Newsletter

Dunia Menunggu Kabar dari AS di Tengah Perang Hamas vs Israel

Muhammad Reza Ilham Taufani, CNBC Indonesia
11 October 2023 06:00
US-ECONOMY-BANK-RATE-INFLATION
Foto: Ketua The Fed Jerome Powell. (AFP/SAUL LOEB)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), negara super power ini akan merilis Indeks Harga Produsen (IHP) hari ini yang akan menjadi indikator pelaku pasar terkait laju inflasi yang akan diumumkan besok.

Melansir Trading Economics, konsensus memperkirakan IHP AS bulan September akan naik lebih rendah sebesar 0,3%. Namun, pelaku pasar tidak dapat berharap banyak, sebab data aktual menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibanding perkiraan konsensus dalam 2 bulan beruntun.

Harga produsen AS meningkat sebesar 0,7% pada Agustus 2023 secara bulanan (month on moth/mom). Kenaikan ini menjadi level tertinggi sejak Juni 2022, dan melampaui ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 0,4%. Di sisi lain, harga barang naik sebesar 2% (mom), didorong oleh kenaikan biaya energi sebesar 10,5%.

Secara tahunan, inflasi harga produsen mencapai level tertinggi dalam empat bulan sebesar 1,6%, sementara tingkat inflasi inti turun menjadi 2,2%, menandai level terendah sejak Januari 2021.

Perbadaan antara inflasi harga barang dan harga produsen menunjukkan adanya ketidakseimbangan.

Jika melihat indikator IHP AS secara tahunan, IHP telah terkendali dengan kenaikan sebesar 1,6% pada Agustus. Namun, nilai tersebut menunjukkan adanya kenaikan dari titik terendahnya pada Juni yang hanya sebesar 0,1%. 

Namun, IHP Agustus secara tahunan merupakan yang tertinggi sejak April 2023. Konsensus memperkirakan IHP bulan September berada di level 1,6% atau tidak mengalami perubahan. 

Sebagai informasi, IHP merupakan rata-rata perubahan harga dari perspektif produsen. Tentunya, kenaikan IHP memiliki kecenderungan akan menaikkan tingkat inflasi harga konsumen (IHK). Konsensus yang memperkirakan IHP AS September berada di nilai yang sama dengan periode Agustus secara tahunan, mengindikasikan inflasi masih akan sulit dikendalikan. 

Inflasi harga konsumen AS bulan Agustus masih berada di level 3,7% (yoy). Artinya, nilai tersebut masih cukup jauh dari target terkendalinya inflasi di level 2%. Inflasi yang belum terkendali memungkinkan Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) belum selesai dengan kebijakan pengetatan keuangan dengan menaikkan suku bunga.

Risalah FOMCS Menjadi Sinyal yang Ditunggu Pasar

The Fed pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia juga akan merilis risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada pertemuan September lalu. Risalah ini akan menjadi petunjuk bagi pelaku pasar untuk memproyeksi kemana arah pergerakan kebijakan The Fed ke depan.

Seperti diketahui, pada pertengahan September lalu, The Fed memutuskan menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% sesuai ekspektasi pasar. Namun, The Fed mengisyaratkan mereka akan tetap hawkish dan membuka kemungkinan kenaikan suku bunga ke depan.

Hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) juga mengindikasikan jika kebijakan moneter yang ketat akan tetap berlanjut hingga 2024. The Fed menjelaskan jika mereka akan memutuskan kebijakan ke depan secara hati-hati berdasarkan data yang berkembang serta mempertimbangkan outlook serta risikonya.

Dalam keterangannya, sebanyak 10 dari 19 pejabat The Fed memperkirakan kebijakan suku bunga masih di atas 5% hingga tahun depan.

Selain memutuskan kebijakan suku bunga, rapat FOMC juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada pertemuan September lalu. The Fed merevisi pertumbuhan ekonomi AS menjadi 2,1% pada tahun ini, naik dua kali lipat lebih dari 1% pada proyeksi Juni. Ekonomi AS diperkirakan tumbuh 1,5% pada 2024, dari 1,1% pada proyeksi sebelumnya.

Tingkat pengangguran akan berada di kisaran 3,8% pada tahun ini, lebih rendah dibandingkan 4,1% pada proyeksi Juni. Pengangguran akan berada di angka 4,1% pada 2024, dari 4,5% pada proyeksi sebelumnya.

Proyeksi yang lebih baik tersebut menandai jika The Fed melihat ekonomi masih kencang dan pasar tenaga keras masih panas. The Fed juga percaya diri jika mereka bisa menekan inflasi tanpa harus membuat ekonomi AS limbung.

Proyeksi The Fed menunjukkan suku bunga (The Fed Fund rate/FFR) akan akan mencapai puncaknya di angka 5,6% pada tahun ini. Suku bunga akan turun hingga 5,1% hingga 2024 dan 3,9% hingga 2025.

Suku bunga sekitar 5,1% pada 2024 lebih tinggi dibandingkan pada proyeksi Juni yakni 4,6%.

Dokumen dot plot The Fed menunjukkan jika The Fed cenderung untuk menaikkan suku bunga sekali lagi pada tahun ini sebelum memangkas dua kali pada 2024 atau sekitar 50 bps. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan yang mereka indikasikan pada Juni lalu yakni sekitar 100 bps.

Pelaku pasar menunggu apakan risalah FOMC yang akan dirilis hari ini akan juga mencerminkan kebijakan The Fed yang masih akan hawkish atau akan melunak ke depan.

Jika bacaan FOMC Minutes menunjukkan The Fed masih akan galak maka pasar bisa kembali goyah.

(mza/mza)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular