Sectoral Insight
Ini Bukti Nyata Bos Batu Bara RI Makin Kaya Raya!

Jakarta, CNBC Indonesia - Ramai-ramai taipan batu bara RI mendapati kekayaannya melambung tinggi sepanjang tahun ditopang oleh krisis energi yang melambungkan harga komoditas ekspor andalan RI, batu bara. Bahkan saat ini posisi orang terkaya RI diduduki oleh bos batu bara, menggeser posisi Hartono bersaudara yang sudah sekian lama berada di posisi puncak.
Pada 2022 harga batu bara dunia acuan Newcastle untuk kontrak dua bulan ditutup di US$ 389,60/ton dan sempat menyentuh rekor tertinggi sepanjang di US$ 464/ton pada 5 September. Sepanjang tahun lalu, harga batu bara acuan global tersebut mampu melonjak hingga 157%, lompatan harga tertinggi sejak 2008.
Harga tinggi tersebut pada akhirnya ikut mengerek kinerja saham emiten batu bara dan membuat harta kekayaan pemiliknya meningkat tajam. Tidak hanya itu kinerja keuangan juga tergenjot signifikan dengan emiten batu bara melaporkan rekor pendapatan dan laba bersih tahun lalu.
Rekor laba tersebut ikut mengalir ke kantong taipan batu bara lewat pembagian dividen yang angkanya tidak main-main. Bos Bayan Resources (BYAN) yang kini menjadi orang terkaya RI diketahui memperoleh Rp 9,52 triliun dari dividen interim yang dibagikan perusahaan, sebelum dipotong pajak dan biaya-biaya lainnya. Uang tersebut merupakan uang tunai dan bukan kekayaan di atas kertas seperti yang diperoleh dari kenaikan harga saham perusahaan.
Kinerja fantastis emiten batu bara juga tercermin dari meningkatnya Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang dibayarkan perusahaan dalam bentuk royalti. Royalti sendiri dikenakan dari harga jual dengan persentase pemotongannya bergantung pada komoditas dan kontrak pertambangan.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) mengumumkan sepanjang tahun lalu penerimaan PNBP ESDM jauh melampaui target. Total penerimaan tercatat senilai Rp 351 triliun atau 138% dari target awal yang hanya dipatok sebesar Rp 254 triliun.
Secara spesifik penerimaan dari sektor mineral dan batu bara (minerba) menyumbang porsi terbesar, meskipun target awal angkanya lebih kecil dari sektor minyak dan gas (migas). PNBP minerba RI tahun lalu mencapai 183,4 triliun atau mencapai 180% dari yang ditargetkan sebesar Rp 101,8 triliun. Pendapatan dari sektor lainnya juga mengalami kenaikan meskipun relatif lebih kecil dari setoran sektor minerba. Sebagai gambaran PNBP sektor migas tahun lalu berada di angka Rp 148,7 triliun atau 107% dari target.
Untuk tahun 2023, ESDM menargetkan setoran PNBP di angka Rp 219 triliun, dengan sektor minerba diharapkan mampu menyetor Rp 85,2 triliun atau kurang dari setengah total setoran tahun lalu.
![]() Data PNBP ESDM |
Selain ditopang oleh tingginya harga komoditas, melonjaknya PNBP juga ikut ditopang oleh produksi batu bara yang melebihi target. Sebelumnya pemerintah menetapkan produksi batu bara di angka 663 juta ton, namun realisasinya mencapai Rp 687 juta ton atau 104% dari target.
Kenaikan tersebut salah satunya disebabkan oleh tingginya permintaan domestik. Tahun lalu konsumsi batu bara domestik mencapai 193 juta ton atau berada di atas target awal sebesar 166 juta ton.
![]() Produksi Batu Bara RI |
Tahun ini pemerintah kembali menaikkan target produksi batu bara menjadi 695 juta ton atau naik 1,16% dari realisasi tahun lalu. Sebanyak 518 juta ton dialokasikan untuk ekspor dan 177 juta ton untuk kebutuhan dalam negeri.
Dengan angka tersebut, apabila harga batu bara global acuan masih berada di level tinggi dan tidak jatuh bebas, tampaknya setoran PNBP sektor minerba berpotensi kembali berada di atas target untuk tahun 2023.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(fsd/fsd)[Gambas:Video CNBC]