
AS Beri Kabar Buruk, China & Perang Bikin Dunia Ketar-Ketir

Investor dan pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (13/10/2023). Sentimen akan datang dari dalam dan luar negeri, termasuk Wall Street, inflasi AS dan China serta perang Hamas vs Israel/
Bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup berbalik ke zona merah pada perdagangan Kamis (12/10/2023), akibat tertekan oleh kenaikan imbal hasil US Treasury, sehingga investor khawatir atas data baru yang menunjukkan inflasi AS masih belum membaik.
Dow Jones ditutup melemah 0,51% di posisi 33.631,14, sementara S&P 500 turun 0,62% di posisi 4.349,61, begitu juga dengan Nasdaq terkoreksi 0,63% di posisi 13.574,22. Terdepresiasinya pasar AS mengakhiri reli kenaikan 4 hari beruntun.
Kembali merahnya Wall Street dikhawatirkan ikut menyebar ke pasar keuangan global, termasuk Indonesia.
Inflasi Amerika Masih Panas, The Fed Masih Galak?
Inflasi AS di luar dugaan melaju kencang pada September 2023. Inflasi AS menembus 0,4% (mtm) dan 3,7% (yoy) pada September 2023. Pada Agustus 2023, inflasi AS tercatat 0,6 (mtm) dan 3,7% (yoy) pada Agustus 2023. Sementara itu, inflasi inti mencapai 0,2% (mtm) dan 4,1% (yoy) pada September 2023.
Inflasi melaju lebih kencang dibandingkan ekspektasi pasar yakni 0,3% (mtm) dan 3,6% (yoy).
Kenaikan inflasi AS disumbang oleh sektor perumahan yang naik 0,6% (mtm) dari sebelumnya 0,2% di Agustus. Lonjakan harga bahan bakar juga membuat inflasi tetap kencang. Inflasi pada bahan pangan tetap stagnan di angka 0,2%.
Data inflasi membuat pasar kecewa karena mencerminkan masih panasnya ekonomi AS. Kondisi ini pada berujung pada ketatnya kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) ke depan. Inflasi September masih jauh dari target sasaran The Fed yakni 2%.
Inflasi juga diperkirakan sulit turun ke depan karena tingginya imbal hasil US Treasury serta lonjakan harga energi akibat perang Israel vs Hamas.
US Treasury tenor 10 tahun kini mendekati 5% dan diyakini akan membuat bunga pinjaman perumahan melesat sehingga inflasi pada sektor tersebut sulit turun ke depan.
Inflai AS yang masih kencang ini meningkatkan ekspektasi pasar jika The Fed masih akan galak ke depan.
Perangkat FedWatch Tool menunjukkan hanya 14,96% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini turun dibandingkan hari sebelumnya yang mencapai 9,1%.
Meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar akan kebijakan ketat hawkish ke depan dikhawatirkan bisa memicu capital outflow dari pasar Indonesia sehingga IHSG, rupiah, hingga SBN goyang.
China Umumkan Data Inflasi dan Perdagangan Hari Ini
Masih terkait inflasi, China akan mengumumkan data inflasi pada hari ini, Jumat (13/10/2023). Pelaku pasar berekspektasi inflasi China akan meningkat 0,4% (mtm) dan 0,3% (yoy) pada September 2023.
Sebagai catatan, inflasi China mencapai 0,1% (yoy) dan ) 0,3% (mtm) pada Agustus 2023, China sempat mencatat deflasi pada Juli 2023 (yoy) yang membuat dunia terkejut. Secara bulanan, China sempat mengalami deflasi pada Februari hingga Juni 2023. Deflasi diakibatkan oleh lambatnya rebound ekonomi China pasca lockdown untuk mengatasi penyebaran virus covid-19.
Selain itu, perlambatan ekonomi China juga terjadi terdampak oleh adanya krisis properti yang menjadi penopang perekonomian. Terdapat beberapa perusahaan raksasa properti yang terancam bangkrut akibat masalah ini, seperti Evergrande dan Country Garden.
Negeri Tirai Bambu ini sempat mengucurkan stimulus dengan memangkas rasio cadangan perbankan 25 bps ke 7,4%. Pemangkasan rasio cadangan perbankan diperkirakan bakal melepas dana hingga US$ 69 miliar sebagai tambahan likuiditas bank.
Pengumuman lain yang ditunggu adalah data perdagangan China. Neraca dagang China mengalami penurunan surplus pada Agustus 2023 menjadi US$ 68,2 miliar, di bawah perkiraan konsensus sebesar US$ 70,6 miliar. Penurunan neraca dagang China tentunya berdampak signifikan terhadap perekonomian global, sebab China merupakan salah satu pusat perdagangan dunia.
Ekspor China sudah terkontraksi selama empat bulan sementara impor terkontraksi selama enam bulan. China merupakan pasar ekspor terbesar untuk Indonesia sehingga perkembangan ekspor dan impor negara tersebut akan sangat menentukan bagi Indonesia
Tiongkok berkontribusi terhadap nilai ekspor non migas Indonesia pada periode Januari-Juli 2023 sebesar 24,82%.
Bila ekonomi Tiongkok lesu maka ekspor Indonesia bisa kontraksi yang menyebabkan neraca dagang Indonesia susut, walaupun sejauh ini masih tumbuh surplus.
Oleh karena itu, apabila ekonomi China berangsur pulih maka nilai ekspor diharapkan bisa meningkat lagi yang dampaknya bisa ke surplus neraca dagang tetap dipertahankan.
Perang Israel-Hamas
Perang antara kelompok Hamas Palestina dan pasukan Israel belum juga usai dan menjadi perhatian pelaku pasar. Jumlah korban tewas juga terus meningkat di Israel, Jalur Gaza dan Tepi Barat (West Bank).
Perang dimulai sejak Sabtu saat Hamas menyerbu perbatasan Israel sebagai balasan tindakan diskriminatif negeri itu ke warga Gaza. Ini kemudian dibalas Tel Aviv dengan serangan udara serta pengepungan total di Jalur Gaza, bahkan memutus pasokan air, bahan bakar, listrik, dan makanan.
Data Kementerian Kesehatan Palestina memaparkan jumlah warga Palestina yang tewas di Gaza akibat serangan Israel. Terbaru, korban meninggal mencapai 1.354 orang di mana 6.049 orang luka-luka.
Kementerian Kesehatan Palestina dalam sebuah postingan di Facebook menyebut layanan kesehatan di Jalur Gaza berada pada tahap kritis. Rumah sakit penuh hingga kurangnya obat-obatan.
Di sisi lain, Mesir dilaporkan sedang melakukan pembicaraan dengan Amerika Serikat (AS) untuk memberikan bantuan kepada warga Palestina. Ini akan dilalukan melalui perbatasan Mesir dengan Gaza.
Hal ini dilaporkan oleh Reuters yang mengutip sumber-sumber keamanan Mesir. Laporan itu menambahkan upaya membangun jalur yang aman bagi para pengungsi yang melarikan diri dari daerah kantong Palestina telah ditolak.
Dari sisi Israel, negara ini membentuk pemerintahan darurat di tengah perang melawan Hamas. Langkah ini sebagai upaya untuk mendukung pengambilan keputusan keamanan ketika konflik dengan kelompok militan Palestina masih berlanjut.
Media Israel melaporkan pemimpin oposisi dan mantan panglima militer Benny Gantz akan bergabung dengan kabinet perang Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu bersama Menteri Pertahanan Yoav Gallant.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah tiba di Tel Aviv, Israel pada Kamis. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan Blinken akan bertemu dengan para pejabat Israel, dan menyampaikan kembali belasungkawa atas para korban serangan kelompok Hamas selama akhir pekan.
Dari pihak Hamas, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dan Presiden Iran Ebrahim Raisi membahas konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok Hamas. Mereka berbicara dalam panggilan telepon resmi pertama sejak kedua negara melanjutkan hubungan diplomatik.
Percakapan tersebut terjadi pada Rabu dan berlangsung selama 45 menit. Hal ini dilaporkan Kantor Berita Republik Islam milik negara Iran dalam laporan yang diterjemahkan Google, dan juga dicatat oleh Saudi Press Agency.
Iran dan Arab Saudi secara historis mendukung perjuangan rakyat Palestina. Di sisi lain, Teheran juga mendukung Hamas.
Ancaman "kiamat" baru akan muncul karena perang Hamas VS Israel. Hal ini ditegaskan Badan Energi Internasional (IEA) terkait pasokan minyak.
Perang akan membawa risiko gangguan pasokan minyak. IEA pun mengaku siap melakukan intervensi pasar jika diperlukan untuk memastikan pasokan dan menjaga kestabilan harga.
Permasalahan ini juga memancing NATO merespons perang Hamas, faksi Palestina di Jalur Gaza, dengan Israel. Aliansi pimpinan AS itu disebut memberi dukungan penuh pada Tel Aviv.
Namun NATO mendesak Israel untuk merespons serangan dengan "proporsional". Pernyataan diberikan setelah Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant melakukan komunikasi dengan NATO.
