CNBC Indonesia Research

Ini Alasan Kamboja Bisa Kalahkan RI Soal Ekspor Beras

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
21 September 2023 10:50
Penjual melayani pembeli beras di pasar Pal Merah, Jakarta, Rabu (23/8/2023). Harga beras terpantau naik hari ini dan kembali cetak rekor tertinggi. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Penjual melayani pembeli beras di pasar Pal Merah, Jakarta, Rabu (23/8/2023). Harga beras terpantau naik hari ini dan kembali cetak rekor tertinggi. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Beras sangat lekat dengan kawasan Asia Tenggara (ASEAN) karena merupakan komoditas pertanian penting pada kawasan ini. Belakangan terdengar kabar bahwa Kamboja siap salip Indonesia soal beras. Lantas benarkah demikian? Bagaimana data membuktikan hal tersebut? Bukankah Indonesia masih menjadi produsen terbesar di ASEAN?

Benar saja, soal supply, berdasarkan data ASEAN Food Security Information System (AFSIS) pada 2022 Indonesia masih menjadi negara di ASEAN dengan produksi terbesar yakni mencapai 35,05 juta ton. Posisi selanjutnya masih bercokol Vietnam dengan produksi 27,73 juta ton beras giling. Posisi ketiga masih Thailand dengan produksi mencapai 21,43 juta ton.

Lantas dimana posisi Kamboja?

Dari sisi produksi Kamboja menempati urutan ke-5 terbawah dari 10 negara ASEAN dengan produksi beras giling mencapai 7,43 juta ton. Kalau dibandingkan dengan produksi Indonesia hanya sekitar lebih dari 1/5 hasil beras giling Indonesia.

Dari sisi supply, Kamboja memang punya cadangan alias stok dari tahun 2021 cukup besar mencapai 1,64 juta ton. Tapi melihat data, inipun masih jauh dai stok milik Indonesia yang mencapai 5,27 juta ton. Tapi memang, pada tahun 2022 impor Kamboja 0 alias tidak ada.

Sementara dari sisi demand, konsumsi domestiknya cenderung lebih kecil dibandingkan dengan produksinya. Dengan ini, Kamboja mampu melakukan ekspor sebesar 637 ribu ton pada 2022. Tapi ekspor ini masih kalah jauh dari Thailand dan Vietnam dengan masing-masing ekspor mencapai 7,69 juta ton dan 7.90 juta ton.

Dari sisi ekspor Vietnam masih unggul dan menjadi negara paling besar dalam mengekspor beras. Kalau melihat dari sisi produksi mencapai 27,73 juta ton tahun 2022, namun negara ini juga melakukan impor 1,2 juta. Thailand ini memang dikenal sebagai 'trader' beras. Ia melakukan ekspor dan mengimpor beras untuk diperdagangkan ke India salah satunya.

Kementerian Perdagangan Thailand mempublikasikan data ekspor besar Thailand yang melonjak 11,9% secara tahunan (yoy) menjadi 5,29 juta ton per Agustus tahun ini. Dalam tujuh bulan pertama Thailand diketahui mengekspor beras senilai US$ 2,56 miliar, naik 20,7% dari tahun sebelumnya.

Peningkatan pengiriman beras Thailand ini dikaitkan dengan kekhawatiran terkait kekeringan akibat fenomena cuaca El Nino dan larangan ekspor beras India yang mendorong negara-negara pengimpor beras untuk membeli dalam jumlah yang besar guna menjaga ketahanan pangan.

Larangan ekspor beras India dapat mempengaruhi pasar beras global. Parahnya, jutaan orang diperkirakan akan terkena dampaknya, konsumen beras India yakni Asia dan Afrika akan menanggung beban paling berat.

India, pengekspor beras terbesar di dunia, melarang ekspor beras putih non-basmati pada 20 Juli, karena pemerintah berusaha menjinakkan harga pangan domestik yang melonjak dan memastikan ketersediaan domestik yang memadai dengan harga yang wajar.

Farmers work in a paddy field on the outskirts of Guwahati, India, Tuesday, June 6, 2023. Experts are warning that rice production across South and Southeast Asia is likely to suffer with the world heading into an El Nino. (AP Photo/Anupam Nath)Foto: AP/Anupam Nath
Farmers work in a paddy field on the outskirts of Guwahati, India, Tuesday, June 6, 2023. Experts are warning that rice production across South and Southeast Asia is likely to suffer with the world heading into an El Nino. (AP Photo/Anupam Nath)

Untuk diketahui, India adalah pengekspor beras terkemuka di dunia, menyumbang lebih dari 40% perdagangan beras global, serta produsen terbesar kedua setelah China.

Larangan tersebut dapat membuat harga yang sudah tinggi melonjak lebih tinggi lagi, menambah efek dari larangan pengiriman beras pecah pada bulan September di negara itu.

Lantas mengapa bukan Indonesia 'Raja' beras ASEAN?

Tergantung dilihat dari sisi yang mana dulu, kalau dilihat dari sisi produksi Indonesia masih unggul di tahun 2022 yakni lebih dari 35 juta ton. Namun, perlu menjadi catatan penting bahwa konsumsi dalam negeri juga besar lebih dari produksinya, yakni mencapai 36,32 juta ton. Dengan bayangan angka inilah sebabnya Indonesia kerap melakukan impor, bahkan angka ekspor berasnya terbilang kecil.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(aum/aum)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation