
Aktivitas Bisnis di China, AS & Eropa dalam Bahaya, RI Aman?

- Aktivitas bisnis yang dicerminkan dari PMI Manufaktur negara-negara maju di dunia masih saja terlihat mengalami tekanan .
- 'Gonjang-ganjing' ekonomi global masih belum menunjukan titik terangnya untuk bangkit.
- Bagaimana kondisi PMI manufaktur China, Jepang, AS, hingga Eropa? Apakah ada kabar baik?
Jakarta, CNBC Indonesia - Aktivitas bisnis yang dicerminkan dari PMI Manufaktur negara-negara maju di dunia masih saja terlihat mengalami tekanan. Artinya, 'gonjang-ganjing' ekonomi global masih belum menunjukkan titik terangnya untuk bangkit. Bagaimana kondisi PMI manufaktur China, Jepang, AS, hingga Eropa? Apakah ada kabar baik?
Merosotnya aktivitas pabrik global pada Juli menandakan pertumbuhan yang melambat dan pelemahan di China berdampak pada ekonomi dunia, meskipun gambaran di Amerika tidak seburuk di tempat lain.
Penurunan menyoroti dilema bagi para pembuat kebijakan yang memulai siklus pengetatan kebijakan moneter yang agresif dalam pertempuran untuk menjaga inflasi, namun juga perlu mencoba dan mencegah potensi resesi.
Aktivitas pabrik China mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut pada Juli 2023.
Sementara itu, aktivitas non-manufaktur melambat ke level terlemahnya tahun ini karena ekonomi terbesar kedua di dunia itu masih saja berjuang untuk menghidupkan kembali momentum pertumbuhan setelah permintaan global melemah.
Indeks manajer pembelian manufaktur resmi berada di 49,3 pada Juli dibandingkan dengan 49,0 pada bulan sebelumnya.
Menurut data dari Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis pada Senin (31/7/2023) pembacaan aktivitas bisnis Juli ini sedikit lebih baik dari perkiraan analis yang disurvey oleh Reuters yakni 49,2.
Angka ini menunjukkan China membukukan PMI non-manufaktur resmi terlemah tahun ini, berada di 51,5 pada Juli dibandingkan dengan 53,2 di bulan Juni. PMI di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi dalam aktivitas, sementara pembacaan di bawah level tersebut menunjukkan adanya kontraksi.
"Meskipun PMI manufaktur China pulih menjadi 49,3% bulan ini, beberapa perusahaan dalam survei melaporkan bahwa lingkungan eksternal saat ini rumit dan parah, pesanan luar negeri telah menurun, dan permintaan yang tidak mencukupi masih menjadi kesulitan utama yang dihadapi perusahaan," Zhao Qinghe, senior Pejabat NBS, dalam sebuah pernyataan dikutip dari CNBC International.
Pembacaan untuk Juli ini menunjukkan pemulihan ekonomi China yang tengah "berliku-liku".
Permintaan domestik yang tidak mencukupi, kesulitan dalam pengoperasian beberapa perusahaan, banyak risiko dan bahaya tersembunyi di bidang-bidang utama dan situasi yang suram dan kompleks turut mengancam kondisi aktivitas bisnis di negara Tirai Bambu ini.
Sementara, sub-indeks ketenagakerjaan untuk sektor manufaktur dan non-manufaktur turun pada bulan Juli, menunjuk pada pelemahan yang berkepanjangan karena pengangguran kaum muda mencapai rekor tertinggi berturut-turut di China.
Menurut NBS, industri jasa sektor utama yang mempekerjakan pekerja muda sub-indeks tercatat melambat 1,3 poin persentase pada Juli dari bulan sebelumnya. Yang lebih memprihatinkan, ekspektasi bisnis di sektor non-manufaktur turun dari bulan sebelumnya.
Namun, indeks ekspektasi produksi dan aktivitas bisnis yang serupa untuk sektor manufaktur, mengalami peningkatan sebesar 1,7 poin persentase dari bulan sebelumnya, yang dikaitkan NBS dengan dukungan kebijakan untuk menumbuhkan perusahaan swasta dan memperluas permintaan domestik.
NBS mengatakan aktivitas konstruksi, yang turun 4,5 poin persentase pada Juli dari bulan sebelumnya, dilanda kondisi cuaca ekstrem.
"Tekanan ke bawah pada manufaktur sedikit berkurang. Tapi ini tidak sebanding dengan perlambatan tajam dalam aktivitas konstruksi dan jasa pendingin," kata Julian Evans-Pritchard, kepala China di Capital Economics dikutip CNBC International.
Tetap saja, ada peningkatan bulan ke bulan dalam pesanan baru dan sub-indeks inventaris bahan baku, yang membantu mendukung pembacaan PMI manufaktur yang sedikit lebih baik dari perkiraan.
Data NBS menunjukkan indeks harga pembelian dan indeks harga ex-pabrik bahan baku utama mengalami peningkatan yang berarti dari bulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kinerja.
Bagaimana Perkembangan PMI Negara lainnya?
Dari Amerika Serikat (AS), manufaktur AS tampaknya stabil pada level yang lebih lemah pada Juli di tengah peningkatan bertahap dalam pesanan baru, tetapi lapangan kerja pabrik turun ke level terendah tiga tahun, menunjukkan bahwa PHK semakin cepat.
Institute for Supply Management (ISM) mengatakan pada Selasa (1/8/2023) bahwa PMI manufaktur naik tipis menjadi 46,4 bulan lalu dari 46,0 pada bulan Juni, yang merupakan pembacaan terendah sejak Mei 2020.
Itu adalah bulan kesembilan berturut-turut PMI bertahan di bawah ambang batas 50, yang menunjukkan kontraksi di bidang manufaktur, rentang terpanjang sejak Resesi Hebat 2007-2009. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan indeks akan naik menjadi 46,8.
Pengeluaran untuk barang-barang manufaktur tahan lama telah melambat setelah melonjak selama pandemi Covid-19, dengan layanan seperti perjalanan maskapai dan kunjungan ke taman hiburan kini lebih disukai.
Sub-indeks pesanan baru survei ISM yang berwawasan ke depan meningkat menjadi 47,3 pada bulan Juli. Itu adalah pembacaan tertinggi sejak Oktober 2022 dan naik dari 45,6 pada Juni.
Meskipun hambatan terus berlanjut dari biaya pinjaman yang lebih tinggi, prospek pesanan membaik karena permintaan barang bertahan, mendorong bisnis untuk membangun kembali persediaan.
Persediaan untuk pabrik dan pelanggan tetap rendah di bulan Juli, yang menjadi pertanda baik untuk produksi di masa mendatang.
Sementara, Jepang aktivitas manufakturnya jatuh kembali ke kontraksi pada bulan Juni dan pertumbuhan sektor jasa melambat untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan karena kepercayaan bisnis dan permintaan melemah.
Jibun Bank flash indeks manajer pembelian manufaktur Jepang (PMI) turun ke penyesuaian musiman 49,8 pada bulan Juni dari pembacaan akhir 50,6 pada bulan Mei, kembali di bawah ambang batas 50,0 yang memisahkan kontraksi dari ekspansi.
Output dan pesanan baru turun pada Juni setelah tumbuh pada bulan sebelumnya, sementara pesanan ekspor baru turun dengan laju paling tajam sejak bulan Februari.
"Beberapa perusahaan menyatakan lebih berhati-hati seputar prospek karena tekanan biaya yang kuat dan ketidakpastian ekonomi global yang berkepanjangan," kata Annabel Fiddes, direktur asosiasi ekonomi di S&P Global Market Intelligence, yang menyusun survei tersebut.
Namun, tekanan biaya terus mereda dengan inflasi harga input melemah ke level terendah dalam 22 bulan.
Dari Zona Eropa, Aktivitas manufaktur di seluruh Zona Eropa mengalami kontraksi pada Juli dengan laju tercepat sejak Covid-19 memperkuat cengkeramannya di dunia karena permintaan merosot meskipun pabrik memotong harga mereka dengan tajam.
Ada kelemahan yang cukup besar terlihat di Jerman, ekonomi terbesar Eropa, sementara Prancis dan Italia, ekonomi zona euro terbesar kedua dan ketiga, juga mencatat penurunan tajam sejak Juni.
Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur Zona Eropa HCOB, yang disusun oleh S&P Global, turun menjadi 42,7 pada Juli dari 43,4 Juni.
Angka ini tercatat sebagai yang terendah sejak Mei 2020 dan cocok dengan pembacaan awal. Angka di bawah 50 menandai kontraksi dalam aktivitas.
Indeks yang mengukur output, yang dimasukkan ke dalam PMI gabungan yang akan dirilis pada hari Kamis dan dipandang sebagai ukuran yang baik untuk kesehatan ekonomi, turun menjadi 42,7 dari 44,2, level terendah yang tidak terlihat dalam lebih dari tiga tahun.
"Tampaknya resesi manufaktur akan bertahan di zona euro," kata Cyrus de la Rubia, kepala ekonom di Hamburg Commercial Bank yang dikutip dari Reuters.
"Penurunan output yang lebih kuat, pesanan baru dan volume pembelian pada awal kuartal ketiga mendukung pandangan kami bahwa ekonomi secara keseluruhan berada dalam perjalanan yang bergelombang pada paruh kedua tahun ini." tambahnya.
Permintaan turun tajam meskipun turunnya biaya input paling cepat sejak pertengahan 2009 karena persaingan yang meningkat di antara pemasok - memungkinkan pabrik memangkas biaya mereka. Indeks harga output turun mendekati level terendah 14 tahun di 45,0 dari 47,0.
Memang, di tengah kondisi ketidakpastian seperti saat sekarang ini ada banyak negara yang mengalami kontraksi pada Purchasing Managers Index (PMI), beberapa yang menjadi sorotan diantaranya Amerika, Eropa, China dan Jepang.
Lantas bagaimana kondisi PMI negara-negara lainnya, khususnya Asia?
Pasalnya, inflasi dan suku bunga yang berjalan beriringan terus meningkat saat itu memberikan terkanan terhadap prospek ekonomi gobal itu sebabnya, sektor manufaktur serta jasa secara global ikut terimbas oleh kondisi tersebut.
Di Indonesia sendiri, indeks manufaktur (Purchasing Managers' Index/ PMI Manufaktur) Indonesia meningkat dari 50,3 pada Mei menjadi 52,5 pada Juni 2023. Artinya, aktivitas manufaktur nasional masih tetap terjaga pada zona ekspansif, PMI di atas 50, selama 22 bulan berturut-turut.
Penguatan PMI manufaktur didorong oleh tingkat permintaan yang masih resilien serta meningkatnya kapasitas produksi dan kebutuhan tenaga kerja.
Peningkatan PMI manufaktur nasional pada Juni menunjukkan sentimen pelaku usaha masih cukup optimis, meskipun harus dihadapkan dengan dinamika perlambatan ekonomi dunia saat ini.
Kondisi ini perlu terus dijaga untuk menopang keberlanjutan tren positif pertumbuhan ekonomi dan pembukaan lapangan kerja dalam jangka pendek.
Di kawasan Asia Tenggara, kinerja sektor manufaktur menunjukkan perkembangan yang beragam. Thailand dan Myanmar tercatat ekspansif pada bulan lalu yakni masing-masing di level 53,2 dan 50,4. Sementara, Malaysia dan Vietnam masih terkontraksi di level 47,7 dan 46,2.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)