Newsletter

RI & AS Bawa Kabar Genting Hari Ini, Investor Dibuat Was-Was

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
06 October 2023 06:00
Infografis, Pemerintah Tarik Utang, Cadangan Devisa RI Loncat ke US$137 M
Foto: Infografis/ Cadangan Devisa RI/ Edward Ricardo

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Jumat (6/10/2023) dari dalam dan luar negeri. Ada dua pengumuman penting hari ini yang akan menjadi perhatian besar investor yakni cadangan devisa dan data tenaga kerja AS.

Dari dalam negeri, hari ini Bank Indonesia akan merilis cadangan devisa Indonesia periode September 2023.

Diketahui posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Agustus 2023 ada di posisi US$ 137,1 miliar,  menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Juli 2023 sebesar US$ 137,7 miliar. Penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global.

Cadev terkuras dengan cepat sejak rupiah melemah memasuki kuartal II-2023.Cadev RI turun dari US$ 145,2 pada Maret menjadi US$ 137,1 miliar pada Agustus 2203 atau turun US$ 8,1 miliar dalam lima bulan terakhir. Derasnya pengeluaran cadev terjadi saat rupiah mengalami tekanan hebat pada Juni-Agustus 2023.
Dengan begitu besarnya tekanan rupiah paa September 2023 maka cadev diproyeksi akan berkurang.

Sementara pasar saham Indonesia (IHSG) ditutup melemah 0,17% atau ke 6.874,826 pada perdagangan Kamis (5/10/2023). Penurunan didorong oleh sebagian besar dari sektor properti dan juga energi.

Sentimen kebijakan hawkish dari bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menjadi hal sensitif bagi sektor properti. Sektor properti adalah sebagai salah satu sektor yang pergerakannya bergejolak di tahun 2023, terutama terkait sentimen suku bunga tinggi.

Namun ada beberapa sentimen positif pendorong kinerja emiten properti di tahun 2023 dan 2024, yakni musim serah terima unit yang terjual di 2021. Dimana pada tahun 2021, mayoritas developer properti mencatatkan rekor marketing sales tertinggi.

Kemudian meningkatnya recurring income, terutama dari mal dan hotel. Hal tersebut tercermin dari mobilitas masyarakat kembali normal dan kunjungan wisatawan asing yang terus meningkat.

Harga Komoditas Jatuh, Awas Emiten Ini Boncos

Sementara dari sektor energi, sebagian besar didorong dari penurunan saham minyak bumi.

Pada penutupan perdagangan minyak Kamis (5/10/2023), minyak WTI ditutup anjlok 2,27% di posisi US$82,31 per barel, sementara minyak brent turun sekitar 2% di posisi US$84,35 per barel.

Penurunan harga minyak karena kehancuran permintaan bahan bakar dan gambaran makroekonomi yang suram menjadi pusat perhatian.

Pasokan bensin yang mewakili permintaan, turun pekan lalu menjadi sekitar 8 juta barel per hari, terendah sejak awal tahun ini, menurut laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Rabu.

Beberapa dari kehancuran permintaan tersebut mungkin disebabkan oleh hujan deras yang membawa banjir ke New York pada Jumat lalu dan badai pasca-tropis Ophelia, yang mengguyur Timur Laut dengan hujan lebat pada akhir September.

Secara musiman, konsumsi bensin AS berada pada level terendah dalam 22 tahun. Sementara lonjakan harga bahan bakar sebesar 30% pada kuartal ketiga tahun ini menekan permintaan, mengakibatkan penurunan musiman sebesar 223.000 barel per hari.

Harga batu bara ambles 3,6% pada perdagangan Kamis kemarin. Artinya, pasir hitam sudah ambruk selama tujuh hari beruntun dengan pelemahan mencapai 14,8%.

Melemahnya harga minyak mentah dan batu bara akan berdampak besar terhadap emiten yang bergerak di sektor tersebut mulai PT Medco Energi Internasional Tbk,  PT Indika Energy Tbk (INDY), PT PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), hingga PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).

Data Tenaga Kera AS Jadi Fokus Investor

Adapun sentimen global dari AS, dimana hari ini akan ada Fed's Balance Sheet, posisi cadangan di Bank Federal Reverse, rata-rata pendapatan per jam periode September 2023, gaji pemerintah periode September 2023, upah manufaktur periode September 2023 dan tingkat pengangguran periode September 2023.

AS, kemarin, mengumumkan data AS mengenai klaim awal tunjangan pengangguran. Pengajuan awal tunjangan pengangguran mencapai 207.000 pada pekan yang berakhir 30 September, naik hanya 2.000 dari periode sebelumnya dan di bawah perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 210.000.

Dua data tenaga kerja penting lainnya akan dirilis pada hari ini yakni tingkat pengangguran dan non-farm payrolls untuk September 2023.

Tingkat pengangguran AS mencapai 3,8% pada Agustus 2023. Pelaku pasar memperkirakan pengangguran akan tetap berada di angka 3,8% pada September tahun ini.
Sementara itu, penciptaan lapangan kerja non-farm payrolls diharapkan hanya naik 150.000 pada September 2023, dari 170.000 pada Agustus.
Tingkat pengangguran dan non-farm payrolls merupakan data yang menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga.

Jika kedua data tersebut menunjukkan pasar tenaga kera AS masih panas maka The Fed diperkirakan masih akan hawkish. Pasalnya, inflasi akan sulit melandai bila pasar tenaga kerja AS masih kencang.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular