
Kabar Baik Jadi Berita Buruk: China Dibuka, IHSG yang Merana!

Pasar saham Amerika Serikat (AS) ditutup naik pada perdagangan Rabu (11/1) waktu New York, karena investor semakin yakin bahwa data inflasi yang akan diumumkan malam ini akan menjadi sentimen positif bagi kenaikan suku bunga The Fed yang lebih teredam.
Indeks S&P 500 berakhir menguat 1,28%, dengan Dow Jones Industrial Average naik 0,80%. Sementara itu, indeks padat teknologi Nasdaq terapresiasi 1,76%.
Perhatian investor Wall Street untuk sisa perdagangan minggu ini kemungkinan akan fokus pada laporan inflasi Desember, yang akan dirilis Departemen Tenaga Kerja malam ini waktu Indonesia. Konsensus Trading Economics memperkirakan tingkat inflasi melandai menjadi 6,5% secara tahunan (yoy), turun dari 7,1% sebulan sebelumnya.
Manajer uang mengatakan mereka bersiap untuk perdagangan yang berpotensi bergejolak setelah rilis data. Data inflasi dalam beberapa bulan terakhir telah memicu perubahan besar dalam kinerja pasar saham. Turunnya inflasi akan menjadi tanda yang menggembirakan bagi investor.
Data inflasi terbaru ini akan menjadi faktor penting dalam pertemuan The fed berikutnya, yang dimulai pada 31 Januari.
Federal-funds futures, yang digunakan oleh investor dan pedagang sebagai barometer potensi kenaikan suku bunga acuan menunjukkan peluang 77% bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps, menurut CME Group. Jika sesuai ekspektasi, kenaikan tersebut akan menjadi pelambatan dari kenaikan 50 bps bulan lalu dan menandai kenaikan suku bunga terkecil sejak Maret.
Pejabat bank sentral AS sejauh ini telah mengindikasikan bahwa mereka belum selesai dengan kenaikan suku bunga. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan Selasa bahwa bank sentral tetap berkomitmen untuk menurunkan inflasi dengan menahan pertumbuhan ekonomi.
Pengungkapan kinerja keuangan kuartal terakhir tahun lalu yang akan dimulai oleh perusahaan perbankan akhir minggu ini juga tetap menjadi perhatian utama para investor. Secara keseluruhan, analis memperkirakan perusahaan S&P 500 melaporkan penurunan pendapatan kuartalan pertama mereka dari tahun ke tahun sejak penyebaran pandemi Covid-19 pada tahun 2020.
(fsd/fsd)