Newsletter
Nah Lho! IMF Buka Suara, Krisis Perbankan di Depan Mata?

- The Fed yang menaikkan suku bunga 25 basis poin pada pekan lalu, dan mengindikasikan periode kenaikan segera berakhir membuat IHSG, rupiah hingga SBN kompak melesat pada pekan lalu.
- Kolapsnya SVB membuat likuiditas perbankan menjadi lebih ketat, membuat The Fed tidak perlu lagi agresif menaikkan suku bunga. Tetapi di sisi lain, IMF memperingatkan risiko terganggunya stabilitas finansial kini semakin besar.
- Faktor-faktor tersebut membuat IHSG, rupiah dan SBN berisiko berfluktuasi awal pekan ini, tetapi dengan kecenderungan menguat sebab pasar masih menyambut keputusan The Fed, bahkan ada yang memprediksi suku bunga akan dipangkas pada Juli nanti.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar finansial Indonesia menguat sepanjang pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat 1,26% ke 6.762,25, sekaligus mengakhiri kemerosotan dalam empat minggu beruntun. Libur Hari Raya Nyepi dan cuti bersama membuat perdagangan hanya berlangsung tiga hari saja, IHSG mampu mencatat penguatan sebanyak dua kali.
Dari pasar obligasi, mayoritas Surat Berharga Negara (SBN) juga mengalami penguatan, terlihat dari imbal hasilnya (yield) yang mengalami penurunan.
Pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga obligasi, ketika yield turun artinya harga sedang naik.
Rupiah juga mampu mencatat penguatan tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS), memperpanjang kinerja apik pekan sebelumnya. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah tercatat melesat 1,24% ke Rp 15.150/US$, level tersebut merupakan yang terkuat sejak 10 Februari lalu.
Penguatan tajam tersebut tercatat terjadi hanya dalam sehari perdagangan pada Jumat (24/3/2023). Penyebabnya, pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (The Fed).
SBN hingga IHSG juga merespon pengumuman tersebut dengan penguatan tajam, dan berpeluang berlanjut awal pekan ini.
Pada Kamis (23/3/2023) dini hari waktu Indonesia, The Fed di bawah pimpinan Jerome Powell kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 4,75% - 5%.
Dengan demikian dalam satu tahun terakhir The Fed total menaikkan suku bunga sebanyak 9 kali sebesar 475 basis poin. Ke depannya, bank sentral paling powerful di dunia ini melihat rilis data-data ekonomi terbaru akan menentukan akan suku bunga perlu dinaikkan lagi atau tidak.
"Komite pembuat kebijakan akan melihat informasi terbaru dan menilai implikasinya untuk menentukan kebijakan moneter," tulis pernyataan The Fed setelah mengumumkan kenaikan suku bunga.
Powell menyoroti kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB) membuat likuiditas perbankan menjadi lebih ketat, sehingga The Fed yang sebelumnya terlihat akan kembali agresif menaikkan suku bunga mengendurkan langkah tersebut.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Wall Street Menguat Dua Pekan Beruntun