
Senyum Sri Mulyani Cerah: Dana Asing Triliunan Rupiah Mulai Banjiri RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Arus dana asing tercatat masuk ke Indonesia dalam dua pekan beruntun. Hal ini menjadi angin segar bagi pasar keuangan domestik.
Bank Indonesia (BI) merilis data transaksi 6 Mei - 7 Mei 2024, bahwa investor asing di pasar keuangan domestik tercatat tercatat beli neto Rp4,04 triliun terdiri dari beli neto Rp2,36 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp1,90 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp3,58 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Asing mulai masuk dalam dua pekan beruntun dengan net buy mencapai Rp 7,1 triliun. Hal ini berbanding terbalik dengan lima pekan sebelumnya di mana asing mencatat net sell dengan nilai mencapai Rp 40,04 triliun.
Selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 7 Mei 2024, investor asing jual neto Rp46,61 triliun di pasar SBN, beli neto Rp3,83 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp31,43 triliun di SRBI.
Masuknya dana asing pada pekan pertama dan kedua bulan ini tercatat sebesar Rp22,84 triliun ke Indonesia. Gubernur BI, Perry Warjiyo mengemukakan bahwa kenaikan BI rate dan kenaikan suku bunga SRBI berhasil menarik modal asing kembali ke Indonesia. Sebelumnya, modal asing sempat keluar seiring dengan ketidakpastian global yang juga berdampak pada pelemahan rupiah setelah Lebaran 2024.
BI rate telah naik sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% pada 24 April 2024. Hal ini disampaikan oleh Perry dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI.
Kenaikan suku bunga acuan tersebut juga diikuti dengan suku bunga Deposit Facility naik ke posisi 5,50% dan Lending Facility sebesar 7%.
Di samping suku bunga yang dinaikkan, data perekonomian Amerika Serikat (AS) khususnya dalam hal lapangan kerja jauh lebih lambat pada bulan April, tercatat 175.000 pekerjaan yang ditambahkan pada April, lebih rendah dibandingkan dengan 315.000 pada Maret.
Tingkat pengangguran juga meningkat menjadi 3,9% pada April, naik dari 3,8% pada bulan sebelumnya, namun ini masih merupakan bulan ke-27 berturut-turut tingkat pengangguran berada di bawah 4%. Pertumbuhan pendapatan rata-rata per jam yang penting melambat menjadi 0,2% pada bulan tersebut.
Selain itu, Non-Farm Payroll (NFP) periode April 2024 terpantau turun ke 167.000, lebih dalam dari perkiraan pasar sebesar 190.000 dan bulan sebelumnya sebesar 243.000 pekerjaan.
Hal ini pada akhirnya membuka peluang kembali untuk bank sentral AS (The Fed) memangkas suku bunganya sebanyak dua kali dengan total 50 bps yang diperkirakan akan terjadi pada September dan Desember 2024.
![]() Sumber: CME FedWatch Tool |
Optimisme pasar kembali memuncak setelah Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan pada hari Senin pekan lalu bahwa kebijakan moneter saat ini cukup ketat dan pada akhirnya membawa inflasi dalam target tahunan The Fed sebesar 2%, sementara kekuatan relatif di pasar kerja akan memberi bank cukup ruang untuk menunggu sampai hal ini terjadi.
Presiden The Fed New York John Williams juga mengatakan bahwa kondisi moneter saat ini cukup untuk menurunkan inflasi.
Sebagai catatan, inflasi AS saat ini berada di angka 3,5% year on year/yoy atau lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang berada di angka 3,2% yoy.
Perkembangan inflasi AS akan terus dicermati pelaku pasar terlebih pada pekan ini, AS akan kembali mengumumkan inflasinya tepatnya pada Rabu (15/5/2024) karena akan menentukan arah kebijakan suku bunga ke depannya.
Jika inflasi AS melandai maka optimisme pemangkasan suku bunga akan semakin meningkat demikian juga sebaliknya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)