Newsletter

Tak Ada Kabar Baik Dari Amerika, China Bikin Gonjang-ganjing!

Feri Sandria, CNBC Indonesia
Rabu, 11/01/2023 06:15 WIB
Foto: Foto multiple exposure karyawan berswafoto di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022).  Jumlah investor pasar modal Indonesia bertambah signifikan dibandingkan 2021. Berdasarkan data KSEI per 3 November 2022, jumlah investor pasar modal yang mengacu pada Single Investor Identification (SID) telah mencapai 10.000.628 atau naik 33,53% dari 7.489.337 di akhir 2021. (CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup tertekan pada perdagangan Selasa (10/1), setelah sempat mengalami penguatan tipis sehari sebelumnya. Pelemahan ini memperparah kinerja buruk IHSG yang dalam pekan perdana mengawali tahun 2023 dengan performa terburuk di kancah global.

Pada perdagangan kemarin IHSG berakhir di 6622,499 atau terkoreksi 0,98% secara harian. Kemarin, IHSG secara eksklusif diperdagangkan di zona merah, sebelum akhirnya mampu memangkas pelemahan jelang akhir sesi perdagangan.

Emiten perbankan raksasa tercatat menjadi pemberat (laggard) IHSG. Keempat emiten big four yakni Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Negara Indonesia (BBNI) menduduki empat posisi teratas daftar laggard IHSG. Sementara itu emiten penopang IHSG mayoritas berasal dari perusahaan yang bergerak di sektor pertambang, khususnya batu bara.

Kemarin, sektor finansial menjadi yang paling tertekan, sedangkan sektor energi menjadi sektor dengan apresiasi paling besar.

Investor asing tercatat melakukan aksi jual bersih (net buy) senilai Rp 515 miliar di seluruh pasar. Lagi-lagi saham yang dilego asing berasal dari sektor perbankan yakni BBCA, BBRI dan BMRI. Sementara itu saham emiten tambang menjadi yang paling banyak dikoleksi asing kemarin. Secara berurutan Adaro Energy Indonesia (ADRO), Aneka Tambang (ANTM), Indo Tambangraya Megah (ITMG) dan Merdeka Copper Gold (MDKA) menjadi saham yang paling diserbu investor asing.

Kemarin, terdapat satu saham baru memulai debut perdagangan di bursa. Produsen minuman beralkohol dari Pulau Dewata, Hatten Bali (WINE), menguat tajam 34,88% dan menyentuh batas auto rejection atas (ARA).

Sementara itu, bursa Asia tercatat ditutup beragam pada perdagangan kemarin, dengan indeks acuan Jepang, Korea dan Taiwan ditutup menguat, sedangkan indeks Shanghai, Hong Kong, Singapura dan India ditutup melemah.

Sebelumnya, sejak awal tahun bursa Asia berada dalam tren penguatan, salah satunya disebabkan oleh kembalinya kepercayaan investor karena China yang kembali membuka ekonominya secara lebih luas. Selain itu data tenaga kerja AS yang menggembirakan ikut meningkatkan antusiasme investor di pasar modal Asia Pasifik.

Dari pasar keuangan lain, Rupiah juga ikut melemah cukup tipis 0,03% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 15.570/US$ pada perdagangan Selasa (10/1/2023). Pelemahan ini terjadi meski pada awal perdagangan rupiah sebenarnya sempat menguat 0,29%.

Investor yang kemarin masih waswas dan menanti wangsit dalam pidato ketua The Fed, Jerome Powell ikut menjadi sentimen negatif dan membuat rupiah masih sulit menguat, meski indeks dolar AS jeblok.

Kemudian, pasar obligasi tampaknya tidak terpengaruh oleh sentimen global yang mana pada perdagangan kemarin harganya menguat, dengan yield Surat Berharga Negara (SBN) untuk semua tenor tercatat turun.


(fsd/fsd)
Pages