
'Kiamat' Pangan Nyata! RI & Puluhan Negara Ini Akan Menderita

- Kondisi El Nino bak menjadi hantu mengerikan bagi pertanian dunia, tak terkecuali Indonesia.
- Kini yang menjadi fokus adalah beras, makanan pokok semua orang di negeri ini yang produksinya terancam turun akibat El Nino.
- Asian Development Bank (ADB) dalam laporannya meramalkan bahwa Indonesia salah satu negara yang terkena getahnya. Mengapa demikian?
Jakarta, CNBC Indonesia - Isu 'kiamat' beras hingga kini terus menyeruak pasca kondisi El Nino yang puncaknya diperkirakan Agustus - Oktober 2023 ini, tak bisa dipungkiri ini memang mengancam pertanian dalam negeri karena dampaknya penurunan produksi terutama pada pangan utama masyarakat Indonesia, yakni beras.
Sudah jatuh terancam tertimpa tangga! Itulah julukan bagi beras yang tepat saat ini. Beberapa waktu belakangan, harga beras sudah melambung tinggi, ini bakal terancam melambung lagi jika dampak El Nino bulan ini dan bulan depan betul-betul menurunkan produksi. Ditambah lagi harga beras internasional meningkat akibat ada faktor El-Nino dan sebagian negara membatasi, melarang ekspor karena pemenuhan domestik dulu.
Juli lalu, India contohnya sudah memutuskan untuk mengamankan pangan dalam negerinya karena pemerintah berusaha untuk membatasi kenaikan harga pangan di dalam negeri, dan memastikan ada cukup pasokan di dalam negeri "dengan harga yang wajar."
El Nino-lah biang keroknya! Saat itu, Indeks Harga Beras Organisasi Pangan dan Pertanian untuk Juli naik 2,8% menjadi 129,7 poin. Angka tersebut naik 19,7% dibandingkan tahun lalu, dan nilai nominal tertinggi sejak September 2011, data dari FAO menunjukkan bahwa kenaikan harga paling tajam datang dari Thailand.
Kekhawatiran atas potensi dampak El Nino pada produksi di beberapa pemasok memberikan dukungan lebih lanjut terhadap harga, begitu pula gangguan yang disebabkan oleh hujan dan variabilitas kualitas dalam panen musim panas-musim gugur Vietnam yang sedang berlangsung.
Negara Asia-Pasifik Harus Waspada Dampak El Nino
El Nino dapat sangat mengganggu cuaca dan laut kondisi. Pola iklim ini dikaitkan dengan kenaikan suhu permukaan di wilayah tengah dan timur Samudera Pasifik tropis (NOAA 2023). El Nino sebaliknya adalah La Nina, yang berhubungan dengan suhu permukaan laut yang lebih dingin dari rata-rata. Keduanya berpotensi mempengaruhi cuaca secara signifikan pola, kondisi laut, dan perikanan laut keliling dunia.
Namun jika kita mengacu pada kejadian sebelumnya, kembalinya El Nino tahun ini dapat menyebabkan Asia Tengah dan wilayah selatan dan timur wilayah China yang akan lebih kering dari rata-rata.
Selain itu Australia, India, Malaysia, China dibagian utara, dan Benua Maritim (Indonesia, Papua Nugini Guinea, dan Filipina) juga mengalami hal yang sama menurut laporan Asian Development Outlook September 2023 yang diterbitkan Rabu (20/9/2023).
Menurut Institut Penelitian Internasional untuk prakiraan iklim Iklim dan Masyarakat pada bulan Agustus 2023, kemungkinan curah hujan di bawah normal meningkat secara moderat hingga kuat di Australia dan Benua Maritim selama bulan September - November 2023, sedangkan curah hujan diperkirakan di atas normal di seluruh Asia Tengah. Berikut ini forecast precipitation September-November 2023 menurut ADB.
![]() Forecast Precipitation September-November 2023 |
Sebab itu, Kemungkinan dampak El Nino cukup besar di porsi negara berkembang Asia pada tahun 2023 dan 2024. Sebagai catatan ADB memperingatkan bahwa El Nino ini tidak mengikuti siklus yang teratur, tetapi terjadi rata-rata dalam interval 2 hingga 7 tahun dan berlangsung 9-12 bulan.
Berdasarkan data Nasional Administrasi Kelautan dan Atmosfer (NOAA), ada empat yang terkuat tercatat episode El Nino terjadi pada tahun 1972-1973, 1982-1983, 1997-1998, dan 2014-2016.
Dengan ini, peringatan 10 Agustus 2023 berbunyi, "El Niño diperkirakan akan terus berlanjut melalui Utara Belahan bumi mengalami musim dingin, dengan kemungkinan lebih dari 95%. hingga Desember 2023-Februari 2024." -Asian Development Bank
Model peramalan yang digunakan oleh NOAA menunjukkan hal ini akan terjadi El Nino kuat yang akan mencapai puncaknya pada bulan November 2023-Januari 2024 di wilayah Asia-Pasifik. Indonesia juga harus mewaspadai hal ini.
El Nino Dapat Mempengaruhi Aktivitas Perekonomian
Callahan dan Mankin (2023) menunjukkan kepada dunia bahwa perekonomian sempat mengalami kerugian ekonomi yang cukup besar. Bahkan, kerugian ekonomi global berjumlah US$ 4,1 triliun pada tahun-tahun setelah 1982-1983. Kemudian kerugian tercatat mencapai US$5,7 triliun setelah tahun 1997-1998.
Hal ini berdasarkan penelitian dalam analisis terhadap 75 negara yang terkait melalui pola cuaca selama tahun 1975-2014, tunjukkan hal itu Peristiwa El Niño (dan La Niña) menyebabkan faktor total produktivitas turun, yang berdampak negatif pada output pertumbuhan pada tahun-tahun berikutnya.
Selama tahun 2014-2016 El Nino, negara berkembang Asia mengalami kekeringan, kekurangan air, degradasi lahan, hilangnya ternak dan produksi pertanian yang lebih rendah, dan lebih rendah produksi tenaga air, sehingga memperlambat pertumbuhan di beberapa perekonomian di kawasan ini (ADB 2016, UNESCAP 2017).
El Nino Ini Berpotensi Menaikkan Harga Komoditas
Kondisi meteorologi akibat El Niño bisa saja terjadi mempengaruhi harga komoditas, khususnya pertanian. Misalnya harga patokan Asia, beras di Thailand 5% pecah meningkat hampir 60%. El Nino tahun 1986-1988, naik dari US$185,75 per metrik ton pada awal El Nino menjadi US US$ 294,00 pada akhir kuartal kedua tahun 1979 hingga kuartal pertama
Kemudian pada tahun 2013 di 21 negara, menemukan penyebab El Nino inflasi meningkat dari 0,1 menjadi 1,0 poin persentase untuk sebagian besar negara, dan semakin besar pula bobot pangan dalam indeks harga konsumen suatu negara keranjang, semakin besar pula lonjakan inflasi yang ditimbulkannya oleh El Nino.
Gangguan ekonomi akibat El Nino tahun ini diramalkan oleh ADB sangat parah pada banyak orang perekonomian di wilayah Asia Pasifik. Tabel dibawah ini menunjukkan perekonomian Asia yang diidentifikasi oleh Food and Organisasi Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berisiko mengalami kekeringan atau curah hujan berlebihan.
Di sebagian besar negara-negara tersebut, sektor pertanian berperan penting untuk sebagian besar produk domestik bruto (PDB) lebih dari 20% di Afghanistan, Kamboja, Myanmar, Pakistan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Selain itu, banyak dari negara tersebut yang perekonomian sangat bergantung pada pembangkit listrik tenaga air (misalnya, Kamboja, Fiji, Republik Demokratik Rakyat Laos,Myanmar, dan Vietnam).
Perekonomian ini bisa menghadapi kekurangan listrik, dengan dampak buruk yang terus terjadi produksi barang dan jasa. Perekonomian negara tersebut terancam karena hasil ekspor pertanian menurun juga produksi mengalami gangguan karena El Nino.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, komoditas beras yang dibutuhkan banyak di wilayah Asia kini tengah terancam baik dari sisi pasokan maupun harga yang sudah melambung tinggi.
Rata-rata makanan dan minuman non-alkohol untuk 30% keranjang CPI di negara-negara berkembang di Asia dan beras menyumbang lebih dari 10%. bobot pangan di beberapa negara. Karena ini, pemerintah di negara-negara berkembang di Asia akan sangat waspada untuk mengetahui dampak El Nino terhadap inflasi dan neraca perdagangan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/ras)