
Awas Kaget! Begini Ramalan Rupiah Kamis 2 Januari 2025

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pasar perdagangan pasar non-deliverable forward (NDF) mengalami tekanan.
Dilansir dari Refinitiv, pada Rabu (1/1/2025) pukul 16:04 WIB di pasar NDF tampak rupiah terkoreksi diberbagai periode.
Untuk diketahui, NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasarĀ spot.
Nilai tukar mata uang Garuda di pasar NDF ini cukup mengejutkan mengingat pada dua hari perdagangan terakhir yakni 30 dan 31 Desember 2024, rupiah tampak menguat masing-masing sebesar 0,62% dan 0,25%.
Tepatnya pada kemarin (31/12/2024), rupiah menguat 0,25% dan ditutup pada level Rp16.090/US$. Posisi ini merupakan yang terkuat sejak 18 Desember 2024.
Diperkirakan rupiah dapat mengalami tekanan di esok hari (2/1/2025) di tengah kenaikan yang signifikan pada indeks dolar AS (DXY).
Pada penutupan perdagangan kemarin, DXY terpantau menguat 0,33% ke angka 108,49. Posisi ini merupakan yang tertinggi sejak November 2022 atau sekitar dua tahun terakhir.
Apresiasi DXY ini terjadi karena prospek bahwa bank sentral AS (The Fed) akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi dibandingkan bank sentral lainnya, yang membuat mata uang AS mendominasi pesaing-pesaingnya.
Para pedagang telah menyesuaikan ekspektasi mereka bahwa bank sentral AS akan mengambil pendekatan yang lambat dan hati-hati terhadap pemotongan suku bunga lebih lanjut pada 2025 karena inflasi tetap berada di atas target tahunan 2% yang ditetapkan oleh Fed.
Analis juga memperkirakan bahwa kebijakan yang akan diperkenalkan oleh presiden terpilih Donald Trump, termasuk deregulasi bisnis, pemotongan pajak, tarif, dan pengetatan terhadap imigrasi ilegal, akan mendorong pertumbuhan dan menambah tekanan harga pada 2025.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)