Dedolarisasi Menggila, Bank Sentral Borong Emas 228 Ton

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 May 2023 19:45
Gold bars are stacked in the safe deposit boxes room of the Pro Aurum gold house in Munich, Germany,  August 14, 2019. REUTERS/Michael Dalder
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi dedolarisasi atau mengurangi ketergantungan penggunaan dolar Amerika Serikat semakin marak terjadi. Banyak negara-negara kini mulai menerapkan kebijakan penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan bilateral.

Sementara itu, aliansi negara BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) berencana membentuk mata uang baru. Pengembangan mata uang tersebut akan dilakukan lebih lanjut pada pertemuan BRICS di Afrika Selatan pada Agustus mendatang.

Dedolarisasi semakin agresif terjadi setelah terjadi perang Rusia dan Ukraina. Amerika Serikat dan Sekutu menjatuhkan sanksi ke Rusia dengan membekukan cadangan devisa Rusia dalam bentuk valuta asing.

Alhasil, banyak negara melihat Amerika Serikat menggunakan dolar AS sebagai senjata untuk menekan negara lain, dedolarisasi pun semakin marak.

Bank sentral di berbagai negara pun menurunkan porsi dolar dalam cadangan devisa mereka, sebagai gantinya, emas diborong sejak tahun lalu. Aksi borong berlanjut di kuartal I-2023.

World Gold Council pada Jumat pekan lalu melaporkan bank sentral di berbagai negara memborong 228,4 ton emas pada kuartal I-2023. Pembelian tersebut melesat 176% dibandingkan kuartal I tahun lalu, saat perang Rusia-Ukraina baru meletus pada Februari 2022.

Pembelian tersebut juga menjadi rekor tebesar di kuartal I, dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

"(Pembelian) ini mengesankan, mengingat pada tahun lalu terjadi rekor permintaan," tulis World Gold Council.

Bank sentral Singapura dilaporkan memborong 69 ton emas, disusul China 58 ton, Turki 30 ton, dan India 7 ton. Sementara itu pangsa dolar AS di cadangan devisa terus menurun.

Data Currency Composition of Official Foreign Exchange Reserve (COVER) dari IMF, nilai dolar AS dalam cadangan devisa global memang mengalami penurunan drastis.

Pada kuartal IV-2021, nilainya mencapai US$ 7.085,01 miliar, sementara pada kuartal IV-2022 sebesar US$ 6.471,28 miliar.

Secara pangsa, pada 2021 sebesar 58,8%, sedangkan pada 2022 turun menjadi 58,4%. Pangsa tersebut menjadi yang terendah dalam 27 tahun terakhir.Pada awal 200an, pangsa dolar AS di cadangan devisa global masih di atas 70%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(pap/pap)
Tags

Related Articles

Most Popular
Recommendation