
Badai Reda, Semoga Ada Happy Weekend Untuk Pasar Keuangan RI

Investor dan pelaku pasar keuangan dalam negeri mesti mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar pada perdagangan terakhir pekan ini.
Banyaknya sentimen positif dari luar dan dalam negeri diharapkan bisa menopang kinerja IHSG, rupiah, dan SBN.
Sentimen positif utama akan datang dari kinerja impresif Wall Street. Setelah menjalani periode yang berdarah-darah sejak awal pekan, Wall Street akhirnya membukukan penguatan yang luar biasa.
Kembalinya kepercayaan investor pada sistem perbankan AS membuat ketiga bursa menghijau dengan penguatan lebih dari 1%. Investor yang semula khawatir dengan meluasnya krisis kini bisa bernafas lega setelah bank-bank bermasalah mendapat bantuan.
Sekitar 11 bank memutuskan untuk menaruh dana hingga US$ 30 miliar untuk menyelamatkan First Republic Bank yang tengah jadi sorotan.
Krisis perbankan di Eropa juga mulai mereda setelah bank sentral Swiss, Swiss National Bank, akan memberi pinjaman sebesar US$ 54 miliar kepada bank berusia 167 tahun tersebut.
"Langkah bank-bank (yang menaruh simpanan di First Republic Bank) jelas melegakan. Market mungkin kini meyakini jika dunia tidak akan berakhir seperti dugaan sebelumnya," tutur Bob Doll, chief investment officer Crossmark Global Investments, dikutip dari CNBC International.
Namun, pasar keuangan juga masih berhadapan dengan sentimen negatif dari luar negeri berupa masih ketatnya data tenaga kerja di AS serta keputusan ECB menaikkan suku bunga.
Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir pada 11 Maret berkurang 20.000 menjadi 192.000.
Rata-rata klaim pengangguran selama empat pekan berkurang menjadi 196.500 dari 197.250.
Pembangunan rumah baru di AS juga mencapai 1,45 juta atau melonjak 9,8% pada Februari 2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Level tersebut adalah yang tertinggi sejak Maret 2021.
Dua faktor tersebut menunjukkan jika ekonomi AS masih panas sehingga inflasi bisa merangkak lagi atau melandai dengan sangat pelan.
Inflasi AS melandai ke 6% (year on year/yoy) pada Februari 2023, dari 6,4% (yoy) pada Januari. Meski turun, inflasi masih tiga kali lipat dari target The Fed yakni di kisaran 2%.
The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 21-22 Maret mendatang. Di tengah krisis perbankan A, pasar kini menunggu apakah The Fed masih akan hawkish.
"The Fed jelas menghadapi tantangan berat dalam menyeimbangkan kebijakannya. Di satu sisi, The Fed harus menurunkan harga tanpa membuat pasar keuangan jatuh lebih dalam dan menyebabkan resesi," tutur ekonom BMO Capital Markets, Priscilla Thiagamoorthy, dikutip dari Reuters
Dari benua Eropa, bank sentral Eropa (ECB) Kamis malam waktu Indonesia memutuskan tetap menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps menjadi 3,5% di tengah krisis perbankan.
Suku bunga saat ini adalah yang tertinggi sejak akhir 2008.
ECB telah memberi isyarat selama beberapa minggu belakangan ini bahwa mereka akan menaikkan suku bunga acuan lagi pada rapat bulan Maret, karena inflasi di seluruh wilayah 20 anggota tetap jauh di atas target.
Pada Februari, data awal menunjukkan inflasi utama sebesar 8,5%, jauh di atas target bank sentral sebesar 2%
(mae/mae)