gas alam Eropa mengangkasa 86,24%.
Kenaikan harga komoditas tidak berhenti di sana. Harga komoditas terus mencetak rekor pada Maret 2022 atau hanya kurang dari 15 hari setelah perang Rusia-Ukraina meletus.

Sejumlah komoditas bahkan mencatat rekor tertingginya pada awal Maret 2022. Harga nikel menembus US$ 27.000/ton pada 4 Maret 2022 dan melewati level tertinggi di Februari 2011.
Pada 3 Maret 2022, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di level US$ 446/ton. Ini menjadi rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.

Sementara itu, harga emas pada 8 Maret 2022 sempat melesat ke US$ 2.069,89/troy ons, mendekati rekor tertinggi di level US$ 2.072,49, yang dicapai pada 7 Agustus 2020 lalu.

Pada 3 Maret 2022, harga minyak sawit (CPO) ditutup di MYR 6.808/ton, yang menjadi level penutupan tertinggi sejak 1980.  Pada 7 Mare 2022, minyak mentah jenis Brent meroket hingga nyaris menembus US$ 140/barel, tepatnya US$ 139,13/barel. Level tersebut merupakan yang tertinggi dalam 13 tahun terakhir, tepatnya sejak 15 Juli 2008.


Beda Rusia, Israel, Palestina, dan Ukraina

Posisi Rusia, Ukraina, Palestina, dan Ukraina dalam percaturan pasar komoditas global menjadi pembeda dampak perang Israel vs Hamas dan perang Rusia-Ukraina.

Baik Israel dan Palestina tidak memiliki produk komoditas hulu yang berkontribusi penting terhadap dunia. Tetapi, kedua negara ini memiliki dukungan dari negara pemasok energi penting dunia, khususnya minyak dan gas.
Amerika Serikat (AS) yang mendukung Israel merupakan produsen minyak dan gas terbesar dunia. Sedangkan, Iran yang mendukung Hamas juga berperan penting terhadap kontribusi energi global.

Masalah ini dapat mengancam pasar keuangan lebih luas, sebab konflik yang berada di Timur Tengah ini merupakan wilayah penting untuk sumber energi, khususnya minyak dan gas. Dan lagi, negara pendukungnya juga berkontribusi besar untuk energi dunia.

Hal ini berbeda dengan Rusia dan Ukraina. Rusia adalah lima besar produsen dunia untuk gas, minyak mentah, batu bara, baja, pupuk, hingga nikel.

Eropa menggantungkan sekitar 45% pasokan energinya ke Rusia, Untuk pangan, Rusia adalah produsen utama pupuk dunia serta minyak nabati. Ukraina juga menyumbang 30% terhadap pasokan minyak bijih matahari.


Rusia dan Ukraina memasok 28% dari total pasar ekspor gandum dunia. Konflik di negara tersebut jelas membuat banyak negara pengimpor seperti Indonesia harus mencari pemasok lain selama kedua negara berkonflik.

Dengan posisi yang strategis itu pula, perang Rusia-Ukraina dampaknya sangat terasa kepada penduduk dunia. Inflasi di sejumlah negara menembus rekor tertinggi dalam sejarah atau puluhan tahun.

Inflasi AS menembus 9,1% (year on year/yoy) pada Juni 2022 yang menjadi rekor tertinggi salaam 40 tahun. Rekor inflasi dalam lebih dari 40 tahun juga dicatat Jerman dan Inggris.

Indonesia juga harus menanggung derita pahit. Harga minyak goreng dan gandum melejit. Pemerintah juga harus mengerek harga BBM subsidi pada September 2022 hingga membuat inflasi terbang 5,95% (yoy) pada September 2023. Inflasi tersebut adalah yang tertinggi sejak Oktober 2015 (6,25%).

Lonjakan inflasi ini memaksa bank sentral di hampir seluruh dunia mengerek suku bunga dengan sangat kenaikan sangat besar. Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) sudah menaikkan suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 dan Bank Indonesia menaikkan suku bunga sebesar 225 bps. 

Suku bunga Argentina bahkan melesat hingga menjadi  118% pada Kamis pekan lalu (5/10/2023). Artinya suku bunga sudah naik hingga 78% atau 7800 bps sejak 2022 hingag sekarang ini.
Bank sentral Turki menaikkan suku bunga utamanya sebesar 500 bps menjadi 30% pada Kamis (21/9/2023), seiring dengan upaya Ankara melawan inflasi dua digit. Padahal suku bunga Turki pada awal 2023 masih di bawah 10%.

Dampak perang Israel vs Hamas memang masih terbilang kecil dibandingkan dengan perang Rusia-Ukraina. Namun, jika perang meluas dan lama bukan tidak mungkin dampaknya akan sangat besar kepada ekonomi dunia, termasuk Indonesia.




CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

 

(mae/mae)
Tags


Related Articles

Most Popular
Recommendation