
BI Diramal Masih Ogah Pangkas Suku Bunga

- Pelaku pasar berekspektasi BI akan menahan suku bunga pada bulan ini
- Inflasi yang melandai serta membesarnya surplus NPI memberi ruang BI untuk menahan suku bunga bulan ini
- BI diperkirakan baru akan memangkas suku bunga pada kuartal I-2024
Jakarta, CNBC Indonesia -Bank Indonesia (BI) diproyeksi akan tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%. BI akan menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada pada Rabu dan Kamis pekan ini (24-25 Mei 2023).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksi bank sentral akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, semuanya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%.
Suku bunga Deposit Facility kini berada di posisi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
Kubu MH Thamrin sudah mengerek suku bunga sebesar 225 bps dari 3,50% pada Juli 2022 menjadi 5,75% pada Januari tahun ini.
Suku bunga kemudian dipertahankan pada level tersebut pada pertemuan Februari, Maret, dan April.
BI diproyeksi akan mempertahankan suku bunga di level 5,75% karena kondisi ekonomi domestik yang masih sangat baik.
Namun, BI diproyeksi masih sulit memangkas suku bunga pada tahun ini karena bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) belum juga memberi sinyal kapan mulai akan melakukan pivot kebijakan.
Indikator Dalam Negeri Membaik
Dari dalam negeri, seluruh indikator menunjukkan perkembangan yang sangat baik. Di antaranya adalah inflasi, pertumbuhan ekonomi, hingga Neraca Pembayaran Indonesia (NPI).
Inflasi dalam negeri sudah melandai menjadi 4,33% (year on year/yoy) pada April 2023, terendah dalam 10 bulan. Inflasi inti juga sudah kembali ke bawah 3% yakni 2,83% (yoy) pada Mei 2023, terendah sejak 10 bulan.
BI beberapa kali menegaskan jika mereka hanya akan melihat pergerakan inflasi inti dalam menentukan kebijakan moneternya, bukan inflasi harga bergejolak.
Dengan inflasi yang melandai maka ruang BI untuk mempertahankan suku bunga makin besar.
Nilai tukar rupiah memang menguat hingga 1,41% sepanjang bulan ini.
Namun, dengan membaiknya NPI dan makin besarnya cadangan devisa (cadev) maka nilai tukar rupiah diharapkan bisa menguat kembali.
Sebagai catatan, BI mencatat surplus NPI pada kuartal I-2023 menembus US$ 6,52 miliar. Surplus ini jauh lebih besar dibandingkan pada kuartal IV-2022 yakni US$ 4,73 miliar.
Surplus juga berbanding terbalik dengan defisit sebesar US$ 1,82 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Melonjaknya surplus pada NPI tak bisa dilepaskan dari banjirnya investor asing yang masuk ke pasar keuangan, seperti tercermin dalam transaksi portofolio.
Investasi portofolio mencatat surplus sebesar US$ 3,02 miliar pada Januari-Maret 2023.
Surplus ini berbanding terbalik dengan defisit sebesar US$ 1,72 miliar pada kuartal IV-2022. Suprlus juga memutus tren defisit yang sudah berlangsung dalam lima kuartal terakhir.
Aliran inflow masih kencang hingga Mei tahun ini. Berdasarkan catatan BI pada 15-17 Mei 2023, investor asing mencatat net buy sebesar Rp 8,33 triliun.
Bila dihitung sejak awal tahun hingga 17 Mei maka net buy sudah mencapai Rp 60, 65 triliun.
Indikator lain seperti pertumbuhan ekonomi juga masih menunjukkan perbaikan. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,03% (yoy) pada kuartal I-2023 padahal proyeksi pasar memperkirakan ekonomi akan tumbuh di bawah 5%.
BI Mulai Memangkas Suku Bunga Tahun Depan?
Kendati indikator dalam negeri menunjukkan perbaikan tetapi BI diperkirakan masih sulit memangkas suku bunga pada tahun ini. Pasalnya, The Fed diproyeksi belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan BI baru bisa memangkas pada kuartal I atau II tahun depan.
Damhuri menjelaskan inflasi AS masih sulit diturunkan ke kisaran target The Fed yakni 2%. Pasar tenaga kerja AS masih panas sehingga inflasi diproyeksi masih sulit turun tajam.
Inflasi AS melandai ke 4,9% (yoy) pada April tahun ini atau dua kali lebih tinggi di atas target The Fed.
Masih panasnya pasar tenaga kerja dan inflasi AS juga mencerminkan daya beli masyarakat tetap kuat dan masih berpotensi mendorong kenaikan harga-harga.
Kondisi ini diperkirakan membuat the Fed cenderung mempertahankan suku bunga acuannya di level yang tinggi sampai dengan tahun 2024 mendatang.
"Ini juga berarti Bank Indonesia sulit untuk memotong bunga acuannya tahun ini, karena akan dapat berdampak negatif terhadap kurs rupiah. Suku Bunga BI-7DRR diperkirakan akan bertahan pada level 5,75% sampai akhir tahun ini, dan tampaknya akan mulai turun pada kuartal I atau kuartal II 2024 mendatang," tutur Damhuri kepada CNBC Indonesia.
Senada, ekonom UOB Enrico Tanuwidjaja juga memperkirakan BI baru akan memangkas suku bunga pada kuartal I tahun depan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)