
Kekhawatiran Jokowi Diungkap Hari Ini, September Masih Ceria?

- IHSG mengalami koreksi setelah menguat selama tiga hari beruntun selama pekan ini tetapi rupiah
- Data klaim pengangguran AS melemah menambah data makro yang menunjukkan ekonomi As melemah sehingga dapat membuat The Fed makin melunak
- Inflasi Indonesia diperkirakan meningkat pada Agustus dan manufaktur tetap dalam kondisi ekspansif
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Indonesia mulai menunjukkan sinyal pembalikan arah setelah menguat selama empat hari perdagangan pada pekan ini. Pasar saham domestik terkoreksi, sementara rupiah menguat tipis.
Pasar keuangan Indonesia diharapkan akan mengakhiri perdagangan di zona hijau pada hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (31/8/2023). IHSG ditutup turun 0,19% ke posisi 6.953,26. Meski melemah, tetapi IHSG masih mampu bertahan di level psikologis 6.900.
Beberapa sektor menjadi pemberat IHSG pada perdagangan kemarin, yakni sektor kesehatan yang mencapai 1,75%, sektor infrastruktur sebesar 1,72%, sektor konsumer non-primer sebesar 1,19%, dan sektor industri sebesar 1,16%.
IHSG gagal mempertahankan penguatannya yang terbentuk selama tiga hari beruntun. Aksi profit taking investor pun tak terelakan dan membuat indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut akhirnya bergerak di zona merah pada sesi I perdagangan kemarin.
Sementara itu rupiah ditutup menguat 0,07% terhadap dolar AS di angka Rp15.225/US$ pada hari Kamis (31/8/2023).
Rupiah menguat karena optimisme Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan Rp14.800-15.200 pada tahun ini sedangkan pada tahun depan mengalami penguatan dibandingkan tahun ini yakni menjadi Rp14.600 - 15.100.
Penguatan rupiah juga ditopang oleh proyeksi Inflasi yang tetap terkendali sesuai target bank sentral juga serta prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap positif yaitu 4,7-5,5%.
Selain itu, stabilitas nilai tukar rupiah pun akan meningkat sejalan dengan implementasi kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dimana eksportir wajib menempatkan dolar AS ke dalam negeri dalam jangka waktu tertentu. Dengan begitu, cadangan devisa ditargetkan bisa naik US$ 8 - 9 miliar per bulan.
Dari sisi eksternal, terjadi kelesuan data perekonomian. Hal ini tercermin dari laporan tenaga kerja ADP, pertumbuhan ekonomi, dan Job Openings and Labor Turnover Summary (JOLTS).
Data payrolls ADP menunjukkan pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus. Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000. Laporan Tenaga Kerja Nasional ADP mengukur angka tenaga kerja sektor swasta non-pertanian.
AS juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 menjadi 2,1% (secara tahunan) dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.
Sedangkan jumlah lapangan pekerjaan baru JOLTS turun 338.000 menjadi 8,83 juta pada Juli 2023. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 9,47 juta.
Dari pasar Surat Berharga Negara (SBN), imbal hasil atau yield SBN tenor 10 tahun kembali naik menjadi 6,38% pada perdagangan kemarin, dari 6,37% pada perdagangan hari sebelumnya.
Imbal hasil berbanding terbalik dengan harga. Imbal hasil yang naik menandai harga SBN yang turun karena dibuang investor.
Nasdaq mencatatkan kenaikan kelima berturut-turut, tetapi Dow Jones dan S&P500 tergelincir karena ada aksi ambil untung investor.
Nasdaq menguat 0,11% untuk mengakhiri sesi Kamis (31/8/2023) di 14.034,97. Dow Jones tergelincir 168.33 poin, atau 0.48%, menjadi 34,721.91. S &P 500 turun 0,16% menjadi ditutup 4.507,66.
Serangkaian sesi positif baru-baru ini - di mana S&P 500 dan Dow naik selama empat hari berturut-turut, membantu indeks memangkas kerugian bulanannya.
Namun demikian, pada Agustus S&P 500 trurun 1,77%, sedangkan Nasdaq merosot 2,17% dan Dow Jones turun 2,36%.
Investor mencermati data inflasi AS yang baru. Indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti meningkat 0,2% bulan ke bulan di bulan Juli dan 4,2% tahun ke tahun, sesuai dengan perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. PCE inti adalah indikator inflasi yang diawasi ketat oleh bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
"Pada akhirnya, ekuitas mengikuti jejak obligasi, jadi penurunan berkelanjutan dalam imbal hasil obligasi pemerintah AS adalah kunci untuk menjembatani lebih banyak kenaikan pada saham, setidaknya dalam waktu dekat," kata Joseph Cusick, wakil presiden senior di Calamos, dikutip dari CNBC International.
"Tanpa adanya hasil yang mengejutkan dari laporan nonfarm payrolls AS bulan Agustus pada hari Jumat, kondisi likuiditas yang disebabkan oleh liburan mulai terbentuk menjelang Hari Buruh."
Salesforce mengurangi kerugian Dow Jones lebih dalam. Saham menguat hampir 3% setelah perusahaan perangkat lunak tersebut mengumumkan hasil fiskal kuartal kedua dan panduan kuartal ketiga pada hari Rabu yang melebihi ekspektasi analis.
Investor sekarang akan mengalihkan perhatian mereka ke data non-farm payroll yang dirilis Jumat pagi. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan adanya penambahan 170.000. Para pedagang masih berharap bahwa laporan tersebut akan menunjukkan bahwa perekonomian sedang melambat secara signifikan, dan pada akhirnya memberikan alasan bagi bank sentral untuk menghentikan kenaikan suku bunga acuan.
Laju IHSG pada perdagangan hari ini akan didukung oleh beberapa faktor, baik dalam dan luar negeri. Ekonomi Amerika Serikat tampak mulai lesu berdasarkan rilis daya-daya ekonomi terbaru.
Tingkat pengeluaran pribadi pada Juli meningkat sebesar 0,8%, di atas posisi kemarin dan di atas konsensus.
Selain itu, klaim awal pengangguran Amerika Serikat turun menjadi 228.000 pada pekan yang berakhir 26 Agustus 2023. Angka ini lebih rendah dari posisi pekan sebelumnya dan konsensus.
Sebelumnya, data payrolls ADP menunjukkan pengusaha swasta menambah 177.000 pekerjaan pada Agustus. Jumlah tersebut jauh di bawah angka revisi pada Juli yaitu 371.000. Itu juga meleset dari perkiraan Dow Jones sebesar 200.000. Laporan Tenaga Kerja Nasional ADP mengukur angka tenaga kerja sektor swasta non-pertanian.
AS juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 menjadi 2,1% (secara tahunan) dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,4%.
Jumlah lapangan pekerjaan baru JOLTS turun 338.000 menjadi 8,83 juta pada Juli 2023. Jumlah tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 9,47 juta.
Rilis data makro tersebut menjadi pertimbangan Bank Sentral Amerika Serikat Federal Reserve.The Fed dalam menentukan kebijakan moneter.
Jka ekonomi AS melemah, The Fed diperkirakan investor akan melunak. Perangkat CME Fedwatch menunjukkan 89% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September.
Hari ini, AS juga akan mengumumkan data penting yakni angka pengangguran untuk Agustus. Pelaku pasar memperkirakan tingkat pengangguran akan naik menjadi 3,8% pada Agustus dari 3,5% pada Juli. AS juga akan mengumumkan data non-farm payroll untuk Agustus.
Dua data ini menjadi pertimbangan utama The Fed dalam menentukan kebijakan suku bunga pada September ini. Jika data tenaga kerja memburuk maka ada harapan The Fed melunak.
Sementara dari dalam negeri, pelaku pasar menunggu data inflasi periode Agustus yang akan diumumkan pagi hari ini.
Inflasi Agustus 2023 diperkirakan meningkat secara tahunan, sementara secara bulanan melandai setelah berlari kencang pada bulan lau. Sebagai catatan, inflasi pada Juli tercatat 3,08% (year-on-year/yoy) dan 0,21% (month-to-month/mtm).
Diperkirakan beras menjadi salah satu penyebab inflasi meningkat secara tahunan, sebab terjadi lonjakan harga.
Data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) menunjukkan bahan pokok yang mengalami lonjakan harga adalah beras, cabai rawit merah, dan gula pasir. Daging ayam yang pada bulan lalu naik sudah turun.
Rata-rata harga beras dibanderol Rp 13.611,36/kg pada Agustus 223 atau naik 0,49% dibandingkan Juli.
Inflasi merupakan salah satu concern dan kekhawatiran terbesar bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam dua tahun terakhir. Presiden mengakui harga beras di Indonesia sedang bermasalah karena trennya naik terus. Penyebabnya antara lain kemarau ekstrem akibat El Nino yang melanda wilayah Indonesia.
"Saya senang bahwa harga-harga di pasar minggu ini di Pekalongan, dicek lagi di Palu, semuanya pada posisi menurun hanya satu yang masih masalah di urusan beras, karena ada super El Nino," kata Jokowi dalam acara Rakornas Pengendalian Inflasi Daerah, di Istana Jakarta, Kamis (31/8/2023).
Ia mengatakan kondisi ini juga terjadi di banyak negara tetangga, bahkan kini negara-negara produsen beras menghentikan ekspor beras demi menjaga pasokan beras di dalam negerinya.
Jokowi menekankan untuk itu pengendalian inflasi sangat penting, di antaranya yang paling utama menjaga stoknya.
Hari ini, S&P Global juga aka merilis data PMI Manufaktur untuk Agustus bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia, China, AS, hingga Jepang. PMI Manufaktur Indonesia tercatat 53,3 pada Juli 2023 dan diharapkan akan melanjutkan fase ekspansifnya pada Agustus ini.
Berikut sejumlah agenda dan rilis data ekonomi pada hari ini:
- PMI Manufaktur Indonesia (7.30 WIB)
- PMI Manufaktur China Caixin (8.45 WIB)
- Inflasi Indonesia (09.00 WIB)
- Tingkat pengangguran AS (20.30 WIB)
- Tingkat Gaji Bukan Pertanian AS (20.30 WIB)
Ahenda Emiten Hari Ini:
- Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) MDLN (10.00 WIB)
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras) Next Article Investor Berdebar Menanti Rapat The Fed, IHSG Rawan Terkoreksi