
Luhut Emosi! Ekonomi RI Terbaik di G20, Tapi Dikucilkan AS

Jakarta, CNBC Indonesia - Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinasi Bidang Maritim dan Investasi memastikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa pemerintah tidak bisa diatur oleh negara manapun dan siapapun.
Hal ini disampaikan ketika menghadiri undangan rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Jumat (9/6/2023).
"Kita sebagai bangsa menunjukkan bukan negara yang diatur. Kita posisi negara yang tidak bisa diatur. Bersatu menghadapi ini," ungkapnya.
Seperti diketahui, Indonesia kerap disebut terlalu dekat dengan China, sehingga negara barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa tidak senang. Luhut membantah hal tersebut.
"Kita tidak Ingin diadu-adu, semua data menunjukkan ekonomi kita masih terbaik diantara G20," papar Luhut.
Sebagaimana diketahui, pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2023 yang mencapai 5,03% (year on year/yoy), menjadi tertinggi kedua di antara negara G20.
Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan tertinggi pada kuartal I-2023, karena ekonominya telah pulih lebih cepat dibandingkan pemulihan ekonomi negara G20 lainnya.
Bahkan Bank Dunia atau World Bank memperkirakan, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melaju lebih cepat dibandingkan Amerika Serikat dan China mulai 2024. Pada tahun itu, ekonomi China terus melambat, sedangkan Amerika Serikat ada perbaikan.
Dalam Global Economic Prospects edisi Juni 2023, Bank Dunia memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan sebesar 4,9%, meski masih jauh lebih rendah dari realisasi pada 2022 sebesar 5,3%. Pada 2024 pun tidak ada perubahan, baru pada 2025 kembali naik ke level 5%.
Kondisi ini dipengaruhi oleh kemampuan pemerintah menjaga ekspektasi inflasi sehingga tren kenaikan suku bunga acuan bank sentral bisa ditahan saat ini. Padahal, di negara-negara maju seperti AS tren kenaikan suku bunga acuan masih akan tinggi karena tekanan inflasi yang berkepanjangan.
Namun, Indonesia masih memiliki sejumlah risiko yang harus dihadapi selama 2023-2024, seperti melandainya harga-harga komoditas andalan ekspor karena permintaan global melemah akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi. Ini disebabkan masih tinggi dan berkepanjangannya tren kenaikan suku bunga acuan di negara maju.
"Harga-harga komoditas yang termoderasi akan membantu mengurangi inflasi utama tahun ini tetapi juga akan melemahkan kondisi perdagangan ekspor komoditas, termasuk Indonesia," tulis Bank Dunia dalam laporan itu.
Bank Dunia mencatat, kinerja ekspor Indonesia konsisten merosot sejak Juli 2021-Maret 2022, lalu berlanjut pada April 2022-April 2023. Pertumbuhan ekspor barang pada Juli 2021 masih mencapai 52,6% namun pada Maret 2022 sudah ke posisi 35,3%. Sempat naik pada April 2022 ke posisi 41,2% namun terus anjlok hingga April 2023 sudah minus 9,5%.
Khusus AS, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonominya pada 2023 hanya akan mencapai 1,1%, lebih lambat dari estimasi pertumbuhan 2022 sebesar 2,1%. Namun perkiraan itu merupakan hasil revisi ke atas sebesar 0,6% dari perkiraan pada Januari 2023 uang 0,5% pertumbuhan.
Sementara itu, pada 2024, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat akan kembali melambat dengan perkiraan 0,8% atau turun 0,8% dari perkiraan pada Januari 2023 yang sebesar 1,6%. Sedangkan pada 2025 pertumbuhannya baru akan melesat menjadi 2,3%.
Ini terutama sebagai dampak dari lambatnya efek kenaikan tajam suku bunga kebijakan selama satu setengah tahun terakhir yang ditujukan untuk menurunkan tingkat inflasi tertinggi sejak awal 1980-an. Tapi puncak efek ini diperkirakan terjadi pada 2023.
Jika melihat kondisi saat ini, Ekonomi AS pada kuartal pertama tahun 2023 tumbuh melambat, jauh dari ekspektasi.
Ekonomi AS kuartal I-2023 hanya tumbuh 1,1% secara tahunan. Melambat dari periode sebelumnya yang tumbuh 2,6%. Dan tidak sesuai harapan, di mana ekspektasi sebelumnya, ekonomi AS bisa tumbuh 2%.
Pertumbuhan ini adalah laju paling lemah bagi perekonomian AS sejak kuartal-II tahun 2022. Akibat kenaikan suku bunga terus merugikan pasar perumahan dan bisnis mengurangi pasokan.
Suku bunga acuan yang tinggi menjadi satu tantangan prospek ekonomi AS yang potensi mengalami resesi tahun ini. Secara kuartalan, perlambatan ekonomi sudah mulai terlihat dari pertumbuhan ekonomi AS per kuartal 1-2023 yang melemah ke 1,1% dibandingkan kuartal IV-2022 di 2,6%.
Sementara untuk China, Proyeksi terbaru pertumbuhan 2023 dari Bank Dunia sebesar 5,6% naik dari estimasi pertumbuhan 2022 sebesar 3% dan proyeksi ini mengalami revisi ke atas sebesar 1,3% dari perkiraan pada Januari 2023.
Prediksi pertumbuhan ekonomi ini ditopang oleh estimasi dampak baik dari pembukaan kembali aktivitas ekonomi China setelah pengetatan selama Pandemi Covid-19. Membuat belanja konsumen naik dan investasi bangunan turut terkerek naik terutama dari sisi infrastruktur.
Namun, pada 2024 perekonomian China menurut Bank Dunia akan melemah menjadi hanya tumbuh 4,6% dan merupakan hasil revisi ke bawah sebesar minus 0,4% dari proyeksi yang dilakukan pada Januari 2023. Pada 2025 pun pelemahan masih berlanjut menjadi 4,4%.
"Dampak dari kebijakan pembukaan kembali ekonomi memudar pada paruh kedua tahun ini, dan pertumbuhan akan melambat pada 2024 karena konsumsi yang moderat seiring belum pulihnya ekspor," kata Bank Dunia.
Jika melihat kondisi saat ini, ekonomi China melesat pada kuartal I-2023 melebihi ekspektasi pasar. Ekonomi Tiongkok tumbuh 4,5% (year on year/yoy) pada tiga bulan pertama tahun ini. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar sebesar yang berada di angka 4% dan di atas kuartal IV-2023 yang tercatat 2,9% (yoy).
Secara kuartal, ekonomi China tumbuh 2,2% pada Januari-Maret 2023, jauh lebih tinggi dibandingkan 0,6% pada kuartal sebelumnya.
Namun sayang, memasuki kuartal kedua ini ekonomi China sepertinya tak lanjut bersinar. Rilis data ekonomi penting Negeri Tirai Bambu ini nyatanya cukup mengecewakan. Sebagaimana diketahui, Aktivitas pabrik China setelah 'mati suri' akibat pandemi Covid-19 kenyataannya belum mampu membuat produktivitas cepat pulih.
Dengan data ekonomi ini pada dasarnya Indonesia tak mau dibandingkan dengan negara lain, dalam artian Indonesia masih terlihat kuat dari sisi ekonominya dan bisa dibanggakan.
Dari Sisi Ekonomi Berjaya, Luhut Ungkap Nikel RI Dikucilkan AS
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan akhirnya buka suara perihal 'pengucilan' nikel dari Indonesia oleh Amerika Serikat (AS). Luhut menyampaikan bahwa pihaknya sudah melakukan pertemuan dengan pihak AS perihal tersebut. '
Sebagaimana diketahui produk nikel RI dikucilkan oleh AS lantaran diketahui nikel asal Indonesia tidak akan dimasukkan ke dalam paket kebijakan subsidi hijau melalui kredit pajakInflation Reduction Rate(IRA).
Luhut menyampaikan, bahwa ekspor nikel ke negara Eropa termasuk AS hanya 1%, sementara 99%-nya di ekspor ke China. "Kalau anda tidak setuju, saya bilang ke White Houseits okay, kita buka 99% ke China, tapi mereka bilang jangan, tapi mereka punya Inflation Reduction Rate (IRA)," terang Luhut, Jumat (9/6/2023).
Luhut menyampaikan bahwa Indonesia akan memiliki produksi baterai lithium untuk kendaraan listrik pada tahun 2025.
Menko Luhut menyebutkan bahwa saat ini, memang Indonesia baru bisa memproduksi nikel jadi berbentuk nikel org. Namun ke depan, downstream industri nikel juga akan masuk ke produksi baterai lithium hingga recycling akan selesai pada tahun 2025.
Dengan ini, Indonesia sebagai negara berkembang tidak akan lagi diatur-atur oleh negara maju.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)