
Jreng..StanChart Jual Bisnis di Yordania, Krisis Bank Meluas?

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Gonjang-ganjing sektor perbankan di Barat masih menjadi perhatian. Berawal dari kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat, kemudian Credit Suisse di Eropa juga nyaris mengalami hal yang sama.
Kabar terbaru dari sektor perbankan datang dari Standard Chartered pada Minggu (26/3/2023). Bank yang berpusat di Inggris ini menyatakan akan menjual bisnisnya di Yordania. Tidak hanya itu, Standard Chartered juga berencana keluar dari enam negara lainnya di Afrika dan Timur Tengah.
Arab Jordan Investment Bank (AJIB) sepakat membeli semua usaha Standard Chartered di Yordania, mulai dari bank komersial dan institusional hingga private banking.
Dalam pernyataan bersama yang dirilis hari ini, semua karyawan Standard Chartered akan ditransfer ke AJIB.
Dilansir Reuters, CEO Standard Chartered Afrika dan Timur Tengah, Sunil Kaushal mengatakan penjualan bisnis tersebut sejalan dengan strategi global, dilakukan untuk memberikan efisiensi, mengurangi kompleksitas serta mengarahkan sumber daya agar lebih fokus ke wilayah yang memberikan potensi pertumbuhan lebih besar.
Di sisi lain, AJIB mengatakan akusisi yang dilakukan untuk memperkuat pangsa pasar di Yordania yang terus tumbuh setelah mengakusisi bisnis HSBC pada 2014 dan National Bank Of Kuwait pada 2022 lalu.
Gonjang-ganjing di sektor perbankan menjadi perhatian besar dalam beberapa pekan terakhir. Dana Moneter Internasional (IMF) risiko stabilitas finansial semakin meningkat dan meminta semua negara terus waspada.
"Kami terus memonitor perkembangan dengan seksama dan menilai kemungkinan implikasinya ke outlook perekonomian global serta stabilitas finansial global," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, sebagaimana dikutip CNBC International, Minggu (26/3/2023).
Di Amerika Serikat, bank kecil sudah menjadi korban. Terjadi perpindahan simpanan nasabah dari bank kecil ke bank besar dengan nilai yang signifikan. Dampaknya, bank kecil bisa kekurangan modal.
Berdasarkan data dari Federal Reserve, dalam sepekan 15 Maret, deposit di bank-bank kecil merosot hingga US$ 119 miliar menjadi US$ 5,46 triliun. Sebaliknya, deposit di bank besar mengalami kenaikan US$ 67 miliar menjadi US$ 10,74 triliun. Hal ini menjadi indikasi para nasabah masih cemas krisis perbankan bisa meluas, khususnya menimpa bank kecil pasca kolapsnya SVB.
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article The Fed Cium Kebusukan SVB Sejak 2019, Kok Masih Bisa Lolos?