NEWSLETTER

Ekonomi AS Masih Kencang, Rupiah Akan Terus Jadi Korban?

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
03 October 2023 06:00
Ilustrasi Jerome Powell (CNBC Indonesia/ Edward Ricardo)
Foto: ilustrasi Jerome Powell (Edward Ricardo/ CNBC Indonesia)

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah isu dan sentimen penting pada perdagangan hari ini, Selasa (3/10/2023).

Pada hari ini pasar akan dihiasi sentimen dari dalam negeri dan luar negeri, namun tidak dengan China. Selama sepekan ini tidak akan ada sentimen dari negeri tirai bambu, dikarenakan China sedang melaksanakan hari libur nasional.

Pergerakan IHSG pada perdagangan kemarin dihiasi oleh hasil inflasi dan juga PMI manufaktur Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulanan atau (mtm) September 2023 sebesar 0,19%. Penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau, dengan inflasi 0,35% dan andil inflasi sebesar 0,09%.

Secara rinci, komoditas penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah beras dengan andil inflasi 0,18% dan bensin dengan andil inflasi 0,6% sejalan dengan penyesuaian BBM subsidi.

Selain itu, adapula tarif pulsa ponsel yang memberikan andil inflasi 0,1%, biaya kuliah, rokok kretek dan daging sapi yang juga memberikan andil sebesar 0,1%.

Di sisi lain, telur ayam ras, bawang merah, cabai rawit, bawang putih memberikan andil deflasi. Selain komoditas di atas, tarif angkutan udara juga memberikan andil deflasi terhadap IHK bulan September 2023. Hal ini akibat low season pada bulan September.

Adapun, tingkat inflasi tahunan (yoy) mencapai  2,28%.  Jika dilihat secara tahunan, penyebab inflasi tahunan adalah kelompok makanan dan minuman serta tembakau dengan beras sebagai pemicu utama.

Sedangkan, aktivitas manufaktur Indonesia jeblok pada September 2023 dan berada di level terendah empat bulan terakhir.  Untuk periode September 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 52,3. Indeks jauh lebih rendah dibandingkan pada Agustus 2023 yang tercatat di 53,9. Indeks PMI pada September adalah yang terendah sejak Mei 2023 atau dalam empat bulan terakhir.

Meski melandai, PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 25 bulan terakhir.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi.

S&P Global menjelaskan kendati melemah tetapi PMI masih solid. Hal ini didorong oleh peningkatan permintaan dan perbaikan kinerja vendor.

Industri manufaktur tetap menaikkan jumlah pembelian input dan kepemilikan inventaris mereka. Tingkat ketenagakerjaan juga naik, sehingga memungkinkan perusahaan untuk mengurangi penumpukan pesanan.

PMI juga didukung oleh peningkatan produksi yang bisa lebih cepat. Ongkos produksi yang selama ini menjadi beban juga sudah jauh berkurang. Namun, melandainya PMI pada September 2023 bisa menjadi peringatan jika ekspor Indonesia ke depan akan melemah.

Sementara dari global, sentimen hari ini hanya datang dari pidato wakil gubernur The Fed dan pidato dari para anggota Federal Open Market Committee (FOMC). Selain itu, terdapat pula data lowongan pekerjaan JOLTs periode Agustus 2023.

Diketahui, lowongan pekerjaan JOLTs di AS turun menjadi 8,827 juta yang disesuaikan secara musiman pada periode Juli 2023, dari 9,165 juta pada Juni 2023, menurut laporan Survei Pembukaan Pekerjaan dan Perputaran Tenaga Kerja Biro Statistik AS (BLS).

Data survei pembukaan pekerjaan dan perputaran tenaga kerja atau JOLTs pada Juli 2023 menunjukkan jumlah karyawan baru turun menjadi 5,773 juta dari 5,94 juta, jumlah karyawan yang keluar mendekati jumlah sebelum pandemi, turun menjadi 3,549 juta dari 3,802 juta, dan PHK naik tipis menjadi 1,555 juta dari 1,551 juta.

PHK pada dasarnya tidak berubah, yang menunjukkan hanya ada sedikit dampak dari semua PHK besar-besaran di bidang teknologi dan media pada akhir tahun lalu dan awal tahun ini.

Data mencerminkan jika ekonomi AS masih kencang. ISM mengatakan bahwa PMI manufaktur AS meningkat menjadi 49,0 bulan September 2023, angka tersebut tertinggi sejak November 2022, dari 47,6 pada bulan Agustus. Namun, bulan September menandai bulan ke-11 berturut-turut dimana PMI tetap berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur.

Indeks PMI menunjukkan jika ekonomi AS masih kuat sehingga kemungkinan inflasi akan sulit melandai. Data ekonomi menunjukkan aktivitas pabrik AS menurun lebih lambat dari perkiraan pada bulan September, sementara belanja konstruksi AS meningkat pada bulan Agustus.

Masih membaiknya ekonomi AS inilah yang membuat pelaku pasar semakin yakin jika The Fed masih akan hawkish ke depan, Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melonjak.

Indeks dolar masih bergerak di kisaran 107 yang merupakan level tertingginya sejak November 2022 atau 10 bulan terakhir.

Imbal hasil pada US Treasury yang melesat ke kisaran 4,68% pada perdagangan kemarin. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Juli 2007 atau tetinggi dalam 16 tahun terakhir.

Lonjakan indeks dolar dan imbal hasil US Treasury inilah yang diproyeksi masih akan membuat rupiah tertekan pada hari ini. Dengan besarnya keyakinan pasar akan kebijakan hawkish Teh Fed ke depan maka invesor lebih memilih membeli dolar AS dan membuang mata uang lain, termasuk rupiah.

Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan investor asing masih meninggalkan pasar keuangan Indonesia sehingga terjadi capital outflow. Data transaksi BI pada 25 - 27 September 2023, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp7,77 triliun terdiri dari jual neto Rp7,86 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,07 triliun di pasar saham dan beli neto Rp2,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Dari Asia, sentimen yang bisa dicermati adalah rencana Bank of Japan (BOJ) untuk melakukan pembelian obligasi tambahan. Langkah ini dilakukan untuk meredam aksi jual investor asing di pasar utang Jepang yang membuat imbal hasilnya terbang.

Imbal hasil obligasi acuan 10 tahun melonjak 0,78% kemarin, level tertingginya sejak Agustus 2013 atau 10 tahun lebih.

(saw/saw)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular