
Hari Kejepit Nasional, Kemana Arah Pasar Keuangan RI?

Pada hari ini, pelaku pasar bakal memantau beberapa sentimen, di mana salah satunya yakni pergerakan bursa saham Wall Street dalam dua hari terakhir atau saat pasar keuangan RI sedang libur Hari Nyepi.
Sebelum ditutup kembali cerah pada perdagangan kemarin, Wall Street pada perdagangan Rabu lalu juga sempat terkoreksi, sehingga pada pekan ini volatilitasnya juga masih cenderung tinggi.
Koreksinya Wall Street pada Rabu lalu dikarenakan beberapa pelaku pasar cenderung kecewa dengan keputusan The Fed yang kembali menaikkan suku bunga acuannya di saat krisis perbankan sedang melanda AS.
Namun, beberapa pelaku pasar ada yang menerimanya karena kenaikannya sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
Sebelumnya pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 4,75-5,0%. Meski tetap menaikkan suku bunga, tetapi kenaikan ini sudah sesuai dengan prediksi pasar, berdasarkan alat CME FedWatch.
Namun, kenaikan suku bunga The Fed ini terjadi di tengah krisis perbankan AS yang mengguncang dunia. Keputusan The Fed tersebut menegaskan jika inflasi tetap menjadi pertimbangan utama The Fed.
Inflasi AS sebenarnya sudah melandai ke 6% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari 2023. Namun, masih jauh di atas target The Fed di kisaran 2%.
Chairman The Fed, Jerome Powell mengatakan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga karena adanya krisis perbankan.
Namun, rapat tetap memutuskan kenaikan karena inflasi masih kencang dan pasar tenaga kerja masih panas.
Dalam sepekan terakhir, AS tengah diguncang krisis yang menimpa tiga bank mereka. Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank.
Selain The Fed, kekecewaan pasar sempat terjadi setelah Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan tidak akan ada 'blanket insurance" atau jaminan kepada nasabah bank di atas ketentuan.
Dia menegaskan Lembaga Penjamin Simpanan AS (FDIC) akan tetap mempertahankan batas simpanan yang dilindungi di angka US$ 250.000 per nasabah atau sekitar Rp 3,84 miliar.
Namun pada Kamis kemarin, Yellen mengatakan bahwa tindakan darurat federal yang digunakan untuk mendukung Silicon Valley Bank (SVB) dan pelanggan Signature Bank dapat digunakan lagi jika perlu.
"Kami telah menggunakan alat penting untuk bertindak cepat untuk mencegah penularan. Dan itu adalah alat yang bisa kami gunakan lagi," kata Yellen dalam kesaksian tertulis di hadapan subkomite House Appropriations, dikutip dari CNBC International.
Komentarnya muncul karena regulator bertujuan untuk meyakinkan pelanggan dan investor di tengah krisis perbankan yang dipromosikan oleh penutupan SVB.
Saat ini, pelaku pasar global masih memantau perkembangan terbaru dari krisis perbankan di AS, meski sejatinya kekhawatiran pasar akan krisis tersebut sudah mulai mereda sejak awal pekan ini.
Sementara itu pada hari ini, pelaku pasar akan memantau serangkaian rilis data ekonomi penting di dunia, terutama terkait dengan data aktivitas manufaktur dan jasa, di mana pembacaan awal dari data purchasing manager's index (PMI) manufaktur dan jasa akan dirilis di beberapa negara hari ini.
Adapun negara-negara yang akan merilis data awal PMI manufaktur dan jasa pada hari ini yakni Jepang, Uni Eropa, Inggris, dan AS.
Selain itu di Jepang, data inflasi periode Februari 2023 juga akan dirilis pada hari ini, di mana inflasi Negeri Matahari Terbit pada bulan lalu diprediksi turun menjadi 3,3% (yoy) dan -0,3% (month-to-month/mtm), berdasarkan survei Trading Economics.
(chd/chd)