
Nah Lho! IMF Buka Suara, Krisis Perbankan di Depan Mata?
![Managing Director Kristalina Georgieva, September 25, 2019, Washington. [Photo: AFP/Eric Baradat]](https://awsimages.detik.net.id/visual/2020/03/25/6338a7b7-c28a-4f86-9ec9-030325d97b23_169.jpeg?w=900&q=80)
Gonjang-ganjing yang melanda sektor perbankan memberikan sentimen negatif tetapi juga ada dampak bagusnya.
Pasar kini melihat The Fed tidak akan menaikkan suku bunga lagi. Bahkan banyak yang memprediksi suku bunga akan dipangkas pada Juli nanti. Hal tersebut tercermin dari perangkat FedWatch milik CME Group, pasar melihat ada probabilitas sebesar 54% The Fed akan memangkas suku bunganya 25 basis poin menjadi 4,5% - 4,75%.
![]() |
Pasar pun menyambut dengan optimisme yang besar, ada harapan Amerika Serikat tidak akan mengalami resesi alias soft landing.
Di sisi lain, pelaku pasar juga masih was-was terhadap stabilitas finansial setelah kolapsnya SVB dan dua bank lainnya di Amerika Serikat. Gonjang-ganjing tersebut akhirnya merembet ke Eropa, Credit Suisse nyaris kolaps.
Dana Moneter Internasional (IMF) risiko stabilitas finansial semakin meningkat dan meminta semua negara terus waspada. Meski demikian, langkah yang diambil otoritas di negara-negara maju mampu membuat pasar sedikit lebih tenang.
"Kami terus memonitor perkembangan dengan seksama dan menilai kemungkinan implikasinya ke outlook perekonomian global serta stabilitas finansial global," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, sebagaimana dikutip CNBC International, Minggu (26/3/2023).
Di Amerika Serikat, bank kecil sudah menjadi korban. Terjadi perpindahan simpanan nasabah dari bank kecil ke bank besar dengan nilai yang signifikan. Dampaknya, bank kecil bisa kekurangan modal.
Berdasarkan data dari Federal Reserve, dalam sepekan 15 Maret, deposit di bank-bank kecil merosot hingga US$ 119 miliar menjadi US$ 5,46 triliun.
Sebaliknya, deposit di bank besar mengalami kenaikan US$ 67 miliar menjadi US$ 10,74 triliun. Hal ini menjadi indikasi para nasabah masih cemas krisis perbankan bisa meluas, khususnya menimpa bank kecil pasca kolapsnya SVB.
Ketika Barat sedang gonjang-ganjing, China justru membawa kabar baik. Georgiva melihat ekonomi China akan bangkit tahun, dan memproyeksikan pertumbuhan 5,2%.
Perekonomian China diprediksi berkontribusi hingga sepertiga terhadap pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, setiap pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) China sebesar 1%, akan turut mengerek 0,3% PDB negara Asia lainnya.
Semua faktor tersebut akan membuat pasar finansial dalam negeri berfluktuasi di awal pekan ini. Meski ada kecenderungan IHSG, rupiah hingga SBN akan menguat.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data dan Agenda Hari Ini
(pap/pap)