
Hari ini, Ada Bukti RI Jadi "Surga Investasi"!

Di pasar uang, performa rupiah juga tidak kalah gemilang. Rupiah menguat 0,20% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (20/1/2023).
Pekan lalu, rupiah menguat 0,46%. Penguatan juga memperpanjang kinerja positif rupiah yang juga menguat pada pekan sebelumnya.
Rupiah juga sudah menguat 3,3% sepanjang tahun ini. Menguatnya mata uang Garuda tentu saja menjadi kabar positif setelah nilanya ambruk pada periode September hingga Desember 2022.
Sementara itu, SBN pemerintah semakin diburu investor, terutama asing. Hal ini ditandai dengan terus melandainya yield atau imbal hasil.
Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (20/1/2023), imbal hasil SBN tenor 10 tahun juga melandai ke kisaran 6,63% dari 6,68% pada hari sebelumnya. Level tersebut adalah yang terendah sejak 4 Maret 2022 atau 10 bulan terakhir.
Data BI berdasarkan transaksi 16-19 Januari 2023 mencatat ada net buy sebesar Rp 14,49 triliun di pasar SBN. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan pekan sebelumnya (9-12 Januari 2023) yang tercatat Rp 12, 36 triliun.
Impresifnya kinerja pasar keuangan domestik pekan lalu. Di antaranya adalah data neraca perdagangan dan kebijakan moneter BI.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan pada 2022 menembus US$ 54,46 miliar, terbesar sepanjang sejarah.
Secara bulanan, surplus Desember 2022 tercatat US$ 3,89 miliar. Dengan tercatatnya surplus pada Desember 2022 maka neraca perdagangan Indonesia sudah membukukan surplus selama 32 bulan beruntun.
Sinyal BI yang tidak akan menaikkan suku bunga acuan lagi juga menjadi kabar gembira bagi pelaku pasar saham Indonesia.
Dengan mengendurnya kebijakan moneter maka pertumbuhan ekonomi diharapkan meningkat sehingga konsumsi masyarakat terjaga. Kondisi ini akan berdampak positif kepada pendapatan emiten.
Gubernur BI Perry Warjiyo, pekan lalu, mengatakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 225 bps sejak tahun lalu sudah memadai.
"Kenaikan 225 bps adalah yang terukur. Kenaikan secara akumulatif ini memadai untuk memastikan inflasi inti tidak akan lebih tinggi dari 3,7% pada Semester I-2023," tutur Perry, dalam konferensi pers pengumuman Hasil RDG Januari 2023, Kamis (19/1/2023).
Pelonggaran kebijakan Covid-19 di China serta melandainya inflasi AS juga membuat pelaku pasar global, termasuk Indonesia cerah.
Seperti diketahui, inflasi AS melandai ke 6,5% (year-on-year/yoy) pada Desember 2022 dari 7,1% (yoy) pada November.
Melandainya iinflasi membuat pelaku pasar optimis jika bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan mengendurkan laju kenaikan suku bunganya.
(mae/mae)