
Jokowi Benar! Puluhan Negara Ini Larang Ekspor Beras - Sayur

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan krisis pangan kini semakin nyata terjadi akibat banyak negara membatasi ekspor sebagai imbas dari El-Nino yang menyebabkan kekeringan ekstrim dan mengganggu produksi pangan secara global.
"Dan, supaya kita tahu, akibat super El Nino, kekeringan ekstrim diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2024," katanya saat membuka Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2023 di Istana Negara, Kamis (31/8/2023).
El-nino merupakan fenomena periode yang terjadi di Samudra Pasifik yang menyebabkan kenaikan suhu secara global.
Jokowi mengingatkan saat ini muncul fenomena ramai-ramai negara menutup keran ekspor pangan. Hal itu, katanya, sebagai efek domino El Nino yang menyebabkan kekeringan ekstrem dan mengganggu produksi pangan secara global.
"Dan, supaya kita tahu, akibat super El Nino, kekeringan ekstrem diprediksi akan berlangsung hingga awal tahun 2024," katanya saat membuka Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2023 di Istana Negara, Kamis (31/8/2023).
"Indeks harga beras FAO naik 129,7% naik di Juli. 19 negara membatasi ekspor produk pangan. Sekarang ini kencangin semua ekspor mereka. Daging beras minyak tepung gula, jagung semuanya untuk menyelamatkan rakyat masing masing," tambahnya.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebutkan di Indonesia sendiri, tren suhu rata-rata tahunan periode 1951-2021 mengalami peningkatan temperatur 0,15 derajat Celcius per 10 tahun, yang menandakan bahwa fenomena peningkatan suhu permukaan bahkan telah terjadi pula secara signifikan dan merata di Indonesia.
Menurut Dwikorita, kenaikan suhu menjadi ancaman krisis pangan yang menghantui banyak negara di dunia.
"Kerentanan pangan ini tidak lepas dari kenaikan suhu global yang akhirnya memberikan tekanan tambahan pada sumber daya air sehingga menghasilkan water hotspot atau krisis air," ungkap Dwikorita dalam Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan Iklim untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045 di Jakarta.
Organisasi pangan dunia Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO), juga meramalkan tahun 2050 mendatang, dunia akan menghadapi potensi bencana kelaparan akibat perubahan iklim sebagai konsekuensi dari menurunnya hasil panen dan gagal panen.
Lebih lanjut Dwikorita memaparkan, seluruh negara di dunia saat ini mengalami dampak perubahan iklim dengan tingkat yang berbeda-beda, seperti cuaca ekstrem, bencana alam, penurunan keanekaragaman hayati, penurunan muka air laut, krisis air, dan lain sebagainya. Karenanya, perlu tindakan konkret seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia untuk menekan laju perubahan iklim ini.
Oleh karena itu, Presiden Jokowi juga menanggapi dari kondisi ini banyak negara yang telah melakukan pembatasan ekspor untuk melindungi pasokan pangan domestik. Jokowi menyampaikan "Indeks harga beras FAO naik 129,7% naik di Juli. 19 negara membatasi ekspor produk pangan. Sekarang ini kencangkan semua ekspor mereka. Daging beras minyak tepung gula, jagung semuanya untuk menyelamatkan rakyat masing masing," tambahnya.
Tak hanya karena El-Nino, pada faktanya krisis pangan sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu sebagai dampak domino dari Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Melansir data dari Food Security Portal. Org (Glauber dan Laborde 2022a), ketika efek Covid-19 mulai mereda tekanan terhadap pasokan pangan malah meningkat setelah invasi Rusia ke Ukraina dimulai. Dalam laporan Glauber kedua negara tersebut menyumbang 12% dari total kalori yang diperdagangkan secara global.
Federasi Rusia dan Ukraina juga diketahui merupakan pemasok utama gandum, barley, bunga matahari, dan jagung.
Menelisik lebih dalam menurut (Laborde dan Mamun, 2022) melacak ada 22 negara yang menerapkan pembatasan pada berbagai produk pangan hingga akhir tahun ini, kecuali untuk produk kacang kedelai Rusia pembatasan dilakukan hingga akhir 2024 mendatang.
Dari 22 negara di atas, pembatasan ekspor pangan dari India jadi yang cukup berpengaruh ke Indonesia, pasalnya negeri Taj Mahal tersebut menjadi salah satu negara penyumbang cukup besar untuk pasokan beras Tanah Air.
Melansir dari CNN yang mengutip data BPS mencatat total impor beras Indonesia selama Januari-Juli 2023 mencapai 1,33 juta ton senilai US$715,9 juta atau setara Rp10,9 triliun (asumsi kurs Rp15.347 per dolar AS).
"Total impor beras selama Januari-Juli 2023 tercatat sebesar 1.332,9 ribu ton atau nilainya US$715,9 juta. Ini negara asal utama impor beras kita selama periode Januari-Juli 2023 berasal dari Vietnam, Thailand, dan India," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Selasa (15/8/2023).
Tak hanya Indonesia, ada Nigeria yang menjadi negara paling terdampak dari pembatasan ekspor beras India. Menurut Administrasi Perdagangan Internasional, Nigeria bergantung pada impor sekitar 1,7 juta metrik ton beras setengah jadi setiap tahunnya untuk memenuhi permintaan domestik.
Hasil penelitian Observatory of Economic Complexity pada tahun 2022, menunjukkan Nigeria mengimpor beras terutama dari India. Saat India menghentikan ekspor beras non-basmati, banyak penggilingan beras tutup, setidaknya untuk sementara waktu membuat pasokan berkurang dan harga beras melambung tinggi.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)