Newsletter

Hari Kejepit Nasional, Kemana Arah Pasar Keuangan RI?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
24 March 2023 06:05
New York Stock Exchange
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup kembali menghijau pada perdagangan Kamis kemarin, dalam sesi perdagangan yang bergejolak karena pelaku pasar bertaruh bahwa bank sentral AS mungkin mendekati akhir dari siklus kenaikan suku bunga.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,23% ke posisi 32.105,25, S&P 500 bertambah 0,3% ke 3.948,72, dan Nasdaq Composite melesat 1,01% menjadi 11.787,4.

Saham teknologi mengungguli karena investor mengurangi taruhannya terhadap kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan turunnya imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury).

Saham raksasa teknologi seperti Microsoft, Nvidia dan Apple kompak menguat. Saham Teknologi menjadi yang paling terpukul karena kenaikan suku bunga The Fed yang sudah sembilan kali berturut-turut dalam waktu sekitar satu tahun.

Prospek kenaikan suku bunga yang lebih rendah bulan ini dan bahkan melandainya suku bunga pada pertemuan mendatang menyebabkan investor kembali melirik saham-saham teknologi, setelah pada tahun lalu mereka cenderung menghindarinya.

Sebelumnya pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 4,75-5,0%. Meski tetap menaikkan suku bunga, tetapi kenaikan ini sudah sesuai dengan prediksi pasar, berdasarkan alat CME FedWatch.

Namun, kenaikan suku bunga The Fed ini terjadi di tengah krisis perbankan AS yang mengguncang dunia.  Keputusan The Fed tersebut menegaskan jika inflasi tetap menjadi pertimbangan utama The Fed.

Inflasi AS sebenarnya sudah melandai ke 6% (year-on-year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari 2023. Namun, masih jauh di atas target The Fed di kisaran 2%.

Chairman The Fed, Jerome Powell mengatakan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mempertimbangkan untuk menahan kenaikan suku bunga karena adanya krisis perbankan.

Namun, rapat tetap memutuskan kenaikan karena inflasi masih kencang dan pasar tenaga kerja masih panas.

Dalam sepekan terakhir, AS tengah diguncang krisis yang menimpa tiga bank mereka. Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank.

Di lain sisi, beberapa saham perbankan terpantau terkoreksi lagi, meski Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan bahwa tindakan darurat federal yang digunakan untuk mendukung Silicon Valley Bank (SVB) dan pelanggan Signature Bank dapat digunakan lagi jika perlu.

"Kami telah menggunakan alat penting untuk bertindak cepat untuk mencegah penularan. Dan itu adalah alat yang bisa kami gunakan lagi," kata Yellen dalam kesaksian tertulis di hadapan subkomite House Appropriations, dikutip dari CNBC International.

Komentarnya muncul karena regulator bertujuan untuk meyakinkan pelanggan dan investor di tengah krisis perbankan yang dipromosikan oleh penutupan SVB.

(chd/chd)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular