Waspada Hujan Badai di Jabodetabek dan Pasar Keuangan RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Hitung mundur menuju Tahun Baru 2023 sudah dimulai. Gerak harga aset berisiko saham mulai bergeliat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat dua hari beruntun pekan ini. Pada perdagangan Selasa (27/12/2022), IHSG melesat 1,28% dan ditutup di 6.923.
Sejak awal perdagangan, IHSG sudah menghijau. Namun asing masih terus melakukan aksi jual. Data perdagangan menunjukkan asing net sell Rp 124,5 miliar di pasar reguler kemarin.
Meski ada kenaikan nilai transaksi, tetapi perdagangan masih tergolong sepi. Total nilai turnover di pasar saham mencapai Rp 8,5 triliun kemarin atau niak Rp 2,1 triliun dari awal pekan.
Pasca kembali dari libur Natal, hawa liburan akhir tahun masih sangat kental terasa. Salah satu faktor yang mendasari mengapa asing 'cabut' dari saham dimungkinkan karena cash out untuk mempersiapkan libur panjang akhir tahun.
Berbeda nasib dengan pasar saham, pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih cenderung stagnan. Imbal hasil (yield) SBN 5 tahun dan 10 tahun masih berada di 6,2% dan 6,9%.
Yield yang tidak banyak berubah mengindikasikan harga SBN cenderung stagnan. Yield dalam konteks investasi di instrument pendapatan tetap merupakan salah satu indikator penting yang menjadi cerminan seberapa menarik valuasi suatu obligasi.
Kenaikan yield biasanya mencerminkan peningkatan risiko dari suatu instrumen pendapatan tetap. Hubungan yield dan harga suatu obligasi juga berbanding terbalik. Ketika yield naik, berarti harga turun, begitu juga sebaliknya.
Namun sayangnya nasib apes masih dialami oleh mata uang Garuda. Di pasar spot nilai tuklar rupiah kembali melemah di hadapan dolar AS.
Rupiah kembali turun 0,2% terhadap dolar AS dan ditutup di Rp 15.660/US$ kemarin dari sebelumnya Rp 15.630/US$. Padahal sebenarnya indeks dolar AS justru sedang melemah.
(trp/trp)