
Bos BI Turun Tangan, Rupiah Dibuka Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) saat indeks dolar AS (DXY) pun mengalami depresiasi.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka Rp15.580/US$ atau menguat 0,29% terhadap dolar AS. Posisi ini memutus tren pelemahan rupiah yang terjadi selama tiga hari beruntun dan semakin menjauhi level Rp15.600/US$.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Kamis (5/10/2023) berada di posisi 106,57 atau turun 0,21% jika dibandingkan penutupan perdagangan Rabu (4/10/2023) yang berada di posisi 106,80.
Fluktuasi rupiah hari ini masih ditopang dari sentimen eksternal khususnya yang datang dari AS. Kabar terbaru, imbal hasil Treasury AS turun kembali dari level tertingginya dalam 16 tahun setelah data ketenagakerjaan AS yang lemah.
Imbal hasil (yield) obligasi di negara tersebut turun kembali setelah menyentuh level tertinggi selama lebih dari satu dekade pada hari Rabu (4/10/2023), karena lemahnya data pasar tenaga kerja AS membantu meredakan kekhawatiran investor atas pesan "lebih tinggi untuk jangka waktu lebih lama" dari bank sentral AS (The Fed) mengenai suku bunga.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun turun 0,08 poin persentase pada perdagangan sore di New York menjadi 4,73%, setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam 16 tahun di 4,88%.
Selain itu, ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed semakin kencang setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih kencang. The Fed juga mengisyaratkan kenaikan pada pertemuan bulan lalu. Alhasil, indeks dolar AS (DXY) pun turut merespon dengan mengalami penguatan belakangan ini yang berujung tertekannya mata uang Garuda.
Sebagai catatan, perangkat CME FedWatch menunjukkan 20,4% pelaku pasar meyakini terjadinya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Federal Open Market Committee (FOMC) November mendatang. Sementara 33% pelaku pasar meyakini kenaikan tersebut terjadi di bulan Desember 2023.
Menaggapi kondisi saat ini, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan bahwa Bank Indonesia (BI) akan terus mengawal rupiah di pasar dan BI turun ke pasar untuk membeli SBN guna memberikan sentimen positif ke pasar. Ia pun menegaskan bahwa BI akan masuk di pasar spot dan DNDF tetap dilakukan.
BI masih melihat fundamental ekonomi Indonesia relatif kuat dengan pertumbuhan ekonomi di atas 5% dalam 7 kuartal beruntun. Padahal, negara-negara lain mulai mengalami tekanan. Hal ini menjadi salah satu kepercayaan bagi BI terhadap pergerakan stabilitas nilai tukar
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer