
Wah! "Gelapnya" Dunia Ternyata Belum Hilang, Bisa Lebih Parah

Pergerakan Bursa saham AS (Wall Street) sejak Jumat lalu mencerminkan kecemasan akan kemungkinan The Fed bertindak agresif lagi.
Pada perdagangan Senin waktu setempat Wall Street kembali merosot di awal perdagangan Senin waktu setempat, sebelum berhasil dipangkas.
Saat penutupan, indeks Nasdaq turun 1%, S&P 500 0,6% dan Dow Jones minus 0,1%.
Hal yang sama juga terjadi pada Jumat pekan lalu pasca rilis data tenaga kerja AS.
Secara mengejutkan perekonomian Paman Sam mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 517 ribu orang sepanjang Januari, berdasarkan data dari Departemen Tenaga Kerja AS. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi di atas survei Reuters sebanyak 185 ribu orang,
Kemudian, tingkat pengangguran yang diprediksi naik menjadi 3,6% malah turun menjadi 3,4%. Rata-rata upah per jam masih tumbuh 4,4% year-on-year, lebih tinggi dari prediksi 4,3%.
Dalam kondisi normal pasar tenaga kerja yang kuat, tingkat pengangguran yang turun, serta rata-rata upah per jam yang naik cukup tinggi adalah kabar baik. Tetapi dalam kondisi saat ini itu menjadi berita buruk.
Pasar tenaga kerja yang kuat, begitu juga dengan rata-rata upah berisiko membuat inflasi semakin sulit turun ke target The Fed sebesar 2%. Artinya ada risiko The Fed kembali akan agresif menaikkan suku bunga, dan suku bunga tinggi ditahan lebih lama lagi.
Untuk diketahui, pasar saat ini melihat puncak suku bunga The Fed di kisaran 4,75% - 5%, artinya akan naik 25 basis poin lagi dari level saat ini. Selain itu, The Fed juga diperkirakan akan memangkas suku bunganya di akhir tahun nanti.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Cermati Sentimen Penggerak Pasar Hari Ini
(pap/pap)