
Amerika Makin Panik, Rusia-Iran Bersatu Lawan AS Soal Nuklir

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menyatakan pekan lalu bahwa Iran sedang mencari bantuan dari Rusia untuk program nuklirnya sebagai imbalan atas bantuan militer yang diberikan kepada Moskow.
Namun, intelijen yang diperoleh oleh Amerika Serikat tidak menunjukkan adanya quid-pro-quo eksplisit.
Sebaliknya, pendekatan Iran kepada Rusia tampaknya setidaknya sebagian didorong oleh keyakinan di kalangan pejabat senior Iran bahwa kesepakatan nuklir baru tidak akan dipulihkan atau, jika dipulihkan, tidak akan bertahan lama.
Sumber yang diberi tahu tentang intelijen tersebut menyatakan kekhawatiran Iran tampak paling akut selama musim panas.
Pada saat itu, Iran terlihat mendekati kesepakatan nuklir baru dengan AS dan kekuatan dunia lainnya yang dikenal sebagai P5+1 - kelompok yang termasuk Rusia.
Ketakutan Iran adalah bahwa pemerintahan masa depan mungkin menarik diri dari kesepakatan, seperti yang dilakukan pemerintahan Trump pada 2018.
Iran mencari kesepakatan sampingan dengan Rusia yang akan memungkinkannya untuk merekonstitusi program nuklirnya dengan cepat jika diperlukan.
CNN International sebelumnya telah melaporkan bahwa Iran mencari jaminan dari AS bahwa pemerintahan masa depan tidak akan menarik diri dari kesepakatan - janji yang tidak bisa diberikan oleh AS.
Para pejabat AS membagi pandangan atas intelijen baru yang menunjukkan militer Rusia membahas skenario penggunaan senjata nuklir.
Ketika ditanyakan apakah kemitraan antara Iran dan Rusia yang semakin kuat adalah faktor yang menyebabkan negosiasi kesepakatan nuklir terganggu.
"Tentu saja, kesepakatan sampingan antara Rusia yang secara fundamental merusak struktur kesepakatan 2015 akan menjadi kekhawatiran serius dan semakin mengurangi kemungkinan untuk kembali ke kesepakatan." tutur pejabat senior AS tetapi menolak berkomentar secara khusus tentang penilaian intelijen.
James Acton, co-director of the Nuclear Policy Program at the Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan bahwa ia tidak yakin Iran membutuhkan bantuan tersebut.
Namun, mereka memiliki insentif, yaitu untuk memproduksi bahan bakar lebih cepat, lebih murah, dan dengan jangka waktu yang lebih pendek.
"Empat tahun yang lalu, ketika hubungan AS-Rusia buruk, tetapi tidak parah, saya akan sangat skeptis bahwa Rusia akan memberikan bantuan kepada Iran," tambah Acton. "Tetapi di bawah kondisi saat ini, di mana hubungan AS-Rusia sangat buruk dan hubungan Rusia-Iran semakin baik, saya pikir persamaannya terlihat cukup berbeda bagi Rusia."
(mae/mae)