CNBC Indonesia Research

Ironi Negara Maritim: Produksi Ikan Melimpah, Konsumsi Rendah

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
13 January 2023 09:25
Patroli Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla RI) KN Pulau Dana-323, berhasil menangkap Kapal Ikan Asing (KIA) berbendera Vietnam yang sedang melakukan aktivitas penangkapan ikan secara illegal di perairan Natuna Utara perbatasan Indonesia-Malaysia bagian Barat, Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, Jumat (24/12/2021). (Dok: Bakamla RI/Indonesia Coast Guard)
Foto: Seorang perempuan Bajo berdiri sambil mengayuh perahunya sambil mengantarkan anaknya ke sekolah. Orang Bajo adalah suku bangsa Indonesia yang hidup di laut di seluruh wilayah Indonesia. (Gett/SOPA Images)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia dijuluki dengan 'Negara Maritim' karena wilayah Indonesia adalah 70% lautan dan 30% daratan, memiliki lebih dari 17.000 pulau, dengan garis pantai lebih dari 99.000 km.

Wilayah laut Indonesia yang luas membuat Indonesia menjadi negara yang memiliki potensi besar di bidang kelautan dan perikanan. Hal ini dibuktikan dengan data Food and Agriculture Organization (FAO), pada tahun 2020 industri perikanan Indonesia mencapai 6,43 juta ton.

Satu-satunya negara dengan hasil tangkapan lebih besar adalah Cina, yaitu 11,77 juta ton. FAO memperkirakan ke depannya aktivitas penangkapan ikan laut global akan kembali meningkat, seiring dengan pemulihan negara-negara dari pandemi Covid-19.

Perairan laut Indonesia dikenal sebagai surga perikanan dunia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terdapat empat produk unggulan Indonesia yakni rumput laut, udang, kepiting dan jenis tuna, tongkol serta cakalang.

Di sisi lain, dalam catatan CNBC Indonesia Indonesia adalah penghasil tuna terbesar di dunia dengan total rata-rata produksi pada 2012 -2018 mencapai 628.329 ton. Jumlah tersebut setara dengan 17% produksi global.

Melimpahnya sumberdaya perikanan tidak didukung dengan konsumsi ikan yang tinggi oleh masyarakat terutama generasi millenial. Hal ini tercatat dalam data BPS dimana konsumsi mencapai 55,37 kg/kapita pada 2021. Angka itu tumbuh 1,48% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 54,56 kg/kapita.

Secara tren, angka konsumsi ikan nasional cenderung meningkat dalam satu dekade terakhir. Pada 2011, angka konsumsi ikan nasional hanya sebesar 32,25 kg/kapita. Ini artinya, angka konsumsi ikan nasional 2021 naik sekitar 69,17% dibandingkan pada 10 tahun lalu.

Berdasarkan wilayahnya, angka konsumsi ikan tertinggi berada di Maluku sepanjang tahun lalu sebanyak 77,49 kg/kapita/tahun. Posisi ini meningkat dari tahun sebelumnya yang menduduki peringkat kedua dengan AKI 73,82 kg/kapita/tahun.

Posisi kedua ditempati Maluku Utara dengan rata-rata konsumsi ikan sebesar 75,75 kg/kapita/tahun. Setelahnya ada Kalimantan Utara dengan rata-rata konsumsi ikan mencapai 73,94 kg/kapita/tahun.

Kemudian, rata-rata konsumsi kalori per kapita dari ikan di Kepulauan Riau sebesar 71,61 kg/kapita/tahun. Di Sulawesi Tenggara, rata-rata konsumsi ikan mencapai 70,95 kg/kapita/tahun.

Rata-rata konsumsi ikan di Sulawesi Utara 67,28 kg/kapita/tahun meningkat dari tahun sebelumnya 66,82 kg/kapita/tahun. Posisinya diikuti oleh Kepulauan Bangka Belitung dan Sulawesi Selatan dengan rata-rata konsumsi ikan masing-masing sebesar 67,16 kg/kapita/tahun dan 66,81 kg/kapita/tahun.

Sedangkan rata-rata konsumsi ikan terendah dari sepuluh data tertinggi adalah Provinsi Aceh dan Gorontalo dengan angka konsumsi ikan masing-masing 66,21 kg/kapita/tahun dan 65,54 kg/kapita/tahun.

Sementara itu, angka konsumsi ikan terendah di DI Yogyakarta sebesar 34,82 kg/kapita. Di atasnya ada Lampung dengan angka konsumsi ikan sebesar 36,66 kg/kapita.

Baca Halaman Selanjutnya >>> Konsumsi Ikan Belum Merata, Apa Penyebabnya?

Dari data yang sudah dipaparkan menunjukkan bahwa konsumsi ikan belum merata di seluruh Indonesia. Pemerintah melalui KKP menargetkan Angka Konsumsi Ikan tahun 2022 sebesar 59,53 kg/kapita/tahun.

Padahal untuk mencapai target AKI Nasional, Ditjen Peningkatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSKP) terus menggiatkan kampanye Gemarikan di 34 provinsi dengan target sasaran wilayah dengan rawan gizi dan stunting serta menargetkan tingkat konsumsi ikan sebesar 62,5 kg/kapita di tahun 2024.

Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mengupayakan berbagai pelatihan pengolahan hasil perikanan menjadi salah satu strategi KKP untuk mencapai target konsumsi ikan.

Penyebab Kenapa Konsumsi Ikan Bisa Rendah

Kalau dilihat lebih lanjut berdasarkan wilayahnya, konsumsi ikan tertinggi memang didominasi oleh wilayah yang dekat dengan laut. Sehingga tidak ada persoalan rendahnya suplai ikan dan kurang lancarnya distribusi antar wilayah.

Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab rendahnya konsumsi ikan di Indonesia. Pertama, kurangnya infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendistribusikan ikan berkualitas tinggi ke konsumen, termasuk infrastruktur pasar yang modern dan mendukung, stok es yang minim, atau kurangnya pendingin di kapal.

Masa hidup komoditas ikan segar cenderung pendek, sehingga pengolahan ikan mulai dari kapal sampai ke konsumen harus dilakukan secara memadai dengan rantai nilai yang efektif. Jika tidak, kualitas ikan akan menurun dan konsumsi ikan akan terkena imbasnya.

Kedua, beberapa jenis makanan laut berkualitas tinggi seperti tuna, udang, kepiting, gurita, dan sotong lebih banyak dijual di pasar internasional. Hal ini berkontribusi pada rendahnya konsumsi makanan laut berkualitas tinggi di Indonesia. Konsumen lokal lebih banyak menemukan makanan laut dengan kualitas sedang atau rendah.

Ketiga, masyarakat cenderung lebih memilih daging daripada ikan. Di masyarakat agraris, daging sapi, ayam, telur dan susu lebih disukai daripada ikan. Padahal, protein ikan lebih tinggi (52,7%) dibandingkan daging sapi (19,6%) serta telur dan produk susu (23,2%).

Di sisi lain, pemerintah patut memperhatikan bahwa perikanan ilegal berkontribusi pada turunnya ketersediaan, keberlanjutan, dan kualitas ikan di laut, yang kemudian akan berdampak pada konsumsi.

Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, jumlah beberapa komoditas makanan laut dengan nilai ekonomi tinggi semakin berkurang di laut lepas akibat penangkapan yang berlebihan (overfishing).

Terakhir, memang penting mengupayakan penyadaran masyarakat tentang pentingnya konsumsi ikan. Saat ini, ada beberapa kampanye yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai konsumsi ikan, baik di tingkat nasional maupun daerah, seperti gerakan Gemar Makan Ikan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Dengan upaya ini ditambah dengan peta jalan untuk meningkatkan konsumsi ikan domestik yang tepat, dengan ini konsumsi ikan di Indonesia diharapkan akan semakin meningkat.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular