Newsletter

Amerika Umumkan Kabar Genting Hari Ini, RI Ikut Deg-Degan

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Rabu, 13/09/2023 06:00 WIB
Foto: Bendera Amerika Serikat (Photo by Win McNamee/Getty Images)
  • Pasar keuangan Tanah Air dan Wall Street masih merana karena ketidakpastian eksternal meningkat terutama dari Amerika Serikat (AS)
  • Pasar fokus menanti data inflasi AS yang akan rilis nanti malam dan diproyeksikan masih bisa naik.
  • Mulai dari inflasi, PPI China, lelang SBSN dan pengumuman libur nasional kemarin bakal mewarnai pergerakan pasar hari ini.

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air masih di zona merah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi dan rupiah merana melawan dolar AS. Begitu pula pada Surat Berharga Negara (SBN) yang terpantau masih dibuang asing.

Pasar keuangan hari ini nampaknya akan bergejolak sejalan dengan sikap hati-hati investor menunggu data inflasi Amerika Serikat (AS). Selengkapnya mengenai proyeksi pasar keuangan bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini

IHSG pada perdagangan kemarin, Selasa (12/9/2023) ditutup terkoreksi -0,42% secara harian ke posisi 6933,96. Posisi ini berbanding terbalik dengan perdagangan hari sebelumnya yang sempat menguat 0,56% ke 6963,39. Penurunan kemarin membuat IHSG semakin menjauhi level psikologis 7000.

IHSG pada perdagangan kemarin yang melemah juga sejalan dengan nilai transaksi yang turun dari hari sebelumnya sebesar Rp11,18 triliun menjadi Rp10,69 triliun. Selama satu hari perdagangan terpantau ada 286 saham yang terkoreksi, 222 saham stagnan, sementara 245 saham lainnya menguat.

Secara sektoral, yang menjadi pemberat IHSG ada sektor kesehatan dan energi yang masing-masing turun hingga 1,2 % dan 0,87%. Saham raksasa batubara PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat terbesar IHSG yakni mencapai 8,1 indeks poin.

Tak hanya itu, empat saham bank raksasa atau bank big four juga menjadi pemberat IHSG, yakni saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 5,5 indeks poin, kemudian PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar 4,8 indeks poin, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar 2,9 indeks poin, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 1,7 indeks poin.

Beralih ke pergerakan nilai tukar rupiah dalam melawan dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (12/9/2023) ditutup melemah 0,10% ke posisi Rp15.335/US$. Posisi tersebut memperpanjang tren pelemahan rupiah sejak 1 September 2023 dan semakin terbenam di level psikologis Rp15.300/US$.

Pelemahan rupiah salah satunya karena kuatnya dolar AS. indeks dolar AS (DXY) mengalami apresiasi di angka 104,76 atau menguat dibandingkan penutupan hari sebelumnya, Senin (11/9/2023) yang berada di angka 104,57.

Kemudian pada pergerakan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor 10 tahun yang menjadi benchmark pasar pada perdagangan kemarin, Selasa (12/9/2023) terpantau naik 5 basis poin (bps) menjadi 6,65%. Posisi ini menjadi yang tertinggi sejak 23 Agustus 2023. Kenaikan yield menandai harga SBN yang semakin murah karena investor melepas SBN, terutama investor asing.

 

Mulai dari pergerakan IHSG, Rupiah, hingga SBN yang masih merana disinyalir karena fokus pelaku pasar yang menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Agustus 2023 yang dijadwalkan rilis hari ini pada pukul 19.30 WIB.
Berbagai sentimen positif dari dalam negeri, seperti pengumuman libur nasional, juga tak mampu membawa IHSG kembali ke zona hijau.


(tsn/tsn)
Pages