
Jokowi Genjot Hilirisasi Tambang, Industri Lain Jangan Lupa!

Nampaknya perhatian pemerintah saat ini sudah merambat ke wilayah Timur Indonesia. Bagaimana tidak, 'harta karun' di wilayah tersebut mampu mengundang investasi serta membuat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) melesat signifikan.
Wilayah luar pulau Jawa ini kini sering di sebut-sebut Presiden Jokowi, bahkan pertubuhan ekonominya dipuji oleh orang nomor satu di Tanah Air ini yakni Provinsi Maluku Utara.
Bahkan, berdasarkan Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa Maluku Utara menempati urutan ke-3 dalam tujuan investasi bagi penanaman modal asing yang mampu menarik investasi asing senilai US$ 4,5 miliar sepanjang 2022. Posisi ini dipertahankan oleh Maluku Utara selama 3 tahun berturut-turut.
Istimewanya Maluku Utara, membuat Presiden Jokowi sempat melontarkan pujian karena berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi 27% pada kuartal III-2022. Jokowi mengatakan pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi di dunia.
Jokowi mengatakan tingginya pertumbuhan ekonomi Maluku Utara disebabkan oleh investasi di industri peleburan bijih nikel. Dengan demikian, Jokowi menilai kelancaran investasi yang akan datang menjadi penting untuk mempertahankan capaian kuartal III-2022.
Dengan pujian ini, menarik dilihat bagaimana pertumbuhan ekonomi Maluku Utara serta perkembangan investasi dari tahun ke tahun.
Penambangan dan pengolahan komoditas nikel masih menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Maluku Utara. Presiden Joko Widodo menilai pembangunan infrastruktur dan hilirisasi telah berdampak kepada perekonomian daerah Maluku Utara.
Kalau kita lihat data, PDB Provinsi ini naik signifikan pada 2021 mencapai 16,4%. Ini terjadi pasca hilirisasi yang di gaungkan pemerintah di Maluku Utara.
Betapa tidak, sektor pertambangan Maluku Utara, terutama penambangan nikel serta pabrik pemurniannya (smelter) pada beberapa tahun terakhir ini menarik perhatian baik bagi kalangan investor maupun praktisi pertambangan.
Menilik Data BPS sepanjang 2022 ini, PDRB Maluku utara terpantau melonjak signifikan seperti pada tabel di bawah. Ini tentunya ditopang oleh tingginya aktivitas pada sektor hulu hingga hilir pengolahan komoditas hasil tambang sebagai sektor dengan sumbangan pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di Maluku Utara.
Maluku Utara mengambil peran sebagai salah satu daerah pemasok keterpadatan ferronikel yang merupakan elemen terpenting produksi baterai dan produk lainnya di era digitalisasi saat ini.
Terlebih, Indonesia telah menggaungkan armada transportasi ramah lingkungan di mana penggunaan baterai pada mobil atau motor elektrik. Perkembangan dunia saat ini, terutama penggunaan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai bahan baku baterai dan elemen-elemen terpenting produk digitalisasi sangat membutuhkan bahan baku nikel dan kobalt yang sebaran dan keterdapatannya melimpah di Malut (Pulau Halmahera dan Obi).
Atas dasar itu, perusahaan-perusahaan raksasa yang berambisi menguasai nikel Malut berlomba menancapkan investasi besar-besaran di Malut dengan dalil hilirisasi.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM, semangat hilirisasi nikel di Malut ditandai dengan hadirnya 8 smelter yang ditargetkan beroperasi secaramassivepada 2021 ini. Perusahaan dimaksud adalah, PT. Indonesia Wedabay Industri Park (IWIP), PT. Mega Surya Pertiwi (MSP), PT. Wanatiara Persada (WP), PT. Aneka Tambang (ANTAM), PT. Fajar Bakti Lintas Nusantara (FBLN), PT. Tekindo Energi (TE), PT. First Pacific Mining (FPM), dan PT. Halmahera Persada Lygend (HPL).
Hadirnya smelter di Malut juga berdampak pada perekrutan Tenaga Kerja (TK) lokal, sejalan dengan optimalisasi produksi smelter pirometalurgi maupun hidrometalurgi yang ada di Maluku Utara.
Selain itu terdapatnya beberapa smelter yang telah melalui fase commissioning sehingga mempengaruhi permintaan akan bijih nikel yang digunakan sebagai input bagi smelter yang beroperasi.
Di sisi lain, meningkatnya permintaan dari luar provinsi terhadap nikel di Maluku Utara juga mempengaruhi peningkatan aktivitas pertambangan dan penggalian.
Karena itu, istimewanya Maluku Utara harapannya bisa dipertahankan. Transformasi dalam hilirisasi ini mampu mengoptimalkan sumber daya alam sebaik mungkin dan menciptakan nilai tambah.
Kehadiran smelter diharapkan terus dapat berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi Maluku Utara maupun secara Nasional. Di sisi lain, aktifnya perkembangan nikel di Provinsi ini sudah sewajarnya harus memberikan kontribusi yang positif dan berkelanjutan bagi lingkungan sekitar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum)