
Minyak Dunia Ambles 4%, Turun 3 Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kompak dibuka melemah pada perdagangan Selasa (3/10/2023) melanjutkan penurunan tiga hari beruntun karena menguatnya dolar AS dan berlanjutnya aksi taking profit.
Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,17% di posisi US$88,67 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka turun 0,34% ke posisi US$90,4 per barel.
Sedangkan pada perdagangan Senin (2/10/2023), minyak WTI ditutup ambles 2,17% ke posisi US$88,82 per barel, begitu juga dengan harga minyak brent ditutup anjlok 4,83% ke posisi US$90,71 per barel.
Harga minyak turun pada perdagangan Senin ke level terendah dalam tiga minggu karena kontrak Brent dengan harga lebih tinggi berakhir, dolar AS menguat dan para pelaku pasar berlanjut melakukan aksi profit taking, khawatir akan meningkatnya pasokan minyak mentah dan tekanan pada permintaan akibat suku bunga yang tinggi.
Beberapa para pelaku pasar melakukan profit taking setelah harga minyak mentah naik hampir 30% ke level tertinggi dalam 10 bulan pada kuartal ketiga.
Sebelum penurunan harga minyak mentah yang dimulai pada 28 September, spekulan AS meningkatkan posisi net long futures dan opsi mereka di New York Mercantile and Intercontinental Exchanges ke level tertinggi sejak Mei 2022, menurut Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS.
Pada hari Senin, dolar (AS.DXY) naik ke level tertinggi dalam 10 bulan terhadap sejumlah mata uang lainnya setelah pemerintah AS menghindari penutupan (government shutdown) sebagian dan data ekonomi memicu ekspektasi bahwa The Federal Reserve AS akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Suku bunga yang lebih tinggi dan penguatan dolar dapat membuat harga minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Hal tersebut dapat berimbas pada pengurangan permintaan minyak.
Di Eropa, data manufaktur menunjukkan zona euro, Jerman dan Inggris masih terperosok dalam penurunan pada bulan September.
Di China, importir minyak terbesar di dunia, Bank Dunia mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2023 sebesar 5,1%, namun memangkas perkiraannya untuk tahun 2024, dengan alasan masih lemahnya sektor properti.
Namun masih banyak hal yang dapat mendorong kenaikan harga minyak secara jangka panjang.
Menurut para analis, Arab Saudi dapat mulai mengurangi tambahan pengurangan pasokan sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph).
OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) ditambah Rusia dan sekutu lainnya, akan bertemu pada hari Rabu tetapi kemungkinan besar tidak akan mengubah kebijakan produksi minyaknya saat ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Terbang 15% Bulan Juli, Ulah Kartel OPEC+?