Kabar Baik Dari Amerika, Bisa Jadi Bencana Bagi Rupiah

Research - Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 March 2023 08:45
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki) Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat tipis 0,06% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.420/US$ Kamis kemarin. Ada peluang penguatan tersebut berlanjut pada perdagangan Jumat (10/3/2023), meski kemungkinan tidak akan besar. Sebabnya, ada rilis data tenaga kerja AS malam ini.

Data tenaga kerja merupakan salah satu acuan bank sentral AS (The Fed) dalam menetapkan kebijakan moneter. Pasar tenaga kerja yang saat ini masih kuat membuat Ketua The Fed, Jerome Powell menyatakan suku bunga bisa naik lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya, yang memicu gonjang-ganjing di pasar finansial pekan ini.

Dalam kondisi normal pasar tenaga kerja yang kuat merupakan kabar baik, tetapi dalam kondisi "perang" melawan inflasi itu bisa menjadi berita buruk. Pasar tenaga kerja yang kuat memaksa The Fed untuk menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi, yang pada akhirnya membuat perekonomian Amerika Serikat terpuruk, dunia juga terancam terseret.

Semakin tinggi suku bunga The Fed, risiko capital outflow dari pasar obligasi semakin besar, dolar AS juga semakin perkasa, artinya bencana bagi rupiah. Namun, jelang rilis data tersebut indeks dolar AS menurun 0,33% kemarin dan berlanjut 0,18% pagi ini. Pelaku pasar juga tentunya berhati-hati, tidak menutup kemungkinan data tenaga kerja AS memburuk sehingga The Fed bisa mengurungkan niatnya menaikkan suku bunga dengan agresif lagi.

Penurunan indeks dolar AS tersebut memberikan ruang penguatan bagi rupiah.


Secara teknikal, rupiah semakin jauh di atas Rp 15.090/US$, yang akan menjadi kunci pergerakan.

Level tersebut merupakan Fibonacci Retracement 50%, yang ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.

Rupiah yang disimbolkan USD/IDR juga bergerak di atas rerata pergerakan 200 hari (moving average 200/MA 200) dan MA 50 yang memberikan tekanan lebih besar.

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv 

Pelemahan rupiah kemarin mampu ditahan Fib. Retracement 38,2% di kisaran Rp 15.450/US$, begitu juga MA 100 di kisaran Rp 15.420/US$. Dua area tersebut akan menjadi resisten yang kuat menahan pelemahan rupiah.

Indikator Stochastic pada grafik harian kini berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama.

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Dengan stochastic berada di wilayah overbought, ruang penguatan rupiah tentunya lebih besar.

Selama bertahan di bawah Rp 15.420/US$ - Rp 15.450/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 15.360/US$ - Rp 15.350/US$ hari ini.

Sementara jika area resisten tersebut ditembus, rupiah berisiko melemah ke Rp 15.500/US$ - Rp 15.530/US$.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Penguatan Rupiah Hanya Masalah Waktu atau Cuma Mimpi?


(pap/pap)
Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading