Newsletter

IHSG & Rupiah Terbang Asal Dibantu Inflasi RI-Pengangguran AS

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Senin, 28/08/2023 06:07 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • IHSG menguat sementara rupiah melemah pada pekan lalu di tengah meningkatnya ketidakpastian global
  • Wall street semringah didorong keyakinan investor bahwa sikap The Fed segera melunak soal suku bunga
  • Data inflasi dan laju manufaktur global pekan ini menjadi sentimen pergerakan utama bagi IHSG dan rupiah

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia pada pekan kemarin bergerak beragam. Pasar saham mampu menorehkan performa yang prima, sedangkan rupiah keok di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa kompak mencatatkan kinerja positif hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen penggerak pasar hari ini bisa dibaca apda halaman 3 artikel ini.

Berdasarkan kinerja sepekan IHSG telah mengalami kenaikan 0,52% dan ditutup di 6.895,44.Kenaikan IHSG dalam sepekan di dorong oleh beberapa saham yang mengalami kenaikan signifikan, salah satunya perusahaan BUMN keenam yakni PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).

Akan tetapi sikap para investor masih diselimuti sentimen negatif dari kebijakan suku bunga acuab bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed.

Jerome Powell, Chairman The Fed, menyatakan "siap" menaikkan suku bunga lebih lanjut apabila "diperlukan". Pernyataan tersebut merujuk pada kesiapan bank sentral yang potensi melanjutkan kebijakan ketat guna mengendalikan inflasi capai target 2% saat Symposium Jackson Hole pada Jumat (25/8/2023).

Powell menyatakan The Fed "siap" menaikkan suku bunga lebih lanjut apabila "diperlukan". Pernyataan tersebut merujuk pada kesiapan bank sentral yang potensi melanjutkan kebijakan ketat guna mengendalikan inflasi capai target 2%.

"Tugas The Fed adalah menurunkan inflasi hingga mencapai target 2%, dan kami akan melakukannya. Kami telah memperketat kebijakan secara signifikan selama setahun terakhir. Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya-suatu perkembangan yang menggembirakan-namun inflasi masih terlalu tinggi" Kata Powell lebih lanjut.

Kendati demikian, Powell juga menegaskan kembali komitmen bank sentral bisa melanjutkan kebijakan ketat, akan tetap disertai pendekatan yang hati-hati apakah pengetatan memang perlu dilakukan atau sudah harus mempertahankan suku bunga.

Dengan itu, The Fed akan menilai lebih banyak data yang masuk beserta prospek dan risiko yang berkembang sebagai bahan pertimbangan keputusan kebijakan September mendatang.

Sikap hawkish The Fed tersebut selain membuat investor ragu untuk memberli saham, juga membuat dolar makin perkasa terhadap rupiah. 

Dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS), mata uang Garuda masih berada dekat dengan level psikologis Rp15.300/US$ dan selama lima pekan ini masih melemah.

Mengutip dari Refinitiv, pada perdagangan Jumat (25/8/2023) rupiah ditutup di Rp15.290/US$, secara mingguan melemah tipis 0,07%.

Sementara itu, imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) menguat tajam pekan lalu akibat ketidakpastian global menunggu pidato Powell. Imbal hasil SBN tenor 10 tahun ditutup di posisi 6,528% pada Jumat pekan lalu. Imbal hasil bahkan sempat menyentuh 6,68% pada Selasa (22/8/2023)yang merupakan rekor tertinggi sejak awal April 2023.

Imbal hasil berkebalikan dengan harga. Saat imbal hasil meningkat maka artinya ada tekanan jual dari investor sehingga harganya jatuh.




(ras/ras)
Pages