CNBC Indonesia Research

Jokowi Minta Ketum Parpol Penuhi 'Impian Besar' nya, Apa Itu?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
03 May 2023 10:36
Presiden menerima kedatangan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan putranya, Didit Hediprasetyo, sekitar pukul 12.00 WIB saat berada di kediamannya di Kota Surakarta.
Foto: Presiden menerima kedatangan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan putranya, Didit Hediprasetyo, sekitar pukul 12.00 WIB saat berada di kediamannya di Kota Surakarta. (Tangkapan Layar Instagram @sekretariat.kabinet)
  • Ketua Umum Parta Gerindra Prabowo Subianto mengungkapkan titipan presiden Jokowi dalam pertemuannya dengan 6 ketua umum parpol.
  • Jokowi mengatakan bahwa dengan hilirisasi Indonesia bakal menjadi jalan untuk merubah 'nasib' negara kita.
  • Ada banyak persyaratan yang Indonesia perlu penuhi jika ingin menjadi negara maju.

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia saat ini tengah berjuang keras untuk mengangkat derajatnya dari negara berkembang menjadi negara maju.

Hal ini ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi)berkali-kali terutama dalam merealisasikan industri hilirisasi yang 'katanya' bakal membawa Negeri ini naik derajat.

Pada pertemuan lima  ketua umum parpol kemarin yang juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Selasa (2/5/20203), ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengungkapkan titipan pesan Jokowi terkait pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.

"Perkembangan terakhir di bidang ekonomi, ramalan semua negara besar, ramalan world bank, IMF, semua Indonesia bener-bener punya potensi bener-bener untuk menjadi negara maju," kata Prabowo kepada wartawan di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (2/5/2023).

Prabowo menyebut bahwa ekonomi Indonesia saat ini sudah di posisi ke-16 terbesar di dunia. Ke depan, kata dia, sangat mungkin Indonesia menjadi negara dengan perekenomian keempat terbesar di dunia.

"Sekarang kalau tidak salah GDP kita sudah 1,5 triliun, diperkirakan ekonomi kita sudah ke-16 terbesar dan diperkirakan kita sangat mungkin bisa menjadi ekonomi keempat terbesar di dunia kalau kita bisa pandai memanfaatkan keadaan. Jadi itu titipan beliau kepada kita-kita," ucapnya.

Indonesia belakangan memang tak ingin terjebak menjadi negara berpendapatan menengah(middle income trap)karena Indonesia punya potensi untuk berpindah.

Lantas apa saja yang harus dipenuhi Indonesia untuk menjadi negara maju? Perlu diketahui negara maju merupakan negara yang punya pertumbuhan ekonomi yang baik, stabil, bahkan meningkat.

Ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun sebetulnya masih terbuka lebar untuk menjadi negara maju. Lihat saja, pasca dihantam pandemi covid-19 yang menghantam Indonesia sejak Maret 2020 membuat perekonomian jatuh ke jurang krisis.

Akan tetapi, dalam waktu yang tidak terlalu lama, hal itu bisa dikendalikan oleh pemerintah dan mampu pulih sejak pertengahan 2021.

Untuk menjadikan Indonesia negara besar kelima di dunia pada 2045, dibutuhkan sumber daya manusia, infrastruktur, dan kekuatan ekonomi yang mumpuni. Indonesia harus memiliki persyaratan tertentu yang biasanya dimiliki oleh negara maju.

Pendapatan Per Kapita Harus Tinggi

Ada banyak hal yang harus dilakukan agar Indonesia bisa naik level darimiddle income country(negara berpendapatan menengah) menjadi high income country (negara berpendapatan tinggi).

Pendapatan per kapita bakal berdampak pada tingkat kemakmuran masyarakatnya. Semakin tinggi pendapatan per kapitanya, maka semakin rendah tingkat kemiskinannya.

Umumnya, pendapatan per kapita negara maju berada di kisaran US$ 10.000 per tahun atau serta dengan Rp 150 juta per tahun (Kurs Rp 15.000 per US$ 1). Apabila Indonesia bisa menggapai dan melampauinya, maka bisa dikatakan negara maju.

Melihat data CEIC, PDB per kapita Indonesia berada dalam tren yang meningkat jika mengecualikan pandemi Covid-19.

Tahun 2022 angkanya sudah berada di US$ 4.783,27 atau setara dengan Rp 71,49 juta per tahun (Kurs Rp 15.000 per US$ 1).

Sebagai catatan, pendapatan per kapita menjadi penting karena hal itu menunjukkan kemampuan daya beli masyarakat.

Eskpor Terus Meningkat Ketimbang Impor

Negara maju umumnya punya komoditi ekspor yang lebih banyak ketimbang impor. Hal tersebut mencirikan bahwa sebuah negara mampu memproduksi produk ini tentunya seiring dengan kemajuan teknologi dan sumberdaya yang memadai.

Maka, tak heran negara maju bisa memproduksi komoditas unggulannya kemudian di ekspor ke negara lainnya. Inilah yang menjadi harapan Jokowi terhadap hilirisasi yang tengah di upayakan 'mati-matian' saat ini.

Untuk mendorong Indonesia menjadi negara maju, kata Jokowi, Indonesia memiliki bahan mentah dalam pembuatan baterai kendaraan listri atau EV.Di mana kelak, baterai kendaraan listrik ini akan menjadi ekosistem yang dibutuhkan oleh negara-negara lain.

Jika menilik dari Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan nilai ekspor IndonesiaApril 2023 mencapai US$ 23,5 miliar.

Angka tersebut menguat 9,89% dibanding Februari 2023 (month-on-month/mom). Tapi, nilainya masih lebih rendah 11,3% dibanding Maret tahun lalu (year-on-year/yoy).

Hal serupa terjadi pada impor Indonesia yang nilainya meningkat 29,3% secara bulanan (mom) menjadi US$ 20,6 miliar, tapi turun 6,26% secara tahunan (yoy).

Adapun jika dilihat secara kumulatif,nilai ekspor Indonesia sepanjang kuartal I 2023 mencapai US$ 67,2 miliar, naik 1,6% dibanding kuartal I tahun lalu.

Sementara nilai impor pada kuartal I 2023 mencapai US$ 54,95 miliar, turun 3,28% dibanding kuartal I tahun sebelumnya.

Dengan nilai ekspor yang lebih tinggi dari impor, sepanjang kuartal I 2023 Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan US$ 12,25 miliar, meningkat 31% dibanding surplus kuartal I 2022.

Industrinya Maju

Merujuk data BPS, rata-rata pertumbuhan industri pengolahan pada era Presiden Jokowi (2015-2022) hanya mencapai 3,3%. Pertumbuhan pada 2020-2022 hanya 2,05%.

Padahal, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024menyebutkan target industri pengolahan pada 2020-2024 ada di angka 6,2-6,5%.

Lagi-lagi industri yang bakal dibangun fokus pada industri pertambangan dan Hilirisasi.

Sebagai informasi,Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menyusun peta jalan (roadmap) hilirisasi di Indonesia hingga 2040 alah satu poin dari peta jalan itu, yakni hilirisasi.

Dibutuhkan investasi hingga US$ 545,3 miliar atau setara Rp 8.200 triliun dengan kurs Rp 15.200/US$ sampai tahun 2040.

Adapun 21 komoditas yang ditetapkan Pemerintah Indonesia untuk dilakukan hilirisasi itu, yakni batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, besi baja, emas perak, aspal, minyak bumi, gas, sawit, kelapa, karet, buofuel, kayu log, getah pinus, udang, perikanan, kepiting, rumput laut, dan garam.

Baca Halaman Selanjutnya >>>Syarat yang Harus Dipenuhi Indonesia Jadi Negara Maju

Angka Pengangguran Harus Kecil

Jika ingin menjadi negara maju Indonesia harus menekan angka pengangguran dengan mendorong penyediaan lapangan pekerjaan yang banyak. Negara berkembang dan negara terbelakang pada umumnya memiliki tingkat pengangguran yang besar.

Untuk diketahui, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2022 sebesar5,86%, turun sebesar 0,63 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2021. Jumlahnya mencapai 8,45 ribu orang dan berada masih berusaha pulih pasca pandemi Covid-19.

Kualitas SDM yang Baik & Terjaminnya Kesehatan Bagi Rakyatnya

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bisa kita lihat dari tingkat pendidikan yang terjamin. Ini menjadi syarat menjadi negara mau. Pembiayaan pendidikan di suatu negara harus dapat di jangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Kualitas SDM yang cemerlang serta tingkat pendidikan yang baik bakal menciptakan manusia yang unggul dan ahli di bidangnya dan bakal berkontribusi baik untuk kemajuan negaranya.

Berdasarkan data BPS, angka putus sekolah di Indonesia terus mencatatkan penurunan. Untuk menjamin kualitas SDM yang baik angka putus sekolah ini tentunya harus semakin ditekan.

 

Merujuk pada Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Dunia juga menghitung Human Capital Index (HCI) untuk melihat sejauh mana peran pendidikan dan kesehatan terhadap produktivitas ke depannya.

Pada tahun 2020, HCI Indonesia sebesar 0,54, berada pada peringkat 96 dari 175 negara.

Perkembangan kualitas SDM Indonesia sangat lambat meskipun pemerintah sudah menaikkan anggaran pendidikan dan kesehatan yang sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir.

Dari sisi anggaran menembus Rp 612,2 triliun pada 2023 atau 20% dari total APBN. Namun, output dari pendidikan terus dipertanyakan.

Sesuai amanat UUD 1945 dan Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), pemerintah mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari total APBN.

Sayangnya, mandatory spendings ebesar 20% dari APBN belum berdampak maksimal kepada output pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan skor PISA (Programme for International Student Assessment/PISA) Indonesia di urutan ke 74 atau peringkat keenam dari bawah pada2018.

Sementara itu, kemampuan membaca siswa Indonesia di skor 371 berada di posisi 74, kemampuan Matematika mendapat 379 berada di posisi 73, dan kemampuan sains dengan skor 396 berada di posisi 71.

Hasil studi PISA 2018 dari OECD juga menunjukkan kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371.

Skor di bawah rata-rata skor OECD yakni 487. Skor tersebut bahkan terus turun dari 402 pada 2009. Inilah yang patut menjadi perhatian pemerintah.

Infrastruktur Harus Bagus

Infrastruktur yang bagus baik dari sisi hard infrastruktur seperti jalan, bandara, ataupun telekomunikasi, hingga soft infrastruktur yakni dari sisi birokrasi dan institusi.

Ketiga, adalah ekonomi yang memiliki nilai tambah tinggi dari berbagai sektor, terutama sektor jasa.

Biasanya sektor jasa itu lebih baik, itu bisa muncul kalau nilai tambah tinggi pasti karena Inovasi dan teknologi dan sektor jasa itu, berarti karena tadi manusia-manusia nya lebih educated, skillful dan mereka memiliki kepastian.

Sri Mulyani menekankan untuk menjadi kekuatan ekonomi kelima dibutuhkan proyeksi dan ada tahapan-tahapan dalam prosesnya. Tahapan tersebut harus benar-benar dilakukan secara konsisten, dan APBN yang ditetapkan harus bisa menopang cita-cita tersebut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular