Newsletter

Pesta Bubar! Belum 2 Bulan Harga Batu Bara Sudah Ambrol 50%

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 February 2023 05:59
pertambangan batu bara
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko

Wall Street sebagai kiblat bursa saham dunia, kembali merosot, tentunya memberikan sentimen negatif ke pasar Asia hari ini, termasuk IHSG. 

"Wall Street tidak bisa mempertahankan mood yang bagus. Beberapa trader melihat The Fed akan menaikkan suku bunga lebih tinggi dari yang diperkirakan pasar," kata Ed Moya, analis pasar di Oanda, sebagaimana dilansir CNBC Internasional.

Ketua The Fed, Jerome Powell juga menyatakan hal tersebut dalam sebuah acara pekan ini.

"Kenyataannya kami bertindak berdasarkan data. Jadi jika kita terus melihat data, misalnya pasar tenaga kerja yang kuat atau inflasi yang kembali meninggi, itu akan membuat kami kembali menaikkan suku bunga dan bisa saja lebih tinggi dari yang diprediksi sebelumnya," kata Powell saat berbicara di Economic Club of Washington

Harga komoditas, khususnya batu bara layak menjadi perhatian, sebab pergerakannya sangat volatil di pekan ini. 

Kamis kemarin harga batu bara acuan di Ice Newcastle Australia kontrak MAret anjlok lebih dari 16% ke US$ 191/ton. Level tersebut menjadi yang terendah sejak awal Februari 2022 atau sebelum perang Rusia-Ukraina meletus.

Pada hari Rabu, harga batu bara anjlok nyaris 9%, sementara dua hari sebelumnya masing-masing menguat 9,2% dan 3,4%.

Jeblokya harga batu bara tentunya bisa membuat saham sektor energi rontok, dan menyeret IHSG. Harga batu bara yang meroket pada tahun lalu membuat sektor energi melesat lebih dari 100%. Kini yang terjadi kebalikannya.

Sepanjang tahun ini baru bara sudah ambrol 50% lebih, tidak hanya IHSG,  Indonesia bisa jadi tak lagi menikmati durian runtuh.

Batu bara merupakan komoditas ekspor utama Indonesia. Kenaikan tajam harganya pada tahun lalu membuat neraca perdagangan mencetak surplus hingga 32 bulan beruntun.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor batu bara yang termasuk dalam bahan bakar mineral (HS 27) sebesar US$ 54,98 miliar sepanjang 2022. Nilai tersebut melesat 67,46% dibandingkan 2021, dan berkontribusi nyaris 20% terhadap total ekspor.

Dengan harga batu bara yang kini ambrol, jika terus berlanjut di tahun ini, nilai ekspor tersebut tentunya tidak akan sebesar tahun lalu. Pemerintah sebelumnya juga sudah memperingatkan akan penurunan windfall pada 2023.

HALAMAN SELANJUTNYA >>> Simak Rilis Data Ekonomi dan Agenda Hari Ini

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular