polling CNBC Indonesia

Batu Bara Juara! Surplus Dagang Diramal 40 Kali Beruntun

mae, CNBC Indonesia
14 September 2023 17:35
Infografis,Perkembangan Ekspor & Impor Indonesia APRIL 2022*
Foto: Infografis/ Perkembangan Ekspor & Impor Indonesia/ Edward Ricardo
  • Surplus neraca perdagangan diperkirakan menguat tipis pada Agustus
  • Ekspor dan impor diperkirakan masih terkontraksi pada Agustus
  • Harga batu bara ikut menopang kenaikan surplus Agustus

Jakarta, CNBC Indonesia - Surplus neraca perdagangan diperkirakan meningkat pada Agustus 2023 ditopang oleh kenaikan harga batu bara.

Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Agustus 2023 pada Jumat(15/9/2023).

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2023 akan mencapai US$ 1,50 miliar.

Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Juli 2023 yang mencapai US$ 1,31 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 40 bulan beruntun.

Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan terkontraksi 21,83% (year on year/yoy) sementara impor terkoreksi 9,66% pada Agustus 2023.

Sebagai catatan, nilai ekspor Juli 2023 terkoreksi 18,03% (yoy) tetapi naik 1,36% (month to month/mtm) menjadi US$ 20,88 miliar. Impor terkontraksi 8,32 (yoy) tetapi naik 14,1% (mtm) menjadi US$ 19,57 miliar.

Ekspor diperkirakan jeblok pada Agustus 2023 seiring dengan melambatnya perekonomian di negara mitra dagang, terutama dari China.
Namun, menguatnya harga batu bara menopang ekspor dan menahan penurunan ekspor lebih dalam.

Berdasarkan catatanRefinitiv, rata-rata harga batu bara pada Agustus tercatat US$ 152,98 per ton. Harganya lebih tinggi dibandingkan pada Juli yang tercatat US$ 140,92 per ton ataupun US$ 139,42 per ton pada Juni 2023.
Namun, harganya jauh di bawah Agustus tahun lalu yang tercatat US$ 405,9 per ton.

Batu bara menyumbang nilai ekspor sekitar 15% terhadap total ekspor Indonesia sehingga pergerakan harganya akan sangat menentukan.

Sebaliknya, rata-rata harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) merangkak turun menjadi MYR 3.852 per ton, turun dari MYR 3.953,2 per ton pada Juli 2023.

Sementara itu, ekonomi mitra dagang utama Indonesia, terutama China terus melandai.

Kontraksi ekspor dan impor China terus berlanjut pada Agustus karena dua tekanan yakni karena menurunnya permintaan luar negeri dan lemahnya belanja konsumen di dalam negeri yang menekan dunia usaha di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut, meskipun penurunan tersebut lebih lambat dari perkiraan.

Data bea cukai China melaporkan ekspor mereka kembali terkontraksi 8,8% (year on year/yoy) menjadi US$ 284,9 miliar pada Agustus 2023 sementara impor mereka terkoreksi sebesar 7,3% (yoy) menjadi US$ 216, 51 miliar.

Artinya, ekspor sudah terkoreksi selama empat bulan beruntun sementara impor terkontraksi selama enam bulan beruntun.

Ekonom Sucor Sekuritas, Ahmad Mikail, memperkirakan ekspor akan membaik karena kenaikan harga batu bara, baja, dan besi.

Sementara itu, ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan impor kemungkinan tidak akan terkontraksi terlalu dalam seperti tercermin dalam PMI Manufaktur.
"Dari sisi impor penurunannya tidak sedalam ekspor kita lihat karena faktor manufaktur yang masih ekspansif," tutur Irman kepada CNBC Indonesia.

Untuk periode Agustus 2023, PMI manufaktur Indonesia ada di angka 53,39. Indeks menjadi yang tertinggi sejak Oktober 2021 atau 22 bulan terakhir atau hampir dua tahun. Data hari ini juga menunjukkan PMI manufaktur Indonesia sudah berada dalam fase ekspansif selama 25 bulan terakhir.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Jika di atas 50, maka artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi. Sementara di bawah itu artinya kontraksi. Melambungnya PMI Manufaktur dipicu oleh naiknya permintaan baru, baik dari dalam ataupun luar negeri.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation