Newsletter

Waspada Hujan Badai di Jabodetabek dan Pasar Keuangan RI

Putra, CNBC Indonesia
28 December 2022 05:57
IHSG
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hitung mundur menuju Tahun Baru 2023 sudah dimulai. Gerak harga aset berisiko saham mulai bergeliat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat dua hari beruntun pekan ini. Pada perdagangan Selasa (27/12/2022), IHSG melesat 1,28% dan ditutup di 6.923.

Sejak awal perdagangan, IHSG sudah menghijau. Namun asing masih terus melakukan aksi jual. Data perdagangan menunjukkan asing net sell Rp 124,5 miliar di pasar reguler kemarin.

Meski ada kenaikan nilai transaksi, tetapi perdagangan masih tergolong sepi. Total nilai turnover di pasar saham mencapai Rp 8,5 triliun kemarin atau niak Rp 2,1 triliun dari awal pekan.

Pasca kembali dari libur Natal, hawa liburan akhir tahun masih sangat kental terasa. Salah satu faktor yang mendasari mengapa asing 'cabut' dari saham dimungkinkan karena cash out untuk mempersiapkan libur panjang akhir tahun.

Berbeda nasib dengan pasar saham, pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih cenderung stagnan. Imbal hasil (yield) SBN 5 tahun dan 10 tahun masih berada di 6,2% dan 6,9%.

Yield yang tidak banyak berubah mengindikasikan harga SBN cenderung stagnan. Yield dalam konteks investasi di instrument pendapatan tetap merupakan salah satu indikator penting yang menjadi cerminan seberapa menarik valuasi suatu obligasi.

Kenaikan yield biasanya mencerminkan peningkatan risiko dari suatu instrumen pendapatan tetap. Hubungan yield dan harga suatu obligasi juga berbanding terbalik. Ketika yield naik, berarti harga turun, begitu juga sebaliknya.

Namun sayangnya nasib apes masih dialami oleh mata uang Garuda. Di pasar spot nilai tuklar rupiah kembali melemah di hadapan dolar AS.

Rupiah kembali turun 0,2% terhadap dolar AS dan ditutup di Rp 15.660/US$ kemarin dari sebelumnya Rp 15.630/US$. Padahal sebenarnya indeks dolar AS justru sedang melemah.

Pasca libur merayakan Natal, perdagangan saham di Bursa New York kembali dibuka pada Selasa (27/12/2022). Saat pembukaan, indeks saham acuan Wall Street cenderung variatif dan bergerak bak roller coaster.

S&P 500 dibuka datar pada hari Selasa saat hari perdagangan terakhir tahun 2022 dimulai. Investor mempertimbangkan apakah reli Sinterklas akan muncul dan mengangkat pasar yang terbebani oleh kekhawatiran resesi.

Dow Jones Industrial Average terakhir diperdagangkan 20 poin lebih tinggi, atau 0,05% setelah sempat dibuka merah. S&P 500 diperdagangkan datar, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,3%. Tercatat pada pukul 14:07 waktu setempat kondisi masih sama dimana Dow Jones hijau 0,21%, S&P 500 sudah terkoreksi 0,38%, sementara Nasdaq longsor parah 1,2%.

Saham terkait China naik sebelum pasar karena negara itu melonggarkan pembatasan Covid. Tesla merosot karena berita jeda produksi yang diperpanjang, sementara Southwest turun 4% karena maskapai membatalkan ribuan penerbangan.

Saham menuju kinerja tahunan terburuk sejak 2008. Pada bulan Desember, S&P 500 turun sekitar 5,8%, sementara Dow dan Nasdaq masing-masing turun sekitar 4% dan 8,5%. Ini adalah penurunan bulanan terbesar sejak September.

Setelah tahun yang brutal diliputi oleh ketakutan inflasi dan resesi, investor berharap untuk mengakhiri tahun 2022 dengan catatan positif. Jumat memulai periode reli Sinterklas, yang biasanya dianggap sebagai rentang perdagangan lima hari terakhir di tahun ini, serta dua hari perdagangan pertama di tahun baru.

Namun apabila berkaca secara historis, kinerja bulanan pasar saham AS memiliki pola yang mirip dengan bursa domestik.

Sejak berdiri hampir 1 abad silam, pergerakan indeks acuan saham AS terutama S&P 500 membentuk satu pola musiman.

Terhitung sejak 1928-2021, atau dalam kurun waktu 94 tahun terakhir, S&P 500 tercatat membukukan kinerja bulanan yang positif sebanyak 69x dan melemah 25x pada Desember.

Artinya secara probabilitas historis, S&P 500 memiliki peluang menguat sebesar 73%. Peluang kinerja bulanan yang positif di Desember merupakan yang paling tinggi jika dibanding bulan lainnya.

Pasar ditutup pada hari Senin untuk liburan Natal, tetapi dalam minggu perdagangan yang dipersingkat ini, investor mengharapkan volatilitas yang relatif tenang atau lebih lanjut karena volume perdagangan yang rendah.

IHSG berhasil mengalami penguatan tajam kemarin. Bahkan IHSG ditutup di atas level psikologis 6.900. Di sisa 3 hari perdagangan minggu ini akan menjadi penentuan.

Secara historis IHSG selalu ditutup dengan manis di akhir tahun. Fenomena kinerja bulanan IHSG yang selalu positif di akhir tahun sering disebut dengan window dressing.

Untuk bisa mencatatkan kinerja yang positif, setidaknya IHSG perlu mengalami penguatan setidaknya sebesar 2,5% dari posisi penutupan kemarin.

Namun dengan penguatan tersebut pun di sisa 3 hari ini tak lantas membuat kinerja bulanan IHSG di bulan Desember menjadi kinclong.

Well, perdagangan hari ini juga berpotensi kembali sepi. Salah satu sentimennya kali ini datang dari ramalan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang mengatakan Jakarta dan wilayah sekitarnya akan dilanda cuaca ekstrem.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebutkan, potensi hujan lebat hingga sangat lebat dapat terjadi di sebagian wilayah Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT.

"Selama periode 27 Desember 2022 hingga 2 Januari 2023 perlu diwaspadai potensi hujan lebat hingga sangat lebat, bahkan sampai ekstrem terjadi," kata Dwikorita saat konferensi pers secara daring, Selasa (27/12/2022).

Dengan adanya potensi hujan lebat dan kemungkinan terjadinya banjir, PJ Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengimbau agar perkantoran menerapkan kerja dari rumah (work from home/WFH).

Kabar ini berpotensi besar berdampak pada perdagangan hari ini. Transaksi berpotensi kembali turun. Dengan transaksi yang rendah dan IHSG sudah menguat pesat maka perlu diwaspadai perdagangan akan cukup volatil meski peluang penguatan masih ada.

Sentimen dan rilis data di pasar keuangan global juga sepi jelang pergantian taun yang akan terjadi kurang dari seminggu kedepan.

Rilis Data dan Indikator Ekonomi

Berikut beberapa data ekonomi yang akan dirilis hari ini:

  • Rilis data Produksi Industri Jepang bulan November (06:50 WIB)

Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:

Indikator

Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi (Q1-2022 YoY)

5,44 %

Inflasi (November 2022, YoY)

5,42%

BI 7 Day Reverse Repo Rate (Oktober 2022)

5,50%

Surplus/Defisit Anggaran Sementara (APBN 2022)

-3,92% PDB

Surplus/Defisit Transaksi Berjalan (Q3-2022)

1,2% PDB

Cadangan Devisa (September 2022)

US$ 134 miliar

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular