
Amerika Bikin Kecewa Lagi, Mampukah BI Buat RI Tetap Pesta?

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa Wall Street ditutup terkoreksi pada perdagangan Rabu kemarin, setelah The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,22% ke posisi 34.440,879, S&P 500 merosot 0,94% ke 4.402,2, dan Nasdaq Composite ambruk 1,53% menjadi 13.469,13.
Saham-saham teknologi terkoreksi parah, dengan saham informasi teknologi dan layanan komunikasi merupakan dua sektor dengan kinerja terburuk di S&P 500.
Saham Microsoft ambruk lebih dari 2%, sedangkan saham Nvidia dan Alphabet (Google) anjlok lebih dari 3%. Ketiganya menjadi 'beban' indeks Nasdaq.
Investor telah membeli saham-saham teknologi dan saham-saham pertumbuhan lainnya tahun ini dengan harapan bahwa The Fed sudah melakukan pengetatan kebijakan pada saat ini.
The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya di level 5,25%-5,5%. Hal ini sudah sesuai dengan perkiraan pasar sebelumnya, di mana mereka memperkirakan The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya.
Namun, The Fed mengindikasikan bahwa satu kali kenaikan suku bunga lagi diperkirakan terjadi sebelum akhir tahun ini dalam proyeksi ekonominya. Hal ini sebenarnya sudah sesuai dengan pernyataan The Fed sebelumnya di mana ruang untuk kenaikan suku bunga tinggal sekali lagi di tahun ini.
"Kami berada dalam posisi untuk mengambil langkah hati-hati dalam menentukan sejauh mana penguatan kebijakan tambahan," kata Ketua The Fed, Jerome Powell.
Pasar kesulitan menemukan arah ketika Powell mengatakan dalam konferensi pers setelah pengumuman bahwa The Fed akan "melanjutkan dengan hati-hati" dalam menaikkan suku bunganya dan bahwa resesi masih mungkin terjadi.
Meski begitu, The Fed sudah mengisyaratkan akan mengakhiri kampanye kenaikan suku bunga setelah kenaikan tersebut dan mulai menurunkan suku bunga pada tahun depan, meskipun mempertahankan suku bunga pada tingkat yang lebih tinggi untuk tahun ini dibandingkan yang diisyaratkan pada Juni lalu.
Setelah diumumkannya hasil dari pertemuan dua hari The Fed, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) kembali bangkit bahkan menyentuh rekor tertinggi sejak 2007.
Yield Treasury acuan (benchmark) tenor 10 tahun naik 3,2 basis poin (bp) menjadi 4,399%, menjadi level tertinggi sejak 2007. Kenaikan ini membuat pasar khawatir dengan dampak kenaikan suku bunga dan kemungkinan memberikan tekanan pada saham-saham teknologi.
Di lain sisi, harga minyak juga mulai melandai karena investor menimbang sikap The Fed ke depannya.
Per Kamis hari ini pukul 04:14 WIB, harga minyak mentah jenis Brent ambruk 1,23% ke posisi US$ 93,18 per barel, sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ambles 1,02% menjadi US$ 90,27 per barel.
(chd/chd)