Efek 'Neraka' El-Nino, Luas Panen Padi & Produksi Beras Susut

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
01 September 2023 16:05
Seorang petani mengamati padi yang mengalami kekeringan di Desa Kramat, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu, (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Seorang petani mengamati padi yang mengalami kekeringan di Desa Kramat, Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu, (9/8/2023). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Efek ngeri dari fenomena panas berlebih atau El Nino telah menyebabkan luas panen padi dan produksi beras di dalam negeri turun pada Agusutus 2023.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, berdasarkan metode kerangka Kerangka Sampel Area (KSA), luas panen padi berpotensi turun 1,55% dan produksi beras turun 4,01% dibanding bulan sebelumnya.

"Kalau berdasarkan catatan kerangka sampel area yang dilakukan oleh BPS, jika dibandingkan dengan Juli 2023 maka Agustus 2023 ini memang mengalami penurunan sebesar 1,55% dan produksi padi diprediksi juga turun sebesar 4,01%," kata Pudji di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Jumat (1/9/2023).

Sebagai informasi, berdasarkan hasil Survei KSA, pada 2022, luas panen padi mencapai sekitar 10,45 juta hektar atau mengalami kenaikan sebanyak 40,87 ribu hektar (0,39 persen) dibandingkan 2021.

Sementara itu, produksi padi pada 2022 sebesar 54,75 juta ton gabah kering giling (GKG). Jika dikonversikan menjadi beras, produksi beras tahun 2022 mencapai sekitar 31,54 juta ton, atau naik sebesar 184,50 ribu ton (0,59 persen) dibandingkan dengan produksi beras tahun 2021.

"Jadi khusus untuk yang saat ini, tahun 2023 kita belum merilis angka produski pastinya, tapi itu sebagai informasi saja (data Agustus)," tutur Pudji.

Di tengah potensi turunnya luas panen dan produksi beras itu, BPS juga mencatat bahwa inflasi harga beras sangat tinggi pada Agustus 2023, bahkan tingkatnya melampaui level inflasi yang tercatat sudah tinggi pada periode Oktober 2015.

Pada Agustus 2023, inflasi atau kenaikan indeks untuk harga beras telah mencapai 13,76%, sedangkan data inflasi untuk beras yang terjadi pada Oktober 2015 sebesar 13,44% dan inflasi tertinggi untuk beras tercatat pada Juni 2012 sebesar 16,23%.

BPS juga telah mencatat rata-rata harga beras di tingkat penggilingan sudah naik pada Agustus 2023. Nilainya di penggilingan sudah tembus Rp 11.519 per kg atau naik 2,56% dari Juli 2023 sebesar Rp 11.228 dan dibanding Agustus 2022 yang Rp 9.577 sudah naik 20,27%.

Sementara itu, di tingkat grosir pada Agustus 2023 sudah mencapao harga Rp 12.266 per kg atau naik 1,02% dari Juli 2023 sebesar Rp 12.142, dan dibanding Agustus 2022 yang Rp 10.551 naiknya sebesar 16,24%.

Di tingkat eceran pada Agustus 2023 sudah mencapai harga Rp 12.99 per kg atau naik 1,45% dari Juli 2023 sebesar Rp 12.863, dan dibanding Agustus 2022 yang harganya di level Rp 11.555 naiknya sebesar 13,78%.

Harga gabah pun juga telah tercatat naik. Untuk gabah kering panen mencapai Rp 5.833 atau naik 3,62% dibanding Juli 2023 dan naik 19,89% dibanding Agustus 2022. Gabah kering giling mencapai Rp 6.760 per kg atau naik 5,82% dibanding Juli 2023 dan baik 23,03% dibanding Agustus 2022.

Puji menjelaskan, untuk harga beras sudah terdeteksi sejak di tingkat produsen karena ada kenaikan harga gabah kering panen maupun gabah kering giling karena ada persiangan penawaran harga oleh pembeli gabah itu sendiri baik kepada petani maupun penggilingan.

"Sementara di sisi lain, jumlah produksi beras ini cenderung saat ini berkurang karena sudah melewati masa panen yang kita ketahui sudah terjadi pada Juli lalu," tutur Pudji.


(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas! Harga Gabah & Beras Tingkat Penggilingan Mulai Naik

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular