Newsletter

Tak Cuma AS, Batu Bara & Kartel OPEC Bisa Buat RI Menangis

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
04 October 2023 06:00
Infografis, 9 Negara Ini di Ujung Tanduk
Foto: Infografis/ 9 Negara Ini di Ujung Tanduk/ Edward Ricardo
  • Pasar keuangan Indonesia kompak melemah di tengah besarnya tekanan global
  • Wall Street ambruk pada perdagangan kemarin yang bisa kembali menekan pasar keuangan domestik
  • Melemahnya harga komoditas serta masih besarnya tekanan dari eksternal bisa membuat pasar keuangan RI lesu hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak ditutup melemah pada perdagangan kemarin, Selasa (3/10/2023), di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, begitu juga rupiah dan obligasi negara.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih bergerak beragam pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini akan dibahas pada halaman 3 artikel ini.

IHSG pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,30% atau ke 6.940,89 pada perdagangan Selasa (3/10/2023). 

Penurunan IHSG pada perdagangan Selasa kemarin didorong oleh penurunan sektor basic-industry 0,51%, sektor energy 1,91%, sektor finance 0,99%, sektor industrial 1,34%, sektor non-cyclical 0,21%, sektor teknologi 0,73% dan sektor transportasi 0,32%.

Sebanyak 193 saham bergerak naik, 331 bergerak turun dan 262 tidak berubah dengan transaksi turnover 10,12 triliun dengan 19,94 miliar lembar saham. Faktor penurunan IHSG terbesar didorong dari sektor energi yang berasal dari penurunan komoditas.

Pada perdagangan Senin (2/10/2023), minyak WTI ditutup ambles 2,17% ke posisi US$88,82 per barel, begitu juga dengan harga minyak brent ditutup anjlok 4,83% ke posisi US$90,71 per barel.

Sedangkan, harga batu bara ICE Newcastle kontrak November pada perdagangan Senin (2/10/2023) ditutup di posisi US$ 156,1 per ton atau melemah 0,16%. Pelemahan ini memperpanjang derita pasir hitam yang sudah melemah sejak Rabu pekan lalu. Dalam empat hari perdagangan terakhir, harga batu bara ambruk 4,23%.

Jatuhnya IHSG dipicu oleh ekspektasi pasar mengenai kebijakan ketat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang semakin kencang.

Perangkat FedWatch Tool menunjukkan sekitar 28,8% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini lebih besar dibandingkan pekan lalu yang hanya 14%.

Sikap hawkish dari bank sentral AS (The Fed) memberikan tekanan terhadap rupiah karena suku bunga AS berpotensi mengalami kenaikan sebesar 25 bps di sisa tahun 2023.

Melansir dari Refinitiv pada perdagangan Selasa (3/10/2023), rupiah sempat menembus level psikologis Rp15.600/US$1 dan ditutup di angka Rp15.575/US$ atau melemah 0,32% terhadap dolar AS. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 6 Januari 2023 atau sekitar sembilan bulan terakhir.

Dari pasar obligasi, Surat Berharga Negara (SBN) masih dilepas investor seperti tercermin dari kenaikan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun melesat ke 7,02% pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak November 2022 atau 10 bulan terakhir.

Bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kompak ditutup melemah pada perdagangan Selasa (3/10/2023), dimana S&P 500 berakhir di level terendah sejak 1 Juni karena data memicu kekhawatiran pasar mengenai kebijakan suku bunga.

Dow Jones ambruk 1,29% di level 33.002,38, sedangkan S&P 500 anjlok 1,37% di level 4.229,45, dan Nasdaq turun 1,87% di level 13.059,47.

Indeks S&P 500 ditutup pada level terendah sejak 1 Juni pada hari Selasa karena data ekonomi menggarisbawahi pandangan The Federal Reserve mungkin perlu mempertahankan suku bunga tetap tinggi.

Dow berubah negatif untuk tahun ini untuk pertama kalinya sejak Juni dan berakhir pada level terendah sejak 31 Mei. Nasdaq juga ditutup pada level terendah sejak 31 Mei.

Data menunjukkan lowongan pekerjaan di AS secara tak terduga meningkat pada bulan Agustus, memicu kekhawatiran tentang ketatnya pasar tenaga kerja menjelang laporan utama pekerjaan bulanan AS pada hari Jumat.

Investor terus mencermati imbal hasil Treasury, yang mencapai level tertinggi 16 tahun pada hari Selasa.

Inventor kini memprediksi suku bunga dapat lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Biaya pinjaman yang lebih tinggi berdampak negatif bagi dunia usaha dan konsumen.

Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan tidak ada urgensi bagi bank sentral untuk menaikkan suku bunga kebijakannya lagi, namun kemungkinan akan memakan waktu yang lama sebelum penurunan suku bunga dianggap tepat. Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan dia terbuka untuk menaikkan suku bunga lagi, kemungkinan pada pertemuan bank berikutnya.

Selain itu, investor sedang bersiap-siap untuk perusahaan-perusahaan AS dalam beberapa minggu mendatang untuk mulai melaporkan kinerja kuartal ketiga mereka, dengan beberapa pihak berharap hasil laporan ini dapat kembali memberikan berita positif bagi pasar.

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Rabu (4/10/2023), terutama datang dari data-data komoditas minyak dan batu bara.

Pada hari ini pasar akan dihiasi sentimen dari dalam negeri dan luar negeri. Sayangnya, mayoritas sentimen justru bernuansa negatif sehingga IHSG, rupiah, dan SBN bisa kembali tertekan.

Sentimen negatif pertama datang daru kembali jebloknya Wall Street. Bursa AS yang berakhir di zona merah dikhawatirkan menular ke pasar global, termasuk IHSG.  Selain itu, faktor pelemahan harga komoditas juga menjadi sentimen negatif lain yang perlu diperhatikan investor.

Penurunan pergerakan IHSG pada perdagangan kemarin didorong dari anjloknya sektor energi hingga 1,91% dari hancurnya saham batu bara dan minyak mentah serta pendukungnya.

Pada perdagangan Senin (2/10/2023), minyak mentah WTI jeblok 4% dan sempat melemah 0,17% di awal perdagangan. Minyak mentah brent sudah kembali naik tetapi dalam batas yang kecil.

Harga minyak turun pada perdagangan Senin ke level terendah dalam tiga minggu karena kontrak Brent dengan harga lebih tinggi berakhir, dolar AS menguat dan para pelaku pasar berlanjut melakukan aksi profit taking, khawatir akan meningkatnya pasokan minyak mentah dan tekanan pada permintaan akibat suku bunga yang tinggi.

Beberapa para pelaku pasar melakukan profit taking setelah harga minyak mentah naik hampir 30% ke level tertinggi dalam 10 bulan pada kuartal ketiga.

Penurunan beruntun juga terjadi pada harga batu bara. Harga batu bara ICE Newcastle kontrak November pada perdagangan Senin (2/10/2023) ditutup melemah 0,16%. Harga batu bara bahkan jeblok 4,32% lebih ke posisi US$ 149,35 pada perdagangan Selasa (3/10/2023). Harga tersebut adalah yang terendah sejak awal Agustus 2023.

Pelemahan harga batu bara ini bisa membebani IHSG mengingat banyak emiten yang menggantungkan pendapatan kepada batu bara. Saham emiten seperti PT Adaro Energy Indonesia (ADRO), PT Bayan Resources Tbk, dan Indo Tambangraya Megah Tbk  (ITMG ) bisa tertekan,

Melemahnya harga komoditas seperti batu bara juga bisa membuat ekspor turun sehingga semakin menekan rupiah.

Sementara itu, ekspektasi pasar mengenai kebijakan ketat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) semakin kencang. Perangkat FedWatch Tool menunjukkan sekitar 30,9% pelaku pasar memperkirakan adanya kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada November mendatang. Angka ini lebih besar dibandingkan pekan lalu yang hanya 14%.

Kebijakan The Fed yang masih hawkish juga menjadi pemberat kenaikan IHSG untuk menembus level psikologis 7.000.

Sentimen penggerak dari sektor komoditas akan datang dari Amerika Serikat (AS). Hari ini akan ada data stok minyak mentah mingguan API. Diketahui, stok minyak mentah di AS naik 1,586 juta barel pada pekan yang berakhir 22 September 2023, setelah penurunan 5,25 juta barel pada minggu sebelumnya, menurut data dari Buletin Statistik Mingguan API. Kenaikan tersebut menandai kenaikan kedua dalam Persediaan Minyak Mentah AS dalam tujuh minggu terakhir.

Hari ini juga akan ada meeting OPEC. Para menteri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, akan bertemu pada hari ini, Rabu (4/10/2023).

OPEC+ kemungkinan tidak akan membuat perubahan apa pun terhadap kebijakan yang ada selama pertemuan online pada hari ini. Fokusnya adalah pembaruan yang diharapkan mengenai rencana Arab Saudi dan Rusia mengenai pemotongan sukarela mereka. Pada tanggal 5 September, mereka memperpanjang pemotongan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun dan mengatakan mereka akan meninjau keputusan pemotongan tersebut setiap bulan.

Masih dari AS, hari ini juga akan mengumumkan inventori minyak mentah, volume konsumsi minyak mentah kilang EIA mingguan, impor minyak mentah, persediaan minyak mentah di Cushings, Oklahoma, produksi minyak serta tingkat utilisasi kilang mingguan EIA.

Selain data-data komoditas minyak, ada juga data PMI Komposit S&P Global AS dan PMI Jasa S&P Global AS.

Diketahui, PMI Komposit S&P Global AS berada pada angka 50,1 pada bulan September 2023, sedikit turun dari 50,2 pada bulan Agustus, yang menunjukkan stagnasi luas dalam aktivitas di sektor swasta. Penurunan PMI Komposit S&P Global AS selama empat bulan berturut-turut dan menandakan kinerja keseluruhan terlemah sejak Februari. Pertumbuhan sektor jasa melambat ke level terendah dalam delapan bulan, sementara output manufaktur terus berkontraksi karena tingginya suku bunga dan tekanan inflasi yang terus-menerus.

Sedangkan PMI Jasa S&P Global AS turun menjadi 50,2 pada September 2023 dari 50,5 pada Agustus, di bawah ekspektasi pasar sebesar 50,6, menurut perkiraan awal. Kenaikan ini merupakan kenaikan paling lambat dalam aktivitas bisnis dalam rangkaian pertumbuhan delapan bulan.

Perusahaan-perusahaan sektor jasa mengalami penurunan yang signifikan dalam jumlah bisnis baru, menyusul tekanan terhadap daya beli konsumen akibat tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga. Penurunan kembali pesanan ekspor baru di sektor jasa menyebabkan penurunan kecil lagi dalam total permintaan klien asing.

Sementara itu, laju peningkatan jumlah staf semakin cepat. Terakhir, penyedia layanan setidaknya merasa optimis pada tahun 2023 ketika tekanan terhadap pendapatan yang dapat dibelanjakan semakin memburuk.

Kemarin, AS juga melaporkan jumlah lowongan pekerjaan atau Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) mencapai 9,6 juta pada Agustus 2023, Jumlah tersebut jauh di atas ekspektasi pasar yakni 8,8 juta ataupun pada Juli yang tercatat 8,9 juta. Kondisi ini mencerminkan jika pasar tenaga kerja AS masih panas.

Masih kuatnya PMI, aktivitas jasa, serta pasar tenaga kerja AS akan semakin membuka ruang bagi The Fed untuk mempertahankan kebijakan suku bunga ketat sehingga pasar keuangan RI akan tertekan.

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:
• Stok Minyak Mentah Mingguan API AS (03.00 WIB)
• Meeting OPEC (17.00 WIB)
• Inventori Minyak Mentah AS (21.30 WIB)
• Volume Konsumsi Minyak Mentah Kilang EIA mingguan (21.30 WIB)
• Impor Minyak Mentah AS (21.30 WIB)
• Persediaan Minyak Mentah di Cushings, Oklahoma (21.30 WIB)
• Produksi Minyak AS (21.30 WIB)
• Tingkat Utilisasi Kilang Mingguan EIA (21.30 WIB)
• PMI Komposit S&P Global AS (20.45 WIB)
• PMI Jasa S&P Global AS (20.45 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:
• RUPSLB PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA)
• RUPSLB PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular