Newsletter

RI & AS Bawa Kabar Genting Hari Ini, Investor Dibuat Was-Was

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
06 October 2023 06:00
Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • IHSG melemah tetapi rupiah dan SBN akhirnya bangkit pada perdagangan kemarin
  • Wall Street kompak melemah pada perdagangan kemarin akibat banyaknya tekanan
  • Data cadev dan tenaga kerja AS menjadi perhatian besar investor hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan Kamis (5/10/2023), di mana IHSG anjlok di menit-menit terakhir jelang penutupan perdagangan, sementara rupiah menguat meski masih berada di level psikologis Rp15.600/US$1.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,17% atau ke 6.874,826 pada perdagangan Kamis (5/10/2023). IHSG pada perdagangan kemarin masih bertahan di level psikologis 6.800.

Penurunan IHSG pada perdagangan kemarin kemarin didorong oleh penurunan sektor properti 1,04%, siklikal 0,15%, energi 1,03%, transport 0,94%, basic-industry 0,74% dan finance 0,01%.

Sebanyak 276 saham bergerak naik, 261 bergerak turun dan 214 tidak berubah dengan transaksi turnover 11,24 triliun dengan 19,52 miliar lembar saham.

Sentimen pasar mengenai kebijakan hawkish dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menjadi hal sensitif bagi sektor properti. Sektor properti adalah sebagai salah satu sektor yang pergerakannya bergejolak di tahun 2023, terutama terkait sentimen suku bunga tinggi.

Selain itu, sektor energi kembali menjadi penyumbang besar penurunan IHSG. Penurunan sektor energi disumbang terbesar oleh penurunan saham minyak, dimana PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) terjun 7,09%, PT Elnusa Tbk (ELSA) terkoreksi 2,03%, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) melemah 0,35%, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) turun 0,83% dan saham pendukung minyak bumi PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS) juga ikut ambruk 7,83%.

Pada penutupan perdagangan minyak Kamis (5/10/2023), minyak wti ditutup anjlok 2,27% di posisi US$82,31 per barel, sementara minyak brent masih berjalan dengan turun 1,70% di posisi US$84,35 per barel.

Penurunan harga minyak karena kehancuran permintaan bahan bakar dan gambaran makroekonomi yang suram menjadi pusat perhatian.

Pasokan bensin yang mewakili permintaan, turun pekan lalu menjadi sekitar 8 juta barel per hari, terendah sejak awal tahun ini, menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu.

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv pada perdagangan Rabu (4/10/2023), rupiah ditutup di angka Rp15.610/US$ atau menguat 0,10% terhadap dolar AS. Posisi ini memutus tren pelemahan rupiah yang terjadi selama tiga hari beruntun meskipun masih bertengger di area Rp15.600an.

Penguatan rupiah ini terjadi bersamaan dengan melemahnya dolar AS seperti tercermin dalam indeks dolar dan optimisme BI terhadap kondisi fundamental Indonesia.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengungkapkan bahwa sebetulnya tidak ada masalah yang bisa mempengaruhi sentimen pelaku pasar keuangan hingga membuat rupiah terus tertekan. Ia mengatakan, ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih akan bisa terus terjaga di level 5% setelah kuartal II-2023 tumbuh 5,17%.

Dari pasar obligasi Indonesia, Surat Berharga Negara (SBN) mulai kembali dikoleksi pelaku pasar sejalan dengan penguatan rupiah seperti tercermin dari penurunan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun terkoreksi 0,68% di level 7.035 pada perdagangan Kamis (5/10/2023). Penurunan imbal hasil tersebut memutus kenaikan imbal hasil selama tujuh hari beruntun.

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kompak ditutup melemah pada perdagangan Kamis (5/10/2023), dimana investor tengah menanti data gaji pada hari Jumat.

Dow Jones turun tipis 0,03% di level 33.119,57, sedangkan S&P 500 tersungkur 0,13% di level 4.258,19, dan Nasdaq terkoreksi 0,12% di level 13.219,83.

Saham-saham AS berakhir sedikit lebih rendah setelah memantul dari posisi terendah pada hari Kamis karena investor menunggu laporan pekerjaan bulanan pada hari Jumat dan kemungkinan petunjuk lebih lanjut mengenai prospek suku bunga.

Volume di bursa AS sebanyak 9,76 miliar lembar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,63 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

S&P 500 membukukan tiga titik tertinggi baru dalam 52 minggu dan 39 titik terendah baru, sedangkan Nasdaq Composite mencatat 24 titik tertinggi baru dan 330 titik terendah baru.

Data AS mengenai klaim awal tunjangan pengangguran negara menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja yang masih tangguh, sehari setelah laporan menunjukkan gaji swasta AS meningkat kurang dari perkiraan pada bulan September.

Pengajuan awal tunjangan pengangguran mencapai 207.000 pada pekan yang berakhir 30 September, naik hanya 2.000 dari periode sebelumnya dan di bawah perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 210.000.

Klaim lanjutan, yang terlambat seminggu, sedikit berubah menjadi 1,664 juta, di bawah perkiraan FactSet sebesar 1,68 juta. Rata-rata pergerakan klaim dalam empat minggu, yang mengatasi volatilitas, turun menjadi 208.750, penurunan sebesar 2.500.

Laporan gaji bulanan pada hari Jumat bisa menjadi berita ekonomi paling penting minggu ini, namun investor masih khawatir mengenai apakah The Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Patokan imbal hasil Treasury AS menurun. Awal pekan ini, angka tersebut mencapai 4,8% yang menjadi rekor tertinggi sejak 2007 atau 16 tahun terakhir.

Jumlah obligasi yang mengalami penurunan melebihi jumlah obligasi yang naik di NYSE dengan rasio 1,11 banding 1, sementara di Nasdaq rasio 1,02 banding 1 mendukung penurunan.

Presiden Bank Fed San Francisco Mary Dalydi Economic Club of New York mengatakan dengan kebijakan moneter AS yang kini lebih terbatas dan kenaikan imbal hasil Treasury AS baru-baru ini, The Fed mungkin tidak perlu menaikkan suku bunga lagi.
Pernyataan Mary menjadi angin segar mengingat selama ini pernyataan The Fed lebih ke arah hawkish.

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Jumat (6/10/2023) dari dalam dan luar negeri. Ada dua pengumuman penting hari ini yang akan menjadi perhatian besar investor yakni cadangan devisa dan data tenaga kerja AS.

Dari dalam negeri, hari ini Bank Indonesia akan merilis cadangan devisa Indonesia periode September 2023.

Diketahui posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2023 ada di posisi US$ 137,1 miliar,  menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar US$ 137,7 miliar. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Cadev terkuras dengan cepat sejak rupiah melemah memasuki kuartal II-2023.Cadev RI turun dari US$ 145,2 pada Maret menjadi US$ 137,1 miliar pada Agustus 2203 atau turun US$ 8,1 miliar dalam lima bulan terakhir. Derasnya pengeluaran cadev terjadi saat rupiah mengalami tekanan hebat pada Juni-Agustus 2023.
Dengan begitu besarnya tekanan rupiah paa September 2023 maka cadev diproyeksi akan berkurang.

Sementara pasar saham Indonesia (IHSG) ditutup melemah 0,17% atau ke 6.874,826 pada perdagangan Kamis (5/10/2023). Penurunan didorong oleh sebagian besar dari sektor properti dan juga energi.

Sentimen kebijakan hawkish dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menjadi hal sensitif bagi sektor properti. Sektor properti adalah sebagai salah satu sektor yang pergerakannya bergejolak di tahun 2023, terutama terkait sentimen suku bunga tinggi.

Namun ada beberapa sentimen positif pendorong kinerja emiten properti di tahun 2023 dan 2024, yakni musim serah terima unit yang terjual di 2021. Dimana pada tahun 2021, mayoritas developer properti mencatatkan rekor marketing sales tertinggi.

Kemudian meningkatnya recurring income, terutama dari mal dan hotel. Hal tersebut tercermin dari mobilitas masyarakat kembali normal dan kunjungan wisatawan asing yang terus meningkat.

Harga Komoditas Jatuh, Awas Emiten Ini Boncos

Sementara dari sektor energi, sebagian besar didorong dari penurunan saham minyak bumi.

Pada penutupan perdagangan minyak Kamis (5/10/2023), minyak WTI ditutup anjlok 2,27% di posisi US$82,31 per barel, sementara minyak brent turun sekitar 2% di posisi US$84,35 per barel.

Penurunan harga minyak karena kehancuran permintaan bahan bakar dan gambaran makroekonomi yang suram menjadi pusat perhatian.

Pasokan bensin yang mewakili permintaan, turun pekan lalu menjadi sekitar 8 juta barel per hari, terendah sejak awal tahun ini, menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu.

Beberapa dari kehancuran permintaan tersebut mungkin disebabkan oleh hujan deras yang membawa banjir ke New York pada Jumat lalu dan badai pasca-tropis Ophelia, yang mengguyur Timur Laut dengan hujan lebat pada akhir September.

Secara musiman, konsumsi bensin AS berada pada level terendah dalam 22 tahun. Sementara lonjakan harga bahan bakar sebesar 30% pada kuartal ketiga tahun ini menekan permintaan, mengakibatkan penurunan musiman sebesar 223.000 barel per hari.

Harga batu bara ambles 3,6% pada perdagangan Kamis kemarin. Artinya, pasir hitam sudah ambruk selama tujuh hari beruntun dengan pelemahan mencapai 14,8%.

Melemahnya harga minyak mentah dan batu bara akan berdampak besar terhadap emiten yang bergerak di sektor tersebut mulai PT Medco Energi Internasional Tbk,  PT Indika Energy Tbk (INDY), PT PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), hingga PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Data Tenaga Kera AS Jadi Fokus Investor

Adapun sentimen global dari AS, dimana hari ini akan ada Fed's Balance Sheet, posisi cadangan di Bank Federal Reverse, rata-rata pendapatan per jam periode September 2023, gaji pemerintah periode September 2023, upah manufaktur periode September 2023 dan tingkat pengangguran periode September 2023.

AS, kemarin, mengumumkan data AS mengenai klaim awal tunjangan pengangguran. Pengajuan awal tunjangan pengangguran mencapai 207.000 pada pekan yang berakhir 30 September, naik hanya 2.000 dari periode sebelumnya dan di bawah perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 210.000.

Dua data tenaga kerja penting lainnya akan dirilis pada hari ini yakni tingkat pengangguran dan non-farm payrolls untuk September 2023.

Tingkat pengangguran AS mencapai 3,8% pada Agustus 2023. Pelaku pasar memperkirakan pengangguran akan tetap berada di angka 3,8% pada September tahun ini.
Sementara itu, penciptaan lapangan kerja non-farm payrolls diharapkan hanya naik 150.000 pada September 2023, dari 170.000 pada Agustus.
Tingkat pengangguran dan non-farm payrolls merupakan data yang menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga.

Jika kedua data tersebut menunjukkan pasar tenaga kera AS masih panas maka The Fed diperkirakan masih akan hawkish. Pasalnya, inflasi akan sulit melandai bila pasar tenaga kerja AS masih kencang.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
• Bank Indonesia - Cadangan Devisa Indonesia (10.00 WIB)
• Fed's Balance Sheet (03.30 WIB)
• Posisi Cadangan di Bank Federal Reverse (03.30 WIB)
• Rata-rata pendapatan per jam periode September 2023 (19.30 WIB)
• Gaji Pemerintah periode September 2023 (19.30 WIB)
• Upah Manufaktur periode September 2023 (19.30 WIB)
• Tingkat Pengangguran periode September 2023 (19.30 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
• Cash Dividen Rp 82 - PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
• RUPSLB - PT Bank Capital Indonesia Tbk (BACA)
• IPO - PT Sumber Sinergi Makmur Tbk (IOTF)
• IPO - PT Kokoh Exa Nusantara Tbk (KOCI)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular