Newsletter

Siap-Siap Spot Jantung! Kabar Genting dari China, BI & Fed

Putra, CNBC Indonesia
21 August 2023 06:00
Ilustrasi Wall Street. (AP/J. David Ake)
Foto: Foto Dokumentasi BI, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bertemu dengan Gubernur Bank Sentral AS (The Federal Reserve) Jerome Powell

Bursa saham AS, Wall Street, kompak ambles selama pekan lalu di tengah kekhawatiran investor soal kebijakan moneter The Fed hingga kabar perlambatan ekonomi China.

Pada Jumat (18/8) waktu AS, Indeks Dow Jones naik tipis 0,07%, S&P 500 turun tipis 0,01% dan Nasdaq terkoreksi 0,20%. Dow Jones mengakhiri pekan dengan melemah sebesar 2,2% sepekan, yang terburuk sejak Maret.

Sementara itu, S&P 500 turun 2,1% dan mencatatkan penurunan minggu ketiga berturut-turut, rekor yang belum pernah terjadi sejak Februari. Nasdaq Composite turun sekitar 2,6%, jatuh untuk minggu ketiga berturut-turut - yang pertama sejak Desember.

"Saya merasa pasar memikirkan kembali optimisme mereka dari Juli, di mana kita memiliki narasi soft landing," kata Michelle Cluver, ahli strategi portofolio senior di Global X ETFs, dikutip CNBC International, Jumat (18/8).

"Sekarang masih melihat pertumbuhan ekonomi, tetapi [ada] tanda tanya yang muncul tentang seberapa besar tingkat suku bunga yang lebih tinggi yang harus ditempuh, sehingga narasi bulan ini adalah soal imbal hasil [obligasi AS/US Treasury] dengan durasi yang lebih lama," tambah Cluver.

Pelemahan yang dicatat Wall Street pekan lalu terjadi setelah serentetan data ekonomi yang kuat menyebabkan investor memutar kembali ekspektasi penurunan suku bunga dan mendorong yield Treasury AS.

"Kita telah lama terlambat untuk mengalami koreksi di pasar saham, dan jelas bahwa suku bunga yang lebih tinggi sekarang telah menjadi katalis untuk itu," kata Michael Reynolds, wakil presiden strategi investasi, di perusahaan penasihat investasi Glenmede, dikutip Reuters.

"Ketika opportunity cost [biaya peluang] menjadi lebih kompetitif, valuasi harus terkoreksi pada aset berisiko, terutama saham berkapitalisasi besar yang telah diperdagangkan dengan harga premium yang signifikan tahun ini," imbuh Michael.

Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun turun dari level tertinggi 10 bulan setelah sempat mendekati - tetapi gagal menembus - level yang menjadi yang tertinggi sejak 2007 pada Kamis.

Risalah dari pertemuan Juli The Fed yang dirilis pada Rabu juga menunjukkan sebagian besar pembuat kebijakan memprioritaskan pertempuran melawan inflasi. Hal ini semakin menjauhkan ekspektasi pasar mengenai pemangkasan suku bunga.

Kini, menurut alat FedWatch CME Group, pelaku pasar melihat peluang hampir 91% The Fed akan mempertahankan suku bunga pada level saat ini pada pertemuan bulan September.

(trp/trp)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular