
Siap-Siap Spot Jantung! Kabar Genting dari China, BI & Fed

Pelaku pasar akan mencermati sejumlah sentimen dan rilis data ekonomi makro yang akan mempengaruhi pergerakan pasar selama pekan ini ataupun hari ini, baik dari dalam maupun luar negeri.
Dari dalam negeri, pada Selasa (22/8), Bank Indonesia (BI) akan merilis laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II 2023 yang juga memuat data transaksi berjalan.
Sebagai catatan, NPI mencatat surplus US$ 6,5 miliar sementara transaksi berjalan surplus sebesar US$ 3,0 miliar atau 0,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal I-2023.
Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan lalu, BI memperkirakan NPI yang positif diprakirakan berlanjut, didukung transaksi berjalan yang diprakirakan terjaga sehat dalam kisaran surplus 0,4% sampai dengan defisit 0,4% dari PDB pada 2023.
Pergerakan transaksi berjalan dan NPI akan sangat berdampak kepada nilai tukar rupiah. Pasalnya, NPI akan mencerminkan seberapa besar kekuatan ekspor serta arus modal asing yang masuk. Hal itu akan menentukan besaran pasokan dolar serta cadangan devisa yang akan memperkuat rupiah.
Pada Kamis (24/8) akan ada dua data penting, yakni indeks harga properti dan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, termasuk suku bunga acuan. BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada rapat yang akan digelar pada Rabu dan Kamis pekan ini (23-24 Agustus 2023).
Sejumlah ekonom memperkirakan BI baru akan memangkas suku bunga pada kuartal I-2024. "Kita lihat di kuartal I-2024 sudah ada ruang BI untuk cut rate," tutur Faisal Rachman, ekonom Bank Mandiri, kepada CNBC Indonesia.
Senada, ekonom PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Wisnubroto juga memperkirakan BI baru akan memangkas suku bunga paling cepat pada Januari-Maret tahun depan.
"Saya rasa masih memungkinkan BI untuk menahan suku bunga hingga akhir tahun, dengan exernal balance kita yang masih terjaga. Sepertinya BI baru akan cut tahun depan, palig cepat di kuartal I-2024," ujarnya.
Pada Jumat (25/8), akan dirilis pula data suplai uang beredar atau M2 per Juli 2023. Peredaran uang pada Juli akan menjadi cerminan seberapa kencang belanja masyarakat setelah Lebaran. Bila peredaran uang masih tumbuh kencang maka ada harapan konsumsi masyarakat meningkat sehingga ekonomi akan tetap melaju kencang.
Dari luar negeri, pada hari ini, Senin (21/8/2023), akan ada publikasi keputusan suku bunga dasar pinjaman (loan prime rate/LPR) 1 tahun dan 5 tahun China.
Sorotan mata investor global kini tak hanya menuju ke AS, melainkan pula China. Pekan ini, kekhawatiran atas perlambatan ekonomi China dan era suku bunga tinggi The Fed menjadi momok buat pasar global.
Bank sentral China PBoC mempertahankan loan prime rate pada Juli lalu masing-masing 3,55% untuk 1 tahun dan 4,2% untuk 5 tahun. Setelah Tiongkok mencatatkan deflasi sebesar 0,3% (yoy) pada Juli lalu, publik pun kini menunggu kebijakan apa yang akan dilakukan PBoC untuk mengerek konsumsi masyarakat China.
PBoC pada Selasa (15/8/2023) kembali memangkas suku bunga untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir. Hal ini terjadi setelah Negeri Tirai Bambu melaporkan deflasi untuk pertama kalinya sejak 2021.
PBOC mengatakan pihaknya menurunkan suku bunga 15 basis poin menjadi 2,50% dari angka 2,65% sebelumnya. Penurunan ini ditujukan kepada fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun atau yang dikenal dengan MLF.
Analis mengatakan langkah itu membuka pintu bagi potensi pemotongan suku bunga acuan pinjaman atau loan prime rate pada hari ini.
Selain data China, data inflasi harga produsen (PPI) Jerman juga akan mewarnai pergerakan pasar pada Senin.
Pada Selasa (22//20238), data keyakinan konsumen Korea Selatan (Korsel), pidato pejabat The Fed Barkin, dan data penjualan rumah AS akan menjadi fokus.
Untuk yang disebut terakhir, National Association of Realtors (NAR) akan melaporkan penjualan rumah yang ada, yang diproyeksikan turun sedikit menjadi 4,15 juta unit bulan lalu, dari 4,16 juta pada Juni.
Penjualan kemungkinan dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR), yang mencapai level tertinggi 21 tahun minggu ini (dengan rerata 7%). Sementara rebound harga rumah sejak Februari telah mengurangi keterjangkauan (affordability) konsumen.
Meskipun demikian, penjualan rumah baru kemungkinan naik menjadi 701.000 bulan lalu, bertambah dari 697.000 pada Juni.
Selanjutnya, pada Rabu (23/8/2023), pidato pejabat The Fed, perubahan stok minyak mentah AS versi API dan EIA, dan data PMI flash sejumlah negara akan menjadi sentimen pasar.
Pada Kamis (24/8), akan ada pengumuman keputusan suku bunga bank sentral Korsel dan data klaim tunjangan pengangguran AS.
Dan yang paling ditunggu-tunggu, mulai Kamis, para pejabat The Fed, termasuk Ketua The Fed Jerome Powell, akan berkumpul untuk Simposium Ekonomi Jackson Hole, di Wyoming, selama tiga hari, yang diselenggarakan setiap tahun oleh The Fed wilayah Kansas City sejak 1981.
Simposium Jackson Hole adalah acara di mana para gubernur bank sentral, menteri keuangan, ekonom, dan akademisi dari seluruh dunia berkumpul untuk membahas masalah ekonomi yang paling mendesak saat ini.
Simposium tahun ini berjudul "Pergeseran Struktural dalam Ekonomi Dunia" dan kemungkinan akan fokus pada bagaimana bank sentral, setelah menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam lebih dari dua dekade, dapat menjauhkan ekonomi dari resesi.
Jerome Powell akan menyampaikan pidato tentang prospek ekonomi pada Jumat (25/8) di Jackson Hole.
Dalam pidatonya, yang ditetapkan pada pukul 10:05 waktu AS atau 21.05 WIB, Powell akan memberikan pandangan terbarunya tentang apakah diperlukan lebih banyak pengetatan kebijakan untuk menurunkan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, atau mulai mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga.
Rapat FOMC The Fed berikutnya sendiri akan diadakan pada 19-20 September 2023.
Pidato Powell akan dinanti-nanti karena secara historis memiliki efek kejut yang besar untuk pasar.
Dalam gelaran Jackson Hole tahun lalu, pidato Powell yang menyebut The Fed akan terus menaikkan suku bunga dan mempertahankannya pada tingkat yang lebih tinggi sampai inflasi yakin terkendali membuat pasar saham AS anjlok pada 26 Agustus 2022.
Kala itu, indeks Dow Jones Industrial Average turun tajam 1.008,38 poin, atau 3,03%, menjadi 32.283,40. Kemudian, indeks S&P 500 ambles 3,37% menjadi 4.057,66, dan Nasdaq Composite merosot 3,94% menjadi 12.141,71.
(trp/trp)