
Bos BI Bagikan 3 Kunci Integrasi Sistem Pembayaran ASEAN

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan ada tiga aspek yang menjadi kunci bagi negara-negara ASEAN untuk saling menghubungkan sistem pembayarannya secara digital.
Perry mengatakan, tiga aspek ini telah dimanfaatkan dalam menghubungkan pembayaran digital dalam lima negara ASEAN, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Selanjutnya akan diimplementasikan ke 10 negara ASEAN.
"Tahun lalu kita sudah menandatangani nota kesepahaman cross border payment connectivity diantara lima negara ASEAN. Tahun ini kita akan memperluas, tidak hanya lima namun 10," kata Perry dalam acara Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia di Jakarta, Senin (8/5/2023)
Adapun tiga kunci itu kata dia disingkat menjadi tiga huruf, yakni CGC. Huruf pertama, yaitu C menjadi simbol untuk kata connectivity atau konektivitas. Maksudnya adalah komitmen bank sentral di ASEAN untuk menghubungkan pembayaran digital melalui QR Code, Fast Payment, Real Time Gross Statement, hingga Local Currency Settlement (LCS).
Untuk QR Code, misalnya dengan memanfaatkan QRIS, sehingga alat pembayaran melalui ponsel itu dapat digunakan di negara-negara ASEAN nantinya, khususnya di 5 negara ASEAN yang telah menandatangani nota kesepahaman.
"Kita semua sudah siap terhubung ke arah itu. Indonesia dan Thailand sudah terhubung di sana, begitu juga dengan Indonesia dan Malaysia. Malaysia, Singapura, dan Thailand connectivity," ucapnya.
Kunci kedua adalah G, yaitu governance. Menurutnya, bank sentral negara-negara ASEAN telah berkomitmen memperkuat kolaborasi untuk memastikan tata kelola yang baik dalam mengintegrasikan sistem pembayaran digital tersebut.
Diantaranya untuk memastikan bahwa konektivitas sistem pembayaran antar negara ini stabil, melindungi data masyarakat nya, nilai mata uangnya, hingga manajemen data aliran modalnya melalui transaksi digital itu.
Adapun kunci ketiga adalah C, yakni campaign atau kampanye. Menurutnya, para gubernur bank sentral di negara-negara ASEAN telah sepakat untuk menggencarkan kampanye menggunakan transaksi lintas negara tersebut, sehingga transaksi yang digunakan masyarakat di dalamnya menggunakan mata uang masing-masing negara melalui layanan digital.
"Ini karena visi kami tentang sistem pembayaran digital menyentuh berbagai segmen kebutuhan masyarakat. Kita memulainya dengan mendigitalisasikan sistem pembayaran secara ritel," tutur Perry.
Oleh sebab itu, konektivitas sistem pembayaran digital ini menurutnya dapat digunakan untuk transaksi seperti keperluan barang-barang UMKM hingga pariwisata atau kegiatan wisatawan.
"Makanya ini kita mulai dengan QR cross border, fast payment cross border dan tentu kita menggunakan mata uang lokal masing-masing negara dan sekarang di antara lima negara ASEAN itu bisa menggunakan QR nasionalnya masing-masing di setiap kawasan," tegas Perry.
Setelah sistem pembayaran dalam cakupan ritel ini telah semakin luas dan berkembang hingga tahapannya ke multilateral dari saat ini sebatas bilateral, ia memastikan pengembangan lanjutan dalam bentuk Central Bank Digital Currency (CDBC) atau mata uang digital bank sentral akan tercapai.
Sebab, ia menekankan, desain CBDC ini mencakup pada sistem pembayaran wholesale atau dengan kata lain membutuhkan transaksi dengan nilai yang sangat besar ketimbang melalui transaksi ritel.
"Dalam tingkatan ini kita tahun lalu dalam pertemuan G20 telah membahas ini, dan melalui forum G20 kita telah membicarakan desain CBDC, bagaimana CBDC ini dapat mengakselerasi inklusi keuangan dan aspek tata kelolanya," ungkap Perry.
(haa/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kiamat Uang Tunai Meluas, RI Target QRIS di Seluruh ASEAN
