Newsletter
BI Kode Setop Naikkan Suku Bunga! Fed Diramal Tetap Agresif!

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air mencatatkan kinerja beragam pada perdagangan kemarin Kamis (19/1/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat, mata uang garuda kembali melemah, serta imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) kembali naik.
Indeks Acuan Tanah Air kembali berakhir di zona hijau dengan apresiasi 0,8% atau 54,12 poin ke 6.819,91. Penguatan terjadi setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga BI 7 days reverse repo rate naik sebesar 25 basis point menjadi 5,75%.
IHSG sempat merah di awal pembukaan perdagangan, namun sekitar 20 menit kemudian indeks terus melanjutkan penguatan hingga penutupan perdagangan sesi I. Pada sesi II, indeks masih konsisten berada di zona hijau hingga penutupan.
Nilai transaksi IHSG kemarin mencapai Rp 9,13 triliun dan melibatkan 18,82 miliar saham dan berpindah tangan 1,12 juta kali.
Sementara, investor asing juga tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) jumbo senilai Rp 647,36 miliar di pasar reguler.
Statistik perdagangan menunjukkan ada 294 saham yang mengalami penguatan, 217 saham melemah dan 198 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor consumer cyclicals memimpin penguatan IHSG pada perdagangan kemarin dengan apresiasi 1,41%, posisi kedua diikuti sektor healthcare dengan penguatan 1,13% dan sektor energi menyusul di posisi ketiga dengan penguatan 1,09%.
Untuk diketahui, hanya sektor teknologi yang melemah, itupun hanya melemah 0,01%.
Sementara itu, pergerakan Indeks acuan Tanah Air justru berlawanan arah dengan mayoritas bursa Asia-Pasifik yang ditutup beragam pada perdagangan Kamis (19/1/2023), di tengah optimisme pasar atas pemulihan ekonomi China pada tahun ini meski beberapa masih ada yang khawatir dengan prospek pemulihan tersebut.
Indeks Shanghai Composite China ditutup menguat 0,49% ke posisi 3.240,28, ASX 200 Australia bertambah 0,36% ke 7.420,2, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,51% ke 2.380,34, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 0,8% menjadi 6.819,91.
Namun untuk indeks Nikkei 225 Jepang ditutup ambles 1,44% ke 26.405,199, Hang Seng Hong Kong turun 0,12% ke 21.650,98, dan Straits Times Singapura melemah 0,44% menjadi 3.275,24.
Selanjutnya, Mata uang garuda kembali mencatatkan kinerja mengecewakan di tengah kode BI bahwa kenaikan suku bunga sudah berakhir. Melansir data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan di Rp 15.100/US$, melemah 0,1% di pasar spot.
Dengan BI yang kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga lagi, sementara bank sentral AS (The Fed) masih akan menaikkan suku bunga, kemungkinan dua kali lagi, makaspreadsuku bunga akan menyempit, dan ada risiko rupiah tertekan.
Meski demikian, jika BI sukses mengembalikan devisa hasil ekspor (DHE) kembali ke dalam negeri, dan di tahan lebih lama, maka pasokan valuta asing akan kembali meningkat yang bisa menjaga kinerja rupiah pekan ini.
Terakhir, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN) secara mayoritas kembali melandai pada perdagangan Kamis (19/1/2023), setelah Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Yieldyang menurun menandakan bahwa harga SBN sedang mengalami kenaikan. Untuk diketahui, pergerakan harga obligasi berbanding terbalik denganyield. Ketikayieldturun, maka harga akan naik, begitu juga sebaliknya. Saat harga naik, artinya ada aksi beli atau koleksi oleh investor.
Melansir data dari Refinitiv, hanya SBN tenor 15 tahun yang mengalami kenaikan yield dan investor cenderung melepasnya, yakni naik 1,5 basis poin (bp) ke posisi 6,776%.