
Ekonomi Babak Belur, China Mendadak Pangkas Suku Bunga

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Sentral China (PBOC) pada Selasa (15/8/2023) kembali memangkas suku bunga untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir. Hal ini terjadi setelah Negeri Tirai Bambu melaporkan deflasi untuk pertama kalinya sejak 2021.
PBOC mengatakan pihaknya menurunkan suku bunga 15 basis poin menjadi 2,50% dari angka 2,65% sebelumnya. Penurunan ini ditujukan kepada fasilitas pinjaman jangka menengah satu tahun atau yang dikenal dengan MLF.
Analis mengatakan langkah itu membuka pintu bagi potensi pemotongan suku bunga acuan pinjaman pinjaman China (LPR) minggu depan. Jatuhnya pertumbuhan kredit dan meningkatnya risiko deflasi pada Juli memerlukan lebih banyak langkah pelonggaran moneter untuk menghentikan perlambatan.
Selain itu, risiko gagal bayar di beberapa pengembang perumahan dan pembayaran yang terlewatkan oleh manajer kekayaan swasta juga mempengaruhi kepercayaan pasar keuangan.
"Semua ini menambah urgensi bahwa pembuat kebijakan harus bertindak cepat sebelum kepercayaan konsumen dan bisnis merosot tajam," kata Tommy Wu, ekonom senior China di Commerzbank, kepada CNBC International.
Sementara itu, di hari yang sama Biro Statistik Nasional (NBS) merilis data ekonomi China, yang juga menunjukan pelemahan. Data menunjukkan penjualan ritel, industri, dan investasi semuanya tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat dari yang diharapkan.
"Semua indikator aktivitas utama menggarisbawahi ekspektasi konsensus pada bulan Juli, dengan sebagian besar stagnan atau hampir tidak berkembang dalam sebulan," kata Julian Evans-Pritchard, ekonom di Capital Economics, kepada Reuters.
"Dan dengan masalah keuangan di pengembang seperti Country Garden yang kemungkinan membebani pasar perumahan dalam waktu dekat, ada risiko nyata ekonomi tergelincir ke dalam resesi kecuali dukungan kebijakan segera ditingkatkan."
Menurut data NBS, output industri tumbuh 3,7% dari tahun sebelumnya, melambat dari laju 4,4% yang terlihat pada Juni. Ini berada di bawah ekspektasi untuk kenaikan 4,4% dalam jajak pendapat Reuters.
Penjualan ritel naik 2,5%, turun dari kenaikan 3,1% pada bulan Juni dan meleset dari perkiraan analis pertumbuhan 4,5% meskipun tren perjalanan meningkat di musim panas.
Analis Nomura mengatakan dengan data ini, pihaknya pesimistis terhadap prospek ekonomi China. Mereka menganggap penurunan suku bunga tak akan begitu berpengaruh dalam mengatrol kegiatan ekonomi di Negeri Tirai Bambu.
"Kami percaya ekonomi China dihadapkan dengan spiral ke bawah dengan yang terburuk belum datang, dan penurunan suku bunga pagi ini akan membantu terbatas," kata mereka.
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi China Dalam Bahaya, Ini Tanda Terbarunya
